Jakarta, Aktual.com — Pejabat senior Palestina mengecam upaya AS dalam menangani ketegangan saat ini antara Palestina dan Israel, sementara bentrokan masih berkecamuk di berbagai daerah di Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza.

Sebelum pertemuan antara Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington pada hari ini, Senin (09/11) waktu setempat, Juru Bicara Presiden Palestina Nabil Abu Rdeineh menganggap pernyataan Amerika Serikat berkaitan dengan konflik Israel-Palestina sebagai mengecilkan hati dan tidak kondusif untuk meredakan ketegangan.

Di dalam satu pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Resmi Palestina, WAFA, Abu Rdeineh mengatakan konflik saat ini berada di persimpangan jalan yang mengkhawatirkan dan dapat memiliki konsekuensi serius terhadap seluruh wilayah tersebut. Ia menyeru semua pihak agar memikul tanggung-jawab dalam menyelesaikannya.

Pernyataan Presiden Palestina itu memperingatkan Israel agar tidak melanjutkan kebijakan menangkapi dan menembaki orang Palestina tanpa alasan, berkaitan dengan gelombang kerusuhan yang berkobar sejak awal Oktober, sebagai reaksi atas ketegangan di Kompleks Masjid Al-Aqsha. Di Kompleks tersebut, orang Palestina menuduh Israel memberlakukan pembatasan lain terhadap akses orang Palestina yang ingin beribadah di tempat suci itu.

Abu Rdeineh menegaskan Jerusalem dan tempat suci tersebut adalah garis merah dan permukiman Yahudi tidak sah, demikian laporan Xinhua, Senin (09/11) pagi. Ia menambahkan rakyat Palestina menolak setiap penyelesaian sementara yang tidak melibatkan berdirinya Negara Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya, dengan landasan Gagasan Perdamaian Arab dan keabsahan internasional.

Rob Malley, penasehat bagi Presiden AS, telah mengatakan Presiden Obama telah mencapai kesimpulan bahwa Palestina dan Israel takkan mencapai kesepakatan status akhir menyeluruh selama sisa masa jabatannya, “dan bahkan mungkin takkan ada perundingan yang berarti antara kedua pihak tersebut”.

Netanyahu pergi ke AS pada Minggu sore (8/11) untuk bertemu dengan Obama, demikian laporan radio publik Israel.

Radi itu mengutip pernyataan beberapa sumber di pemerintah Israel bahwa mereka berharap kunjungan Netanyahu “akan membuk halaman baru dalam hubungan antara kedua negara”.

Radio tersebut melaporkan pertemuan Obama-Netanyahu akan membahas bantuan AS buat Iran, setelah kesepakatan nuklir.

Di lapangan, kerusuhan antara Palestina dan Israel relatif reda dalam beberapa hari belakangan, tapi ketegangan masih tinggi.

Sejak kerusuhan saat ini meningkat, 79 orang Palestina tewas, sedangkan di pihak Israel, 10 tewas dalam serangan oleh orang Palestina.

Satu orang Palestina tewas, korban jiwa paling akhir, pada Ahad pagi, ketika prajurit militer Israel melepaskan tembakan di pos pemeriksaan Zatara di dekat Kota Nablus, sebelah utara Tepi Barat Sungai Jordan.

Artikel ini ditulis oleh: