Wisatawan menikmati suasana matahari terbit di Punthuk Mongkrong, Giri Tengah, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (30/7). Dataran Tinggi yang terletak di perbukitan Menoreh tersebut menjadi tempat alternatif menikmati matahari terbit di sekitar kawasan Candi Borobudur. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/pd/16

Jakarta, Aktual.com – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani paling surprise dengan spirit Presiden Joko Widodo dalam 100 CEO Forum di JCC Senayan, Jakarta, 24 November 2016. Bagaimana tidak? Perhotelan dan Restoran adalah amenitas, penopang utama destinasi wisata. Dua unit usaha itu berada di bawah koordinasi pariwisata. Karena itu, maju tidaknya pariwisata akan berdampak langsung pada bisnis mereka.

”Kami berharap, ini akan menjadi berkah dan kebaikan di kemudian hari pariwisata Indonesia. Tapi saya tetap mengingatkan, sama-sama jangan lupa, kita harus juga memperbaiki produk pariwisata yang ada di tanah air. Seiring dengan promosi Wonderful Indonesia yang konsisten dilakukan oleh Kementerian Pariwisata,” ujar Haryadi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (28/11).

Produk Pariwisata itu adalah destinasi. Dan destinasi itu berada di bawah Bupati, Walikota dan Gubernur, di daerah. Dengan otonomi, maka daerah punya kewenangan kuat mengelola daerahnya. Termasuk destinasi pariwisata yang dimiliki oleh daerah tersebut. Celakanya, jika CEO di daerah tidak mengalokasikan sumber daya, budget dan perhatiannya di pariwisata, maka promosi jatuhnya juga di daerah-daerah yang paling siap.

Presiden Jokowi berniat menaikkan budget promosi Pariwisata 4 sampai 5 kali yang ada saat ini. Karena pariwisata bakal menjadi core ekonomi bangsa ke depan.
Dan Pariwisata sudah ditetapkan sebagai satu dari lima prioritas pembangunan, selain infrastruktur, pangan, energi dan maritime. Branding, positioning, differentiation, Pariwisata Indonesia juga sudah semakin kelihatan di pentas dunia.

Lalu apa yang akan dilakukan PHRI? Haryadi berharap, tahun depan, Kemenpar yang dipimpin Arief Yahya itu lebih kencang lagi dalam mendesign, mencari peluang untuk menopang industri pariwisata di tanah air. ”Terutama dalam menghidupkan produk event. Setiap destinasi unggulan harus punya event yang bagus dan menarik. Materinya juga harus terintegrasi dengan produknya. Contoh: Gerhana Matahari Total (GMT) beberapa waktu lalu, kita promosi bagus, produknya juga ada dan hebat. Endingnya, sukses!” kata Haryadi yang meminta kolaborasi event, produk destinasi, dan services industry pariwisata saling connected.

PHRI meminta Kemenpar cepat memanfaatkan peluang. Kemenpar juga harus bisa menangkap keinginan para industri. ”Industri dan masyarakat pasti punya program bermacam-macam. Itu harus dikompilasikan menjadi sebuah produk yang bagus dan siap dijual. Tentu saja itu butuh support dan bantuan Kemenpar,” jelas Haryadi.

Putra pengusaha Prof Dr Sukamdani Sahid Gitosardjono itu juga memaparkan, jika Presiden Jokowi akan menambah budget Pariwisata, PHRI juga siap mendukung program Kemenpar 2017 dan 2018. Kata Haryadi, program yang sudah pernah disounding kepada Menpar Arief Yahya salah satunya adalah Visit Indonesia 2018.

Menurut Haryadi, program ini untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara di tahun pencapaian target tersebut. ”Kami bantu target pemerintah, selaras dengan target kunjungan wisman 20 juta tahun 2019. Kalau kita bicara program besar untuk memajukan pariwisata itu harus dilakukan join pogram atau program bersama, kami akan meluncurkan Visit Indonesia tahun 2018. Insya Allah Januari-Februari 2016. Intinya, program ini menjadi program bersama, bukan hanya PHRI saja,” jelas Hariyadi yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu.

Acara ini akan digelar serentak di sejumlah daerah pada tiga bulan pertama 2018. Pihak-pihak yang dilibatkan mulai dari maskapai penerbangan asing dan dalam negeri, hotel, restoran, hingga biro perjalanan. Mengenai pemilihan kota hingga saat ini masih dalam pembahasan.

Menurutnya, kota-kota yang ingin terlibat harus memenuhi sejumlah kriteria yang ditetapkan seperti sarana dan prasarana penunjang hotel seperti hotel, restoran, destinasi yang menarik, aksebilitas, hingga faktor keamanan wisatawan.
“Nanti kita akan pilih daerah-daerah yang secara teknis siap untuk dipromosikan bersama. Kita juga lihat potensinya bagaimana? Tentu saja kita butuh bantuan Kemenpar untuk promosinya, contoh dengan digelarnya Travel Mart yang dikomandoi Kemenpar,” ujar Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Moneter, Fiskal dan Kebijakan Publik itu.

Selain kriteria yang telah ditetapkan, daerah juga diharuskan punya kesiapan dan kelengkapan untuk event pariwisata. Lalu, keamanan turis. Dan kesiapan akomodasi dan transportasi. Dia juga meminta pemerintah daerah mendukung program tersebut dengan cara memberikan diskon pajak hotel dan restoran khususnya pada saat pelaksanaan Visit Indonesia 2018.

“Kemarin sudah terjadi di Solo, dengan Solo Great Sale, pemerintah kota Solo memberikan diskon 50 persen pajak hotel selama berlangsungnya event, kita berharap Visit Indonesia 2018 selama 3 bulan ini didukung pemerintah daerah. Jika bersama-sama pasti sukses,” ungkap jebolan Teknik Sipil UNS Solo itu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa sejak Januari sampai September 2016, terdapat 8.362.963 wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Indonesia. Jumlah itu meningkat sebesar 8,51 persen dari periode yang sama di tahun lalu yaitu sebanyak 7.707.034 wisman.(adv)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka