Jakarta, aktual.com — Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menilai ada urgensi bagi Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan dalam forum Dialog Aktual bertajuk “Kocok Ulang Kabinet Prabowo, 5 Menteri Layak Direshuffle”, yang digelar Minggu (13/7/2025).
Nailul menyoroti pelemahan daya beli masyarakat dan anjloknya konsumsi sektor sandang sebagai indikator melemahnya kondisi ekonomi nasional.
“Konsumsi sandang (barang tahan lama) mengalami pelemahan cukup dalam. Kondisi ini memicu PHK cukup masif di industri manufaktur,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa sektor perdagangan ikut terdampak dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang berakibat pada merosotnya aktivitas perdagangan ritel.
“Perdagangan terkena imbas, dengan IKK (indeks keyakinan konsumen) yang menurun, akhirnya membuat perdagangan eceran juga mengalami musim paceklik,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nailul memaparkan data pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meningkat drastis dalam awal tahun 2025.
“Ancaman PHK di depan mata. Dalam dua bulan awal 2025, terjadi kenaikan kasus PHK sebesar 141 persen (berdasarkan data Kemenaker). Menurut data Buruh dan Apindo, kasus PHK bisa mencapai 40 ribu lebih dalam dua bulan awal 2025,” ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, Nailul mengungkapkan terdapat setidaknya tujuh menteri yang menurutnya patut diganti karena kinerja yang dianggap gagal atau kontroversial.
“Menurut saya ada 7 Menteri yang layak direshuffle, yaitu Airlangga Hartarto, karena kegagalan negosiasi dengan AS dan stimulus ekonomi yang tidak berdampak nyata. Zulkifli Hasan, akibat harga pangan yang bergejolak dan harga beras naik meski stok melimpah. Sri Mulyani Indrawati, terkait program CORETAX, penurunan penerimaan negara, serta kebijakan PPN 12 persen yang menuai polemik. Budi Arie, karena dugaan keterlibatan dalam judi online dan pembentukan koperasi Merah Putih. Bahlil Lahadalia, terkait kasus LPG 3G dan masalah dalam transisi energi. Dadan Hindayana, atas kasus keracunan dalam program MBG serta keterlambatan pembayaran dana MBG. Arief Prasetyo Adi, karena harga beras yang terus meningkat,” ucap Nailul tegas.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain






















