Jakarta, Aktual.com — Dalam perjalanan kehidupannya, manusia kerap kali dirundung masalah dan seringkali kita tersesat tanpa arah. Banyak faktor yang menjadikan Muslim menjadi tidak semangat di dalam kesehariannya.
Namun ketetapan adalah ketetapan. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang meminta kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam untuk hidup sulit. Namun sayangnya, ketika kesusahan atau musibah melanda, ternyata manusia memborong ‘sejuta keluhan’. “kok begini ya, ko begitu ya”. Dan, juga sejuta permintaan, “kabulkan ini ya Tuhan! kabulkan itu ya Tuhan!”. Dan, juga hanya mengucap satu kata syukur.
Bolehkah sebagai seorang Muslim, kita berputus asa?
“Berputus asa sebenarnya wajar saja, akan tetapi jangan sampai kita terpuruk dalam rasa itu karena dalam Islam seorang Muslim sangat dilarang untuk berputus asa. Dan, alangkah baiknya apa pun cobaan yang datang, kita mensyukurinya dan jadikan hal tersebut sebagai pelajaran agar di kemudian hari tidak terulang kembali,” kata Ustad Muhamad Ikrom kepada Aktual.com, di Jakarta, Jumat (12/02)
Allah SWT berfirman yang artinya, “Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” (Yusuf : 87)
Dari ayat tersebut, menurut Ustad Ikrom, Muslim bisa mengambil pelajaran bahwa orang-orang yang berputus asa adalah orang-orang kafir. Karena Islam senantiasa mengajarkan optimisme dalam segala hal yang bermanfaat.
Baik bagi dunia maupun akhirat, di mana pemeluknya bukan untuk berputus asa. Hal ini tercermin dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
Artinya, “Bersemangatlah dalam apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah SWT, dan janganlah merasa lemah.” (HR. Muslim)
“Seharusnya sebagai seorang Muslim, sebelum kita berputus asa kita harus menyadari bahwa hal ini adalah cobaan dari Allah SWT. Dan, Allah SWT selalu mencoba hamba-Nya sesuai dengan kemampuan orang itu sendiri,” katanya lagi.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al Baqorah : 286)
“Orang yang berdoa harus memahami sebuah hakikat bahwa sesungguhnya Allah SWT-lah yang memanggilnya untuk berdoa. Dan, Allah SWT jugalah yang menjamin atas terkabulnya doa tersebut. Kabulnya sebuah doa di sisi-Nya merupakan perkara yang sangat mudah. Karena segala perwujudan yang ada, secara mutlak berada di bawah bayang-bayang perintah-Nya. Dia dengan satu instruksi akan menyediakan segala perangkat demi terkabulnya doa seorang Hamba yang berdoa,” katanya lagi menjelaskan.
“Oleh karena itu, selamanya tidak akan pantas bagi seseorang untuk berputus asa dan hilang harapannya ketika berada di lingkup kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” katanya lagi menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: