27 Desember 2025
Beranda blog Halaman 138

Dugaan Korupsi Kasus Ekspor CPO, Kejagung Periksa Direktur PT Swasta

Jakarta, aktual.com – Kejaksaan Agung melanjutkan penyidikan perkara dugaan korupsi ekspor CPO dan produk turunannya periode 2022-2024. Pemeriksaan diarahkan pada praktik penyimpangan yang diduga menimbulkan kerugian negara.

Pada Selasa, 25 November 2025, penyidik JAM Pidsus memeriksa seorang direktur perusahaan swasta Yusrin Husin (YH). Ia menjabat di PT Mitra Agung Swadaya, PT Mitra Agrinusa Sentosa, dan PT Swakarya Bangun Pratama.

Kapuspenkum Kejagung Anang Supriatna menegaskan pentingnya keterangan YH bagi konstruksi perkara. “Pemeriksaan saksi dilakukan untuk memperkuat pembuktian dan melengkapi pemberkasan dalam perkara dimaksud,” ujarnya.

Anang menjelaskan setiap keterangan saksi menjadi komponen penting dalam menelusuri rangkaian dugaan penyimpangan ekspor CPO. Ia menyatakan, “Setiap keterangan yang diberikan akan menjadi bagian penting dalam mengungkap dugaan korupsi tersebut.”

Penyidikan kasus ini sebelumnya mencakup penggeledahan di lebih dari lima lokasi pada 22 Oktober 2025. Lokasi yang digeledah meliputi kantor Bea Cukai dan rumah sejumlah pejabat di lingkungan Ditjen Bea Cukai.

Dari penggeledahan tersebut, penyidik menyita berbagai dokumen terkait ekspor CPO yang menjadi bagian dari materi penyidikan. Dokumen itu sedang dianalisis untuk memetakan alur kegiatan ekspor dan dugaan penyimpangannya.

Kejagung juga telah memeriksa lebih dari 40 saksi untuk memperkuat temuan penyidik. Penyidik memastikan koordinasi dengan BPKP dan BPK terus berjalan untuk menghitung potensi kerugian negara.

(Muhammad Hamidan Multazam)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Aliran Dana CSR BI: Rajiv Kembali Disorot, KPK Diingatkan Tak Tutup Mata

Anggota DPR Komisi IV, Fraksi Nasdem, Rajiv. Aktual/TINO OKTAVIANO

Jakarta, aktual.com – Penanganan dugaan penyalahgunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia (BI) kembali disorot setelah KPK dinilai belum menunjukkan langkah signifikan dalam menelusuri aliran dana di luar dua tersangka yang telah diumumkan. Hingga kini KPK baru menetapkan Satori dan Heri Gunawan sebagai tersangka, sementara dugaan keterlibatan pihak lain terus menjadi perhatian publik.

“Komisi XI pada periode itu yang berjumlah 44 orang harus diperiksa semua, termasuk orang-orang yang diduga sebagai penghubung antara Komisi XI DPR dengan BI dalam pemberian dana CSR,” kata Yusuf, ketika dihubungi, di Jakarta, Rabu (26/11).

Yusuf menilai perkembangan itu terlalu lambat. “KPK lamban atau tidak berani menelusuri soal aliran CSR Bank Indonesia,” ujar Yusuf.

Direktur KPK Watch Indonesia, Muhammad Yusuf Sahide
Direktur KPK Watch Indonesia, Muhammad Yusuf Sahide

KPK Watch Indonesia meyakini penyalahgunaan dana CSR BI tidak mungkin dilakukan hanya oleh dua orang. Organisasi itu meminta seluruh anggota DPR yang saat itu bertugas di Komisi XI diperiksa agar penyidikan berlangsung terbuka dan tidak tersendat.

“Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi,” kata Yusuf.

Desakan juga diarahkan kepada pihak-pihak yang diduga menjadi penghubung antara Komisi XI dan Bank Indonesia dalam proses penyaluran dana CSR. Salah satu nama yang disebut adalah Rajiv, yang kala itu merupakan staf ahli dan diduga memiliki kedekatan dengan para tersangka.

KPK Watch Indonesia menilai pemeriksaan terhadap Rajiv tidak boleh berhenti pada pemanggilan awal. “Termasuk pihak-pihak yang diduga memiliki keterkaitan atau peran dalam penyaluran dana CSR,” ujar Yusuf.

Baca juga: Kasus Korupsi CSR BI-OJK, MKD Didesak Nonaktifkan Legislator NasDem dan Gerindra

Publik berharap KPK dapat menjelaskan secara runtut dugaan penyimpangan dalam penyaluran program sosial tersebut, mulai dari alur dana hingga peran pihak-pihak yang disebut memiliki keterkaitan. Namun harapan itu belum terlihat jelas hingga kini, sehingga muncul tanda tanya mengenai arah penyidikan.

“Pertanyaannya sekarang apakah KPK tersandera atau belum cukup bukti,” kata Yusuf.

Dugaan KPK tak bertaji semakin kuat setelah Rajiv terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2024–2029. Kondisi itu memunculkan kembali pertanyaan mengenai apakah status politik baru tersebut akan mempengaruhi proses penyelidikan atau justru menjadi alasan bagi KPK untuk menelusuri kasus CSR BI ini secara lebih menyeluruh.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Diduga Dikeroyok 14 Orang, Warga Laporkan Anggota DPRD Bekasi ke Polisi

Jakarta, aktual.com – Seorang warga bernama Fendy (41) melaporkan dugaan pengeroyokan yang diduga melibatkan seorang anggota DPRD Kabupaten Bekasi berinisial N. Peristiwa itu terjadi di Restoran Shao Kao, Cikarang, Kabupaten Bekasi, pada Rabu (29/10/2025) malam.

Fendy menuturkan, saat itu ia datang ke restoran tersebut sekitar pukul 20.30 WIB bersama beberapa rekannya. Setelah makan, rekan-rekannya berpamitan pulang sekitar pukul 23.30 WIB dan ia mengantar mereka hingga ke depan restoran. Saat itulah, ia memperhatikan sopir dari anggota DPRD itu terus menatap dirinya.

“Saya nggak tahu ada maksud apa. Kita juga khawatir kan, takut ada apa-apa,” ujar Fendy di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (26/10/2025).

Ia kemudian kembali masuk ke restoran sambil menunggu jemputan. Namun sopir terlapor kembali masuk dan kembali menatapnya. Fendy mengaku akhirnya bertanya langsung kepada anggota dewan tersebut.

“Pak, kenapa sopir Anda lihatin saya terus?” kata Fendy menirukan pertanyaannya.

Menurutnya, suasana restoran yang ramai dan diiringi musik membuat percakapan sempat tidak terdengar jelas. Namun setelah ia mengulang pertanyaan, respons yang muncul justru mengejutkan.

“Bapak itu langsung berdiri, lari ke meja saya bersama teman-temannya. Ada 14 orang. ‘Apa kamu nantang saya?’ kata dia. Saya jawab enggak, saya cuma tanya. Baru ngomong begitu saya sudah dipukulin sama mereka,” jelas Fendy.

Ia mengaku dipukul pertama kali oleh anggota DPRD tersebut, sebelum kemudian dikeroyok banyak orang.

“Ada yang pakai botol, ada yang pakai kursi, ada yang tendang,” ucapnya.

Saa itu Fendy mengaku hanya bisa jongkok sambil melindungi wajahnya.

Peristiwa pengeroyokan ini menurutnya juga turut diketahui sekuriti Restoran Shao Kao. Mereka bersama beberapa pelayan bahkan sempat berusaha melerai dan mengevakuasinya ke area dapur, lalu ke musala di bagian belakang restoran.

“Sekuriti bilang, ‘Kamu jangan keluar dulu, mereka masih nyariin kamu.’ Saya disuruh nunggu sampai aman,” katanya.

Akibat pengeroyokan itu, Fendy mengaku mengalami sejumlah luka, termasuk benjol di mata, darah keluar di bagian wajah dan lengan, serta memar di kepala akibat hantaman botol.

Ia juga mengaku mengetahui bahwa pelaku merupakan anggota DPRD Kabupaten Bekasi karena sering melihat yang bersangkutan makan di restoran tersebut.

“Waktu ulang tahun juga pernah merayakan di situ bersama rombongannya,” ujarnya.

Kasus ini menurut Fendy telah ia laporkan ke Polda Metro Jaya pada 30 Oktober 2025. Berdasar keterangan penyidik menurutnya kasus ini juga telah diambil alih oleh Polresta Bekasi.

“Harapan saya pelaku segera diadili,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Kasus Korupsi CSR BI-OJK, MKD Didesak Nonaktifkan Legislator NasDem dan Gerindra

Jakarta, Aktual.com – Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) didesak segera menonaktifkan dua anggota DPR, Satori dari Fraksi NasDem dan Heri Gunawan dari Fraksi Gerindra, menyusul penetapan keduanya sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menegaskan langkah itu penting diambil karena kasus yang menjerat keduanya terkait dugaan korupsi dana corporate social responsibility (CSR) Bank Indonesia–Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nilai kerugian negara mencapai Rp28,38 miliar.

“UU MD3 mengatur pemberhentian sementara bagi anggota DPR yang tengah berhadapan dengan kasus hukum dengan ancaman pidana minimal lima tahun,” kata Lucius kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/11).

Menurutnya, DPR sudah memiliki mekanisme jika benar-benar ingin membersihkan institusi parlemen dari praktik korupsi yang melibatkan anggotanya. Ia menambahkan, pemberhentian sementara juga dapat menjadi bentuk penghormatan DPR terhadap Presiden Prabowo Subianto dalam agenda pemberantasan korupsi.

“DPR juga bisa menghindari citra buruk jika tidak membiarkan tersangka korupsi tetap membawa label wakil rakyat,” ujarnya.

Baca Juga: Aset Overstated dan Due Diligence Tidak Obyektif, Akuisisi PT JN Dinilai Tidak Layak

Lucius menilai penetapan Satori dan Heri Gunawan sebagai tersangka oleh KPK tentu melalui proses pembuktian awal yang memadai. “Dengan dua alat bukti yang telah dipenuhi, seharusnya itu sudah cukup bagi DPR untuk memberhentikan sementara keduanya,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Telak! Terungkap di Sidang CMNP, Pimpinan Cabang Unibank: Jual Beli, MNC Asia Holding Hanya Sebagai Arranger

Jakarta, aktual.com – Sidang gugatan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk ( kode saham; CMNP ) terhadap PT MNC Asia Holding Tbk –yang dulu bernama PT Bhakti Investama Tnk– membuka tabir yang menegaskan posisi MNC saat itu hanya sebagai arranger atau broker dan transaksi NCD itu sifatnya jual beli.

Hal ini dibeberkan Pimpinan Cabang PT Bank Unibank 1999-2001 Azhar Syarief dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2025).

Awalnya, dalam persidangan, kuasa hukum MNC Asia Holding Hotman Paris menunjukkan dokumen sebagai bukti terkait peran PT Bhakti Investama dalam pembukaan deposito yang dilakukan Unibank. Dokumen yang dimiliki Hotman pun tertera jelas nama pejabat Unibank.

“Itu bisa dijelaskan apa peranan PT Bhakti dalam penerbitan NCD tersebut sesuai dengan surat ini. Di situ ada tanda tangan siapa? Unibank. Ada tanda Unibank ya? Itu tanda tangan siapa yang jelas?,” tanya Hotman kepada Azhar.

“Ya, catatan satu Pak Bungsu sebagai direktur dan kemudian Pak Sugi sebagai Direktur,” ujar Azhar.

“Jadi, dua direksi dari Unibank tanda tangan,” Hotman menegaskan.

Hotman kembali bertanya posisi Bhakti Investama dalam surat tersebut. Pertanyaan Hotman pun dijawab dengan tegas oleh Azhar bila PT Bhakti Investama hanya berperan sebagai arranger atau broker dalam transaksi tersebut.

“Itu penunjukkan Bhakti Investama sebagai apa?,” tanya Hotman.

“Sebagai, dalam hal ini sebagai arranger,” tutur Azhar.

Dalam persidangan itu juga terungkap fakta bahwa PT Bank Unibank Tbk (BBKU) telah menerima transaksi uang –yang menjadi fakta bahwa transaksi Negotiable Certificate of Deposit (NCD) merupakan jual beli.

“Jadi, inti pokok kasus ini hanya satu: Unibank sudah terima uang untuk buka deposito tersebut. Berarti bukan tukar-menukar. Udah. Selesai,” ujar Hotman kepada wartawan.

CMNP selalu menyebut transaksi NCD tersebut tukar menukar, bukan jual beli sebagaimana dokumen yang dimiliki MNC Asia Holding.

Hotman memaparkan jika bank tidak bisa membayar transaksi NCD, maka seharusnya Unibank yang dituntut oleh CMNP bukan MNC.

“Jadi, CMNP menyebut mengatakan tukar-menukar, dia tidak bisa bantah, karena Pejabat Unibank telah mengatakan bahwa memang Unibank sudah terima uang 17 juta dolar lebih untuk membuka deposito ini. Itu jual beli namanya,” tuturnya.

Dia kembali menegaskan bahwa permalasahan utama perkara ini sangat jelas. Ketika bank telah menerima dana nasabah, namun tidak mampu mengembalikannya, maka sudah selayaknya pihak bank yang bertanggung jawab.

Dia menyebut jika ada pihak yang mengklaim uang tersebut tidak pernah diterima sama saja menuduh bukti transfer CMNP tersebut palsu.

Hotman menantang agar pihak tersebut yang melaporkan pidana terkait bukti palsu itu.

“Ya, artinya banknya yang tidak bisa mengembalikan deposito dari nasabahnya. Kalau lo punya tabungan di bank, tabungan lo nggak bisa dibayar, siapa yang salah? Ya, pembantu gue juga tahu: Bank yang salah,” ujar Hotman.

“Dia tadi sudah akui, kalau benar itu uang belum masuk, berarti bukti itu palsu. Pidanakan dong.
Mana berani, nggak punya nyali kan? Ya kan? Benar nggak?,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Hotman pun menyampaikan kalau dokumen yang sedang dibahas ini juga tertera jelas seorang pengacara bernama Lucas yang kini menjadi kuasa hukum PT CMNP.

Lucas diketahui ikut menyusun hukum transaksi pembukaan deposito tersebut.

Perihal Lucas ini Hotman enggan menanyakan lebih lanjut kepada Azhar. Sebab Lucas, kata dia, akan dilaporkan terkait pelanggaran kode etik.

“Di situ disebutkan bahwa pengacara yang membuat ini semuanya adalah pengacara Lukas yang adalah kuasa hukum penggugat, tapi saya tidak akan tanya ke Bapak, karena klien kami yang akan melaporkan ini ke Peradi sebagai pelanggaran kode etik,” ujar Hotman.

Sekadar informasi, sosok Lucas ini pernah disorot Hotman pada persidangan sebelumnya yang beragendakan mendengarkan keterangan saksi. Saat itu, kubu CMNP menghadirkan Jusuf Hamka sebagai saksi di persidangan pada Rabu (15/10/2025).

Hotman awalnya menjelaskan kepada Jusuf Hamka, bila saat itu PT Unibank akan membuka deposito 200 juta dolar yang ditawarkan ke publik. Dari pembukaan itu, disetujui oleh CMNP untuk membuka deposito sebagian dan PT Bhakti Investama selaku arranger.

“Apakah anda tahu bapak (Jusuf Hamka), waktu itu arranger-nya adalah PT Bhakti Investama dan disebutkan disini nama pengacaranya yang membuat itu adalah Lucas biaa dilihat dari kop suratnya dari pembuat dan kebetulan sahabat saya itu ada disini yang berjas biru, sahabat lama saya dan tetangga saya juga,” kata Hotman di ruang sidang PN Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025).

Dalam kesempatan itu Hotman turut menunjukkan bukti bila Lucas pada saat itu ikut menyusun struktur hukum transaksi tersebut.

“Bukti ini ya, disuruh begini bahwa untuk pembuatan ini semua struktur hukumnya dibikin oleh pengacara bernama Lucas. Coba lihat ada P7A dan P2A. Itu ada nama Lucas di bagian belakang halaman 2,” lanjut Hotman.

Perihal bukti tersebut, Hotman lantas menanyakan kepada Jusuf Hamka, apakah dia mengetahui kalau Lucas terlibat dalam transaksi Negotiable Certificate of Deposit (NCD). Jusuf mengaku tak mengetahui hal tersebut.

“Pertanyaan kami terkait P2A ini diajukan oleh penggugat juga dan disimpulkan disini bahwa untuk transaksi ini dan listing requirements maksudnya transaksi pembukaan NCD ini pengacaranya adalah Lucas, S.H & Partners yang adalah kuasa hukum penggugat sekarang. Apakah bapak tahu waktu itu PT Bhakti atau tergugat,” tanya Hotman.

“Tidak tahu,” jawab Jusuf Hamka.

Hotman lantas menanyakan kembali, mengapa Jusuf Hamka tidak menggugat Lucas, karena saat itu menangani transaksi berdasarkan dokumen yang ia bawa. Hotman menyinggung soal kemungkinan adanya unsur kelalaian sebagai pengacara.

“Pertanyaan berikutnya Kalau memang dalam surat gugatan disebutkan ini palsu, apakah Bapak pernah bertanya kepada kuasa hukum, kenapa Lucas pribadi tidak digugat. Apakah di sini ada unsur kelalaian sebagai pengacara,” tanya Hotman.

“Karena kami sudah pindah manajemen, kami tidak berhak bertanya atau ikut campur dalam masalah ini, karena tahun 2004 kami sudah mundur,” jawab Jusuf.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Digitalisasi Pendidikan Digenjot, Habib Syarief Soroti Tiga Pilar Penting Transformasi Digital

Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad. Aktual/TINO OKTAVIANO

Jakarta, aktual.com Transformasi digital di sektor pendidikan kembali menjadi sorotan Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad. Ia menegaskan bahwa digitalisasi pembelajaran bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan di tengah derasnya arus perkembangan teknologi global.

Habib menilai, integrasi teknologi dalam dunia pendidikan tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga menjadi faktor kunci dalam menentukan daya saing Indonesia di kancah internasional. Ia menggambarkan bahwa masyarakat hari ini hidup sebagai warga dari sebuah “Kota Digital” (Digital Polis) — ruang luas berbasis jaringan data, algoritma, serta interaksi tanpa batas. Karena itu, pembangunan infrastruktur digital pendidikan dinilai semakin strategis.

“Langkah ini adalah investasi jangka panjang dalam Infrastruktur Kognitif Nasional, sebuah upaya memastikan setiap sekolah dapat mengakses perangkat modern demi pembelajaran yang lebih inovatif dan inklusif,” ujar Habib dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (26/11/2025).

Sebagai anggota Badan Legislasi, Habib menekankan perlunya regulasi yang tidak hanya bersifat responsif, tetapi juga mampu menjadi panduan etika dan hukum bagi kehidupan digital masyarakat. Ia menawarkan tiga pilar transformatif:

1. Pengembangan “Digital Twin” untuk Keamanan Anak

Habib mengusulkan penciptaan Digital Twin—sebuah ruang virtual personal bagi anak—yang dilengkapi filter keamanan berbasis AI, sistem umpan balik etika, dan pengawasan adaptif. Konsep ini bukan sekadar pemblokiran konten, tetapi membangun habitat digital yang aman dan edukatif bagi generasi muda.

2. Pembentukan “Forum Fatwa Digital”

Habib juga mengusulkan pembentukan lembaga yang merumuskan panduan etis keagamaan dalam ruang siber. Melalui kolaborasi antara ulama, sosiolog, dan ahli teknologi, forum ini diharapkan mampu menghadirkan fatwa digital terkait perilaku daring, mulai dari ghibah, namimah, hingga perundungan siber.

3. Mandat “Hak Rehabilitasi Reputasi Digital”

Berbeda dari sekadar hak menghapus konten, usulan ini menitikberatkan pada pemulihan reputasi korban cyberbullying. Upayanya meliputi, prioritasi distribusi konten positif terkait korban, program digital storytelling dan Mekanisme hukum untuk menghapus atau membekukan jejak digital yang merugikan.

Habib menyebut gagasan ini sebagai bagian dari “arsitektur pemulihan identitas digital”.

Lebih jauh, Habib menegaskan bahwa digitalisasi pendidikan, seperti pengadaan smartboard, hanyalah salah satu komponen. Keberhasilan membangun Kota Digital Indonesia akan sangat ditentukan oleh kesiapan etika, hukum, serta empati yang mengiringinya.

“Kita adalah arsitek masa depan digital anak-anak bangsa. Kota digital yang canggih harus dibarengi dengan kota digital yang beradab,” tegasnya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa pesatnya perkembangan teknologi membawa potensi ancaman serius, khususnya cyberbullying. Ia menyebut fenomena ini sebagai “patologi spasial digital”, yakni kerusakan pada ruang publik digital yang semestinya menjadi ruang interaksi yang sehat.

Habib menilai media sosial—yang idealnya menjadi third place modern sebagaimana konsep Ray Oldenburg—tak jarang justru berubah menjadi arena dehumanisasi dan pengasingan bagi para korbannya.

Ia merujuk laporan Global Kids Online – LSE (2023) yang menyebut hampir 1 dari 4 remaja di Asia Tenggara pernah menjadi korban perundungan siber dalam setahun terakhir.

“Cyberbullying terbukti berkorelasi dengan menurunnya tingkat kebahagiaan dan meningkatnya risiko bunuh diri

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Berita Lain