Jakarta, Aktual.com – Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. Islam mengajarkan pentingnya untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, ketajaman lisan terkadang juga mewujud dalam aktivitas di media sosial melalui status-status yang ditulis dan konten-konten yang diunggah. Sudah semestinya, sebagai umat Islam membuat status di media sosial yang tak menyinggung orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhari).
Mudir Idaroh Wustho JATMAN DKI Jakarta dan Khodimu Zawiyah Arraudhah, KH. Muhammad Danial Nafis hafizahullah dalam kajian Kitab Minhajul Arifin karya Al-Imam Al-Ghazali ra. bab Salamah (Keselamatan) menjelaskan bahwa keselamatan manusia terhadap sesamanya itu di dalam lisan dan perbuatannya.
“Apakah kita sudah menjaga lisan dan perbuatan kita? sehingga orang disekitar kita merasakan keselamatan.” terang beliau kepada hadirin pengajian di perum BTU Malang, Jum’at (31/12).
Kiai Nafis mengatakan bahwa diantara Tajalli (manifestasi) Allah di Dunia ini adalah Dia memberikan asma’ As-Salaam kepada hamba-Nya. Maka jika seseorang berbuat onar dan meresahkan orang lain berarti Allah telah mencabut As-Salam dari dirinya.
“Janganlah menjadi lilin yang menerangi orang lain dengan membakar diri sendiri, Jadilah Matahari bagi cakrawala yang menyinari. dan jadilah seperti bumi, walaupun disakiti, tetap memberikan kemanfaatan kepada makhluk yang hidup diatasnya.” Kata Kiai Nafis.
Kiai Nafis mengungkapkan, diantara resep untuk mendapat keselamatan menurut Al-Imam Al-Ghozali adalah dengan bersembunyi dari kepopuleran atau ketenaran (Khumul), karena setelah Rasululullah SAW wafat fitnah tak bisa terhentikan hingga sekarang. Segala sesuatu yang muncul apabila tidak sesuai dengan sunnah maka itu pasti merupakan fitnah. Dan berharap agar eksistensi diri diakui oleh orang lain dapat menjadi hijab antara seorang hamba dengan Allah SWT.
“Khumul bukanlah hanya tidak dikenal, tapi benar-benar bersembunyi dan tidak ada rasa ingin populer. ‘Uzlah (mengasingkan diri) ada dua, yang pertama yakni menyingkir atau mengasingkan diri dari keramaian secara totalitas, dan yang kedua yakni hatinya saja yang menyingkir dari keramaian.” ungkap kiai Nafis.
“Kalau kamu tidak bisa khumul dan uzlah di zaman yang penuh fitnah dan hoaks ini, maka diamlah. jika kamu tidak dapat menahan lisanmu, maka ucapkanlah sesuatu yang bermanfaat.” lanjut Kiai Nafis.
Saat ini kita banyak menyaksikan maraknya konten-konten di Youtube dan media sosial yang mengumbar obrolan dan pembahasan yang tidak bermanfaat bahkan cendrung menjerumuskan kepada kemaksiatan. Semua itu karena keinginan seseorang untuk terkenal dan mencari sensasi di tengah masyarakat. Kiai Nafis memberikan nasehat agar umat muslim senantiasa menjaga diri agar tidak cinta dunia dan banyak keinginan.
“Banyak keinginan itu bisa menggelincirkan ke jurang maksiat, jauh dari Nur Allah. Karena cinta dunia merupakan pokok kegelapan.” Demikian penjelasan Kiai Nafis.
Dikutip dari Kajian Kitab Minhajul Arifin Bab Salamah (Keselamatan) Oleh KH.M.Danial Nafis hafizahullah pada Jumat 31/12/2021 di Rumah Mas Bram, Perum BTU Malang yang dicatat oleh Abdussalam Arfan.
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin