25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 1027

Gempa dengan Magnitudo 5,1 Dirasakan di Sumba Timur dan Bima

Ilustrasi- Peta pusat gempa
Ilustrasi- Peta pusat gempa

Jakarta, Aktual.com – Gempa bermagnitudo 5,1 terjadi pada Senin malam, di sekitar 15 kilometer tenggara dari Waibakul, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam akun media sosial X, @infobmkg, yang di pantau di Jakarta, Senin (10/2) malam, menyebutkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Berdasarkan data BMKG, gempa terjadi pada pukul 22:15 WIB. Kemudian, gempa terjadi pada kedalaman 39 kilometer.

Sementara titik gempa terletak di laut dengan koordinat 9,76 Lintang Selatan (LS), dan 119,63 Bujur Timur (BT).

Lebih lanjut, BMKG menyatakan bahwa Sumba Timur dan Bima merasakan gempa tersebut dengan skala Modified Mercalli Intensity atau MMI II-III.

Gempa bumi kerap terjadi di Indonesia, karena negara kepulauan terbesar di dunia ini terletak di jalur Cincin Api Pasifik.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra

Sekjen MPR RI Siti Fauziah Resmikan Klinik Pratama MPR RI

Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah (tengah) menggunting pita tanda peresmian Klinik Pratama Setjen MPR RI di Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Senin(10/2/2025). Aktual/Jaja KWP

Jakarta, aktual.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen ) MPR RI Siti Fauziah meresmikan gedung baru Klinik Pratama Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR RI di kompleks parlemen Senayan Jakarta, Senin (10/2/2025). Siti berharap, klinik Pratama MPR RI tersebut dapat terus berkembang meningkatkan kualitas layanan serta menjadi contoh bagi instansi lainnya dalam memberikan perhatian terhadap kesehatan para pegawai

“Marilah kita jadikan peresmian ini sebagai awal dari pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih profesional,” kata Siti dalam kata sambutannya.

Melihat banyaknya pegawai Setjen MPR RI yang hadir di acara peresmian, Siti Fauziah yakin bahwa hadirnya klinik Pratama dengan gedung yang baru memang didambakan oleh para pegawai Setjen MPR RI.

Siri menyatakan, klinik ini merupakan bagian dari komitmen Sekretariat Jenderal MPR RI dalam memenuhi persyaratan akreditasi klinik Pratama yang telah dimandatkan oleh kementerian kesehatan. “Sudah cukup lama prosesnya,” ujar Siti.

Dia menyatakan, klinik tidak hanya hadir sebagai sarana layanan kesehatan , tapi juga sebagai wujud nyata tanggung jawab kita dalam memastikan standar mutu layanan yang optimal dan fundamental bagi semua pihak yang bernaung di bawah institusi MPR RI.

Siti bercerita, dirinya sempat dipanggil oleh Ketua MPR RI Ahmad Muzani sekaligus dirinya melaporkan keberadaan Klinik Pratama yang akan di resmikan. Ketua MPR kata dia sempat bertanya siapa saja yang datang ke poliklinik MPR. Sebab menurut Ahmad Muzani, sudah ada poliklinik DPR .

“Saya lapor kan, pegawai MPR kan enggak boleh ke klinik DPR ,otomatis ya pegawai MPR lah yang di sini , saya bilang dan juga anggota-anggota terutama anggota, pimpinan dan lainnya yang memang tidak bisa ke DPR atau DPD , kita ada di sini untuk melayani beliau-beliau. Alhamdulillah jadi tadi Pak Muzani juga bertanya layanan apa saja dan insyaallah kalau memang ada kekurangan kita akan informasikan ke beliau dan akan didukung untuk penambahan peralatannya,” ungkapnya.

Selain mendukung produktivitas dan kinerja keberadaan poliklinik Pratama disebut Siti diharapkan dapat menjadi fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan terbaik profesional dan berstandar tinggi.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Mengupas Buku ‘The Entire City’ Karya Ian Dallas

Oleh: Irawan Santoso Shiddiq, SH*

Ian Dallas mengatakan: “Politik menghancurkan taqwa.’ Sekilas kalimat ini dianggap kontroversi. Karena makna politik diartikan sebagai ‘banyak cara.’ Terlebih dalam hal meraih dan mempertahankan kekuasaan. Ternyata jika membaca buku ‘The Entire City’ karya Ian Dallas, akan mafhum makna ‘politique’ aslinya.

Karena kosakata ‘politik’ bukanlah asli dari nusantara. Ini kata serapan. Tak ada dalam Bahasa Aceh, Minang, Batak, Jawa ataupun Manado. Ini asli dari  Yunani kuno. Yang diserap masa Romawi. Kemudian digunakan lagi dalam era modern. Karena fase modern, dimulai sejak pasca Revolusi Perancis, 1789, di kota Paris, Perancis.

Sekuel ‘The Entire City’ mengupas habis babakan itu. Ian Dallas mengetengahkan motto-nya, ‘respice prospice.’ Melihat ke belakang untuk maju ke depan. Sejarah menjadi catatan penting untuk memahami era kini. Dan jadi bahan untuk masa depan. The Entire City penuh dengan rangkaian sejarah, tapi yang tak datang dari sudut pandang Bahasa kurikulum. Karena ternyata barat banyak menyembunyikan fakta yang terjadi sesungguhnya.

Ini bisa dilihat di bagian awal buku. Ulasan tentang ‘Vindiciae Contra Tyranoss.’ Perlawanan Terhadap Tirani Kekuasaan. Ini artikel yang ditulis Duplessis Mornay, abad 16. Beliau penasehat Raja Perancis, Charles IX. Vindiciae ditulis pasca tragedy ‘Massacre at Paris’ tahun 1572. Inilah genosida yang terjadi karena perang ‘aqidah.’ Antara pengikut Gereja Roma yang Katolik, melawan pengikut Luthern dan Calvinis. Atau biasa disebut Protestan. Masa itu Eropa tengah dalam kegelapan. Islam lagi berada dalam kejayaan. Daulah Ustamniyya masih perkasa. Kesultanan di Jawa tengah terbentuk. Kesultanan Aceh Darussalam lagi kuat-kuatnya. Begitu juga dengan Kesultanan Moghul di anak Benua India. Tapi Eropa berbanding terbalik. Mereka terpecah. Perang karena aqidah.

Vindiciae disyarah oleh Harold Laski, lawyer Inggris. Laski mengatakan bahwa ‘Kita harus mengevaluasi ulang tentang ‘state’ (negara).’ Karena Laski melihat adanya ‘ketiranian baru’ pasca tragedy Massacre at Paris.

‘Massacre’ tentu bentuk pembantaian tak biasa. Perancis terpapar perang antara pengikut ‘jabariyya’ melawan pengikut ‘qadariyya.’ Mereka saling bantai. Tapi analisis Mornay, kala itu ketiranian berada dalam Gereja Roma dan Raja. Kala itu memang Raja dan Gereja bak ‘umara dan ulama’ yang mengatur Eropa. Tapi Roma berubah menjadi tirani. Karena setiap pengikut Huguenot langsung dibantai. Pertanda tak ada kebebasan (freedom).

Pasca ‘massacre’ itulah kaum Eropa mulai membincangkan perihal ‘freedom.’ Maka bergulirlah paham bahwa ‘manusia sejatinya diberikan akal’ untuk mengatur alam dunia. Paham filsafat makin diminati. Seolah itulah jalan menuju ‘kebebasan manusia.’ Makanya aliran free will kemudian mencuat tajam. Karena dari pandangan Vindiciae, kita memahami saat itu kaum agamawan (Roma) bertindak bak ‘ketiranian.’ Karena dogma-dogma Katolik membuat terjadinya pemaksaan. Sementara satu sisi, menurut Dallas, kondisi itu bertentangan dengan rasionalitas.

Termasuk dalam hal kekuasaan. Era itu Eropa berada dalam adagium ‘Vox Rei Vox Dei’ (suara Raja Suara Tuhan). Raja dianggap wakil Tuhan. Tapi perihaku Raja telah memenuhi ‘the king can do no wrong.’ Sementara secara eksplisit, hasrat syahwati Raja telah membabi buta. Disitulah muncul manhaj baru dalam cara pandang kekuasaan. Yang dimulai dari Nicollo Machiavelli.

Dia menelorkan manhaj ‘politique.’ Machiavelli menelorkan adagium bahwa ‘kekuasaan’ haruslah ditasbihkan pada pihak yang berhasil merebut dan mempertahankan kekuasaan. Teori ini kemudian disahuti Thomas Hobbes. Kitabnnya Leviathan, membuat seolah manusia menjadi penentu dalam kekuasaan. Tak mesti mengikuti titah Gereja. Jean Bodin melengkapinya dengan teori ‘soverignty’ (kedaulatan). Kerajaan harus berdaulat penuh, tanpa intervensi. Sebelumnya ada Montesquei yang melahirkan teori ‘trias politica.’ Raja tak memiliki kekuasaan absolut. Melainkan kekuasaan berada dalam tiga rangkai instansi lembaga. Sampai puncaknya datang Jea Jacques Rosseau dengan teorinya ‘le contract sociale.’ Seolah kekuasaan adalah ‘kehendak manusia.’ Bukan ‘Kehendak Tuhan.’ Modernisme dan modern state merujuk pada manhaj ‘politique’ sepenuhnya.

Ini yang kemudian jadi pijakan pasca Revolusi Perancis, 1789. Dalam tragedy ini, kejadian berbalik. Kaum Protestan yang gentian membantai pengikut Raja dan Gereja. Kaum Huguenot membantai Katolik. Di Paris, Perancis, pembantaian antar ‘aqidah’ itu silih berganti. Begitulah wajah Eropa masa lalu. Tapi kaum modernisme yang kemudian memenangkan peperangan, hingga melahirkan ‘modern state.’ Ini model tunggal yang dijadikan pola kekuasaan seantero dunia kini.

Sekuel kedua, Dallas mengetengahkan perihal drama ‘Massacre at Paris’ yang ditulis Christopher Marlowe, dramawan Perancis. Marlowe mengungkapkan sisi di balik Kerajaan Perancis kala pembantaian itu berlangsung. Dari drama Marlowe, Dallas menunjukkan bagaimana pola hasrat syahwati kerajaan yang sudah membabi buta. Tak ada lagi amaliah ‘wakil Tuhan’ dalam pola kerajaan. Maka makin tampaklah bagaimana pola kerajaan Eropa masa lalu yang telah berubah menjadi ‘tirani.’

Itu yang kemudian melahirkan ‘state modern.’ Tapi manusia modern kemudian diambang keterpurukan kedua. Revolusi Perancis melahirkan adagium ‘liberte, egalite, fraternite,’ yang ternyata seolah azam untuk kebebasan. Karena perbudakan kemudian dihapuskan. Tapi kemudian memunculkan neo perbudakan. Selepas Raja dan Gereja tak lagi mendapat tahta, kekuasaan digantikan oleh kaum ‘la sect.’ Inilah para bankir Yahudi yang menggantikan kedudukan Gereja Roma. Jika sebelumnya Roma duduk sebagai pengatur Raja, kemudian modern state membuat kaum banker pengatur ‘head of state’ atau Raja/Presiden. Itulah yang membuat perbudakan tetap berjalan.

Sekuel ketiga, Dallas menghadirkan drama yang dibuatnya sendiri ‘Oedipus dan Dionysus.’ Ini drama yang dikenal sejak masa lalu. Tapi dari drama Dallas, didapati bagaimana pertarungan antar ‘aqidah.’ Antara pemeluk jabariyya dan qadariyya. Karena sindrom Oedipus, kemudian menjangkiti manusia modern. Sehingga manusia modern bak burung yang tak berdaya. Ini persis lukisan Marx Ernst, yang ditampilkan Dallas di halaman awal buku. Lukisan itu menggambarkan kepasifan manusia modern menghadapi ketiranian model baru: state modern yang dikooptasi bankir.

Dari rangkaian itu, The Entire City menunjukkan pertarungan antar aqidah yang berlangsung diranah Eropa, sejak abad pertengahan. Memang gaya penulisannya, bukanlah bak kitab-kitab aqidah dengan ayat-ayat Al Quran dan Hadist. Tapi ditampilkan dengan titik kejadian mendetail, bagaimana penggambaran bahwa setiap peradaban dipengaruhi ‘aqidah’ yang dikembangkan. Era abad pertengahan, Eropa terjerambab oleh jabariyya Roma. Kemudian era modern, dunia terjerambab oleh neo qadariyya yang dihadirkan kaum modernis. Inilah wajah modern state kini.

Buku The Entire City ini syarat akan makna mendalam. Detail sejarahnya sangat jauh menusuk, membuat kita kaya akan literasi tinggi. Tapi Dallas memberikan literasi yang tak biasa. Dengan sumber-sumber dari barat juga, tapi yang jarang sekali dipelajari di perguruan tinggi. Makanya di awal buku itu, Dallas sudah berpesan, “Bersabarlah, karena ini bukan seperti yang engkau pelajari…” dalam membaca buku itu.

Namun The Entire City memberikan jawaban. Dallas menutupnya dengan Surat Al Kahfi, yang ditafsir Ibnu Ajibah, seorang ulama besar sufi. Surat Kahfi yang ditunjukkan Dallas dalam buku itu, memberikan petunjuk bagaimana harus bersikap dalam menghadapi ketiranian era modern. Bak para Pemuda Kahfi, yang berkumpul dalam satu titik, tanpa mengenal satu sama lain, tapi bersetuju dalam melawan kemusyrikan. Begitulah sejatinya perlawanan terhadap ketiranian kini. Manusia harus aktif, bukan pasif.

Sementara mayoritas manusia bersikap pasif. Ini bak jabariyya, yang menerima saja terhadap ‘Takdir,’ tanpa adanya kasab (usaha).

Buku The Entire City ini ditulis oleh Mursyid tariqah Qadiriyya Shadziliyya Dharqawiyya. Karena nama lain Ian Dallas adalah Shaykh Abdalqadir as sufi. Ini adalah buku terakhir yang ditulisnya sepanjang dia hidup, 1930-2021. The Entire City menjadi legacy atas pengajarannya sebagai Mursyid.

Buku ini menggambarkan pengaharan Tauhid dari sisi yang berbeda. Intinya adalah manusia harus berani melawan ketiranian yang kini menyelimuti. Seperti pesan Dallas, “Kembalilah pada klanmu….” Karena modern state, yang dikooptasi oleh banker, telah merusak asyabiyya klan, yang berakibat hilangnya fitrah.

*Penulis adalah Advokat dan Mudhir Idaroh Wustho Jamiyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarah an Nadliyyah (JATMAN) DK Jakarta periode 2024-2029.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Irawan Santoso Shidiq

Prabowo Tak Hiraukan Pihak yang Ingin Pisahkan Dirinya dengan Jokowi

Presiden RI Prabowo Subianto memberikan sambutan pada Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/2/2025).
Presiden RI Prabowo Subianto memberikan sambutan pada Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/2/2025).

Jakarta, Aktual.com – Presiden RI Prabowo Subianto memilih untuk tidak menghiraukan pihak yang berupaya memisahkan dirinya dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo yang saat ini berhubungan sangat baik.

Hal itu disampaikan Presiden Prabowo saat memberikan sambutan pada Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur, Senin.

“Ada yang sekarang mau misah-misahkan saya sama Pak Jokowi. Lucu juga untuk bahan ketawa boleh, jangan. Kita jangan ikut,” kata Presiden Prabowo, dalam tayangan langsung akun YouTube Sekretariat Presiden yang disaksikan di Jakarta, Senin (10/2).

Pada kesempatan itu Presiden Prabowo awalnya menceritakan hubungannya dengan Gubernur terpilih Jawa Timur yang juga Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa tidak terlalu dekat.

Prabowo menjelaskan bahwa dirinya baru berjumpa dengan Khofifah menjelang pemilihan presiden, yang merupakan mandat dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

“Jadi memang kalau politik ya saya belajar dari Pak Jokowi. Enggak usah malu-malu lah. Kadang-kadang orang sudah nggak berkuasa mau dijelek-jelekin, jangan. Kita hormati semua, hormati semua,” kata Presiden.

Prabowo pun menegaskan bahwa praktik pecah belah yang sedang diupayakan pihak tertentu terhadap hubungannya dengan Jokowi itu merupakan kegiatan oleh pihak yang tidak suka dengan bangsa Indonesia.

Menurut Prabowo, upaya itu sama saja dengan politik pecah belah atau divide et impera yang menjadi strategi penjajah untuk memecah belah bangsa Indonesia.

“Pecah belah, pecah belah itu adalah kegiatan mereka-mereka yang tidak suka sama Indonesia. Dari ratusan tahun divide et impera itu adalah taktik strategi untuk memecah belah umat dan bangsa Indonesia, enggak usah dihiraukan,” kata Prabowo.

Adapun Presiden Prabowo Subianto hadir dalam Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sekitar lebih dari 7.000 warga Muslimat NU hadir dalam acara pembukaan tersebut dengan peserta resmi sejumlah 3.025 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, termasuk 10 pengurus cabang istimewa Muslimat NU yang ada di luar negeri.

Dalam kongres ini, Muslimat NU akan meluncurkan tiga program nasional, yakni Mustika Mesem (Muslimat Cantik Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem), Mustika Darling (Muslimat Cantik Sadar Lingkungan), dan Mustika Segar (Muslimat Cantik Sehat dan Bugar).

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra

Tim Satgas TNI AL Gagalkan Penyelundupan Biji Timah Ilegal ke Malaysia

Personel TNI AL sedang melakukan pemeriksaan muatan kapal yang berisi biji timah tanpa izin, Senin 10/2
Personel TNI AL sedang melakukan pemeriksaan muatan kapal yang berisi biji timah tanpa izin, Senin 10/2

Jakarta, Aktual.com – Tim Satuan Tugas TNI Angkatan Laut bersama Lanal Bangka Belitung berhasil menggagalkan kurang lebih 25 ton biji timah ilegal yang hendak diselundupkan ke Malaysia.

Danlanal Babel  Kolonel Laut (P) Erwin Herdianto  melalui perwira Penerangan  Letda Laut (S) Roy Bernard Hutabarat di Belinyu, Senin (10/2), mengatakan kurang lebih 25 ton biji timah yang dibawa oleh dua unit truk selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kapal KM JOI-I kapasitas 17 gros ton.

“Pengagalan biji timah tanpa izin resmi senilai miliar rupiah  tersebut dilakukan di Pelabuhan Jetty Tanjung Tuing, Riau Silip Kabupaten Bangka,” jelasnya.

Dia mengatakan, selain biji timah sebanyak itu, barang bukti lain yang berhasil amankan masing – masing dua unit truk yang memuat biji timah, dua orang kapten kapal dan tiga orang pekerja atau kuli.

Berdasarkan hasil penyelidikan dua truk yang diamankan dengan muatan pasir timah sejumlah kurang 25 Ton tanpa dilengkapi dokumen akan diserahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kementerian ESDM.

“Sedangkan kapal KM. JOI-I yang merupakan kapal penangkap ikan beserta anak buah kapal nya akan dilakukan penyidikan di Lanal Bangka Belitung,” jelas dia.

Ditegaskan, TNI AL akan menindak tegas segala bentuk pelanggaran hukum baik yang merugikan masyarakat atau dapat merupakan negara.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra

DPD RI: Pers Berperan Membangun Demokrasi Secara Sehat

Anggota DPD RI Darmansyah Husein mengatakan pers memiliki peran yang strategis, Senin (10/2/2025)
Anggota DPD RI Darmansyah Husein mengatakan pers memiliki peran yang strategis, Senin (10/2/2025)

Jakarta, Aktual.com – Anggota DPD RI Darmansyah Husein mengatakan pers memiliki peran yang strategis guna membangun demokrasi bangsa secara sehat.

“Pers memiliki peran dalam membangun demokrasi secara sehat,” katanya menanggapi Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Tanjungpandan, Senin (10/2).

Menurut dia, selain bertugas menulis berita, wartawan juga memiliki tugas untuk mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat.

“Wartawan memiliki tugas untuk mencerahkan masyarakat agar cerdas menerima setiap informasi,” ujarnya.

Ia mengatakan, pers juga berperan meluruskan demokrasi bangsa agar tidak catat maupun rusak.

“Sehingga demokrasi tidak hanya berjalan hanya secara prosedural dan transaksional,” katanya.

Disampaikan, wartawan adalah pilar demokrasi bangsa, perannya sama dengan lembaga lain seperti DPD dan DPR.

“Jadi pers sama-sama berperan membangun demokrasi dengan sehat,” ujarnya.

Oleh karena itu, Darmansyah mengajak pers menjadi motivator untuk menyehatkan demokrasi bangsa ini.

“Dunia wartawan adalah ladang perjuangan yang mulia untuk menyehatkan kembali demokrasi,” ujarnya.

Dikatakan, masyarakat diharapkan tidak menganggap enteng dan ecek-ecek kerja wartawan karena ada kode etik yang harus dipegang.

“Jangan dianggap kerja wartawan kerja enteng dan ecek ecek, ada kode etik jurnalistik yang harus dipegang kalau tidak memegang kode etik akan terjerembab,” katanya.

Disarankan seluruh wartawan untuk bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku, bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban seorang wartawan.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra

Berita Lain