27 Desember 2025
Beranda blog Halaman 179

Tinjau SMPN 4 Wawali Harris Bobihoe Pastikan Kesiapan Kunjungan Presiden RI

Kota Bekasi, aktual.com – Wakil Wali Kota Bekasi Abdul Harris Bobihoe melakukan peninjauan langsung ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kota Bekasi. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari persiapan menjelang kedatangan Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam rangkaian kegiatan Launching Program Digitalisasi Pendidikan.

Wawali Abdul Harris Bobihoe menyampaikan bahwa tinjauan dilakukan guna memastikan kesiapan dalam menyambut Presiden RI.

“Hari ini kami meninjau pelaksanaan persiapan Launching Digitalisasi Pendidikan yang menjadi bagian dari program nasional. Kami cek langsung kesiapannya,”ujar Wawali Abdul Harris Bobihoe

Dari hasil peninjauan, Wawali Abdul Harris Bobihoe mengapresiasi kesiapan seluruh petugas dan fasilitas yang ada di SMPN 4 Kota Bekasi. Menurutnya, persiapan yang sudah optimal, dari kebersihan lingkungan yang mendukung kenyamanan, tenda, keamanan hingga penyambutan.

“Alhamdulillah, persiapan sudah optimal. Terimakasih untuk semua pihak, Sekdis Pendidikan dan Ibu Kepsek. Semoga kegiatan esok berjalan lancar,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa kegiatan ini menjadi momentum evaluasi kesiapan Kota Bekasi dalam menyambut kedatangan Presiden dan rombongan.

Wawali Abdul Harris Bobihoe juga berharap seluruh kualitas dan fasilitas pendidikan juga terus meningkatkan kualitas layanan publik demi terciptanya generasi emas 2045. (ADV)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Basarnas dan Tim SAR Gabungan Hingga Hari Ini Temukan 13 Korban Meninggal Longsor Cilacap

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, didampingi Kepala Kepolsian Daerah Sumatera Barat Suharyono bersiap naik helikopter Pangkalan TNI AU Sutan Sjahrir untuk meninjau lokasi terdampak bencana banjir lahar hujan dan tanah longsor di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (14/5/2024). (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

Cilacap, Aktual.com – Kepala Kantor Basarnas Cilacap Muhammad Abdullah mengungkapkan, pada evakusis hari ke empat, Minggu (16/11/2025) korban bencana tanah longsor di Desa Cibeunying, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tim gabungan telah menemukan total 13 jenazah korban.

Hari ini, dalam pencarian yang dilakukan sejak pagi tadi tim Basarnas dan SAR Gabungan telah menemukan dua jenazah korban.

“Korban atas nama Diah Ramadani ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di Worksite A-1 pada pukul 14.58 WIB,” katanya, Minggu (16/11/2015).

Dan satu jenazah korban longsor lainnya atas nama Kasrinah (47).di Worksite A-2 pada pukul 12.03 WIB.

“Total jumlah korban meninggal dunia yang telah ditemukan hingga hari keempat operasi pencarian sebanyak 13 orang,” jelasnya.

Sehingga dari catatan dan laporan warga, diperkirakan masih ada 10 orang warga yang menjadi korban bencana dan belum ditemukan hingga hari ini.

“Masih ada 10 orang yang dalam pencarian,” ucapnya.

Sebelumnya dilaporkan, bencana tanah longsor terjadi pada Kamis (13/11), sekitar pukul 19.00 WIB di Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap.

Peristiwa tersebut menimbun sejumlah rumah warga, dan menyebabkan penurunan tanah sedalam 2 meter serta retakan sepanjang 25 meter di area seluas sekitar 6,5 hektar.

Berdasarkan data dari laporan warga, hingga hingga malam ini, total korban terdampak longsor berjumlah 46 orang. Dengan rincian 23 orang korban dinyatakan selamat, 13 meninggal dunia, dan 10 lainnya masih dalam proses pencarian.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

Mentan Pastikan Penurunan Harga Pupuk Subsidi Untuk Petani Kecil

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman. Aktual/DOK KEMENTAN

Jakarta, Aktual.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapakan distribusi pupuk bagi petani mulai tertib, karena kios dan distributor mulai mematuhi penurunan harga pupuk bersubsidi.

“Kami sudah sidak ke tujuh sampai delapan provinsi untuk memastikan kebenaran di lapangan. Alhamdulillah, semua patuh pada arahan pusat dan Presiden Prabowo,” kata Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (16/11/2025).

Mentan menjelaskan, penurunan harga pupuk subsidi sebagai langkah strategis pemerintah untuk memperkuat produktivitas petani, serta menjaga ketersediaan sarana produksi dan mendorong percepatan terwujudnya swasembada pangan.

“Harga pupuk subsidi turun 20 persen di seluruh Indonesia,” tegasnya.

Amran memaparkan, dengan adanya penurunan harga pupuk subsidi sebesar 20 persen, bukan hanya meringankan beban petani, namun keputusan pemerintah ini menjadi pemicu peningkatan secara signifikan pembelian pupuk subsidi.

Selain itu menurutnya, proses penebusan pupuk oleh petani kini jauh lebih mudah. Para petani cukup membawa KTP asli untuk diverifikasi dan difoto sebagai bukti, tanpa perlu menggunakan kartu tani saat membeli pupuk.

“Syaratnya sekarang simpel, cukup KTP asli dan terdaftar di RDKK. Kalau kuotanya ada, langsung bisa ditebus dan dibawa pulang,” tegasnya.

Amran memastikan sistem sisteim distribusi pupuk subsidi tepat sasaran bagi petani, dengan kepemilikan lahan maksimal seluas dua hektar.

“Yang kita bela ini petani kecil, bukan pemilik lahan besar. Ini agar subsidi benar-benar adil,” jelasnya.

Selain itu, Mentan Amran juga menegaskan komitmennya untuk menindak tegas distributor pupuk subsidi nakal dan melanggar aturan.

“Kami sudah cabut izin beberapa distributor yang terbukti melanggar, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Sulawesi Utara. Evaluasi kami lakukan mingguan,” pungkasnya.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

Gunung Sampah Bantargebang, Antara Ambisi Pusat dan Harapan Pemulung

Bekasi, Aktual.com – Deretan pakaian lusuh yang dijemur, berjajar di tali plastik, melengkapi kesumpekan deretan bedeng bedeng sempit para pengais sampah.

Aroma tak sedap dari gunungan sampah dibelakang, menjalar di gang-gang sempit, padat menjadi keseharian para penghuni Tempat Pebuangan Sampah Terpadu (TPSP) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

Narpan (45) atau sering disapa Apong mengaku, bukan pertama kali dirinya dan warga penghuni TPSP Bantargebang mendengar rencana pemerintah untuk merubah gunungan sampah menjadi energi, diantaranya Refuse Derived Fuel (RDF). Bahkan sebagian dari mereka pernah mendapat pelatihan untuk memilah sampah dalam program Waste to Energi/ Refuse Derived Fuel (WtE/RDF).

Selain itu, Apong tahu betul bagaimana program seperti ini sering dimulai dengan seremoni besar, tapi berakhir tanpa kelanjutan.

“Dari dulu katanya ada pembangkit listrik tenaga sampah, Tapi nggak jalan. Paling cuma uji coba. Jalan beberapa bulan, lalu berhenti lagi,” ungkapnya kepada aktual.com.

Baca juga:

Menunggu Bukti Istana, Sulap Sampah Jadi Listrik

Menurutnya, banyak program berhenti di tengah jalan bukan karena warga menolak, melainkan karena tidak ada keberlanjutan dan pelibatan warga serta pihak swasta.

“Kalau pemerintahnya yang jalanin sendiri, saya nggak terlalu yakin. Tapi kalau swasta, saya percaya. Biasanya mereka lebih serius,” tambahnya.

Bagi Apong dan ribuan pemulung yang setiap hari mengais sampah di TPSP Bantargebang, program Presiden Prabowo merubah sampah menjadi listrik memiliki dua wajah. Harapan dan ke khwatiran. Dan mereka berharap tak ditinggalkan begitu saja bila program pemerintah ini benar benar berjalan.

“Kalau benar jalan, kami dukung. Tapi jangan sampai ribuan pemulung ini kehilangan pekerjaan,” harapnya.

Pelibatan Para pemulung Adalah Kunci

Apong, yang juga ketua komunitas Pemulung Bantar Gebang Sejahtera (KPBS) mengaku, dirinya dan anggota kelompoknya yang berjumlah 500 orang seringkali hanya dilibatkan diawal dalam berbagai program pemerintah terkait pengelolaan sampah, dan setelah itu dilupakan.

“Awalnya bagus. Tapi pas udah (berjalan) diserahin ke pemerintah, kita dikeluarin. Diganti orang luar. Mereka yang kerja dari awal, mereka yang ngerti. Tapi malah nggak diajak lagi,” kondisi itu yang menurut Apong akhirnya memicu gesekan, hingga unjukrasa  para pemulung.

Baca juga:

Proyek Sampah Jadi Listrik dan Bayang Bayang Korupsi Serta Racun Baru

Presiden Prabowo berharap, program Waste to Energy (WtE) di Bantargebang mampu mengolah sampah lama menjadi bahan energy listrik. Dan para ribuan pengais sampah Bantargebang berharap proses pemilahan sampah tetap dijalankan sebelum pembakaran.

“Kalau bisa, sampah baru dipilah dulu sama pemulung. Residunya baru dibakar. Jadi dua-duanya jalan, energinya ada, kerjaan kami juga masih ada,”pintanya.

Tak hanya itu, Apong pun berpendapat, keterlibatan masyarakat lokal adalah kunci keberhsilan program. Keterlibatan masyarakat bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga soal keamanan sosial.

“Kalau karyawannya orang jauh semua, ya susah. Yang paling paham kerjaan di sini ya orang sini,” tegasnya.

Sisi lain Gunung Sampah Bantargebang

Bagi sebagian orang TPSP Bantargebang bukan hanya sekedar gunungan limbah dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya yang datang setiap hari. Namun temapat ini merupakan ruang hidup dan sosial bagi komunitas pemulung dan para pengais sampah yang berjumlah hamper 1000 orang.

Anggota komunitas pemulung ini berasal dari berbagai daerah, seperti Indramayu, Cirbon dan daerah lainnya. Sebelum menjadi pemulung mereka pernah bekerja serabutan dalam berbagai bidang.

Apong sang Ketua pun sebenarnya berasal dari Pandeglang, sebelumnya ia bekerja serabutan dari kuli bangunan hingga menjadi pemulung, dan masuk ke kawasan TPSP Bantargebang ini pada tahun 2000-an.

Baca juga:

Mampukah Sampah Setinggi Gedung 15 lantai Diubah Jadi Enegi?

Apong mengungkapkan komunitannya solid meski sering diabaikan, mereka bahu membahu mencari jalan untuk menyelesaikan kesulitan.

“Kalau ada yang sakit, kita urusin BPJS-nya. Kadang ada yang susah, ya kita cariin bantuan. Soalnya pemulung boro-boro buat bayar rumah sakit, buat nunggu aja nggak punya duit,” ucapnya.

Tak hanya itu, Ia pun bercerita, beberapa tahun terakhir, komunitasnya berhasil mendorong anak-anak pemulung melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.

“Sekarang udah lumayan. Anak-anak bisa sampai SMA. Saya pengennya sih sampai kuliah. Kalau anak- anaknya berpendidikan, mereka nggak akan balik lagi ke sampah,” harapnya.

Baca juga:

Walhi Sebut Perpres 109 2025 “Jurus Mabuk” Pemerintah Atasi Darurat Sampah

Namun, di balik semangat itu, masih ada kerentanan tempat tinggal. Banyak pemulung hidup di lahan sewa tanpa kepastian.

“Harapan saya, pemerintah itu nyiapin lahan buat pemulung. Kalau bisa dibuatin rumah susun. Biar nggak pindah-pindah terus. Hidup tenang aja udah syukur,” ujarnya.

Sambil memandang ke arah gunungan sampah di kejauhan. Dan sapuan hembusan angin yang membawa bau lindi bercampur dengan suara tawa kecil mereka, Apong berharap.

“Anak-anak itu sering main di situ. Kadang saya mikir, semoga nanti mereka nggak hidup di tempat kayak gini lagi.”

Laporan: Yassir Fuady

 

 

 

 

Artikel ini ditulis oleh:

Erobi Jawi Fahmi
Eka Permadhi

Mampukah Sampah Setinggi Gedung 15 lantai Diubah Jadi Enegi?

Petugas mengumpulkan sampah dari berbagai daerah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randukuning Kabupaten Batang, Jawa Tengah Jumat (22/10/21). . ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putr (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra)

Jakarta, Aktual.com – Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat, gunungan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa  Barat pernah mencapai ketinggian 59 meter, atau setara ketinggian gedung 15 lantai di Jakarta.

Ketinggian tersebut mengacu pada data yang ada, dimana volume limbah yang masuk sekitar 7.000–7.500 ton per hari ke kawasan Bantargebang. Dengan jumlah tersebut tumpukannya rata-rata mencapai ketinggian 40-50 meter dilima zona landfiil (pembuangan akhir). Dan akhirnya mendapt perhatian langsung Presiden Prabowo untuk projek Waste to Energy.

“Kalau tidak salah di Bantar Gebang itu saya dapat Laporan sudah mencapai puluhan juta ton, 55 juta ton sudah menggunung. Kalau terjadi hujan deras dia bisa bisa membahayakan banyak kampung di sekitar situ,” kata Prabowo, dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2025).

Presiden pun mengungkapkan masalah sampah telah menjadi masalah nasional, dan terjadi dibanyak wilayah di Indonesia. Gunungan sampah pun tidak hanya tampak di Bantargebang, namun hampir di seluruh wilayah lain, terutama kota kota besar di Indonesia.

“Ada tempat-tempat sampah yang sampahnya sudah menggunung terutama untuk DKI, Bantar Gebang, untuk Bandung, untuk Surabaya, dan untuk Bali,” ujar Presiden.

Baca juga:

Menunggu Bukti Istana, Sulap Sampah Jadi Listrik

Di Bandung, misalnya. Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Cipatat, rata-rata mencapai 20-50 meter. Gunungan sampah dengan volume1.400-1.600 ton per datang setiap hari dari empat wilayah se-Bandung Raya.

Dalam catatan Pemerintah, timbunan sampah secara nasional mencapai 56,63 juta ton tiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, pengelolaan sampah baru 39,01 persen. Sisanya, 60,99 persen adalah sampah yang belum tertangani. Pengelolaannya pun masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping).

Perkara sampah yang menggunung di kota-kota besar ini bila terus tidak tertangani, bisa membawa dampak buruk, baik dari segi lingkungan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi.

Dari segi lingkungan, timbunan sampah mengakibatkan pencemaran tanah, air, udara, gangguan ekosistem, dan perubahan iklim.  Sedangkan dari sisi kesehatan, sampah menggunung yang tidak terolah dengan baik bisa mengakibatkan penyakit menular, gangguan pernapasan, hingga keracunan logam berat (mercury).

Adapun dari sisi ekonomi, sampah yang tak terurus tentunya bisa menghambat sektor pariwisata. Anggaran negara yang tersedot untuk merehabilitasi lingkungan pun pasti tidak sedikit. Potensi ekonomi dari daur ulang sampah, seperti menjadi sumber energi, dan bahan pupuk, juga akan hilang.

Waste to Energy Solusi Tuntaskan Gunung Sampah

Gunungan sampah di berbagai wilayah membuat Presiden Prabowo gerah, Demi mengatasinya, ia pun membuat program Pengolahan Sampah menjadi Energi (PSE), atau waste to energy (WtE), dengan rencana membangun 34 pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di 33 kota. Dimana tiap satu PLTSa memiliki daya kapasitas yang mampu mengolah sebanyak 1.000 ton limbah per hari menjadi listrik 12-20 Mega Watt (MW) per hari.

Presiden menargetkan pembangunan PLTSa selesai dalam waktu 2 tahun. Dan 34 PLTSa ditargetkan mampu mengolah 34.000 ton sampah per hari menjadi listrik, untuk dijual ke PLN dengan harga kisaran 20 sen USD per kWh.

Waste to energy (WtE) sendiri mengacu pada teknologi pengolahan sampah yang mengubah limbah menjadi energi dengan menggunakan panas, yang paling umum adalah insinerasi. Sederhananya, limbah perkotaan seperti sisa makanan, kemasan produk, pakaian, perabot, dan potongan rumput dari perumahan, properti komersial, dan institusi, dibakar untuk menghasilkan listrik.

“Ini sangat strategis karena ini menyangkut kebersihan, kesehatan, ya. Bagaimana kita berharap, paling tidak bisa membersihkan sampahnya. Bisa kita bayangkan, mau enggak turis datang ke tempat yang kotor yang jorok? Jadi ini strategis,” kata Prabowo.

Baca juga:

Proyek Sampah Jadi Listrik dan Bayang Bayang Korupsi Serta Racun Baru

Untuk itu, Prabowo menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan melalui Pengolahan Sampah menjadi Energi Terbarukan, sebagai dasar hukum pelaksanaan PSE.

Perpres yang ditandatangani pada 10 Oktober 2025 ini menyebutkan PSE adalah sistem pengolahan sampah dengan mesin dan/atau peralatan yang mampu mengolah limbah menjadi listrik, bioenergi, bahan bakar minyak terbarukan, dan produk ikutan lainnya, serta mengurangi volume sampah.

Perpres ini menugaskan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk menyelesaikan semua proyek PLTSa dengan menggandeng investor, atau korporasi. Danantara akan menunjuk sejumlah investor/korporasi menjadi Badan Usaha Pengembang dan Pengelola (BUPP) Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).

BUPP PSEL inilah nantinya yang merencanakan, membangun, dan mengoperasikan PLTSa di 33 kota. Sekaligus, menjual listrik ke PT PLN seharga 20 sen dolar AS per kilowatt per jam (kwh). PLN wajib membelinya. Hasil penjualan listrik menjadi hak BUPP PSEL.

Menggejar Perintah Presiden

Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara Indonesia Rosan Roeslani bergerak cepat menyikapi Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan melalui Pengolahan Sampah menjadi Energi Terbarukan, yang ditandatangani pada 10 Oktober 2025 oleh Presiden Prabowo.

Rosan menyatakan, proyek ini akan di launching pada November 2025. Dengan 7-10 kota akan menjadi proyek awal WtE. Kota tersebut diantaranya Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Bali, hingga Makassar.

“Tetapi memang yang utama yang ingin kita lakukan pertama adalah di Jakarta. Di Jakarta sendiri akan ada 4-5 lokasi,” ungkapnya.

Baca juga:

Walhi Sebut Perpres 109 2025 “Jurus Mabuk” Pemerintah Atasi Darurat Sampah

Rosan menjelaskan, proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah daerah (Pemda), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), PLN, hingga perusahaan swasta. Dengan kebutuhan anggaran proyek mencapai sekitar Rp91 triliun. Adapun pendanaannya berasal dari penjualan surat utang atau obligasi Patriot Bonds yang dibeli para konglomerat dengan senilai Rp50 triliun.

Rosan menyebutkan, setiap fasilitas pengolahan sampah yang berkapasitas 1.000 ton per hari mampu menghasilkan 15 megawatt listrik. Daya tersebut cukup untuk memasok 20 ribu rumah tangga. Selain itu menurutnyabpembangkit listrik tenaga sampah ini sejalan dengan program energi baru terbarukan yang tengah digalakkan pemerintah. Proyek ini pun akan membawa kabar baik bagi Pemda, karena tidak ada lagi kewajiban tipping fee untuk pengelolaan sampah.

“Karena mekanisme ini sepenuhnya ditanggung oleh Perusahaan Listrik Negara dengan subsidi dari pemerintah pusat. Ini meringankan anggaran daerah sekaligus memperkuat keberlanjutan proyek,” ujarnya.

Orang nomor satu di Danatara ini pun menegaskan, pelaksanaan program tersebut akan dilakukan secara transparan, dengan proses tender yang terbuka. Ia membuka pintu bagi pihak swasta yang berminat untuk bergabung dalam proyek WtE.

.Cari Solusi Dengan Berkaca Pada Negara lain

Disis lain, Managing Director Investment Danantara Stefanus Ade Hadiwidjaja menyampaikan tujuan utama dari PSE bukan sekadar menghasilkan energi. Tujuan utamanya adalah membersihkan lingkungan, karena persoalan sampah di Indonesia sudah tahap darurat.

“TPA Bantar Gebang luasnya lebih dari 100 hektare (ha). Tinggi tumpukan sampahnya setara 10–15 lantai gedung. Total sampah yang menumpuk di Bantar Gebang sudah 55 juta ton. Kalau 55 juta ton sampah itu dikembalikan ke Jakarta, hampir seluruh kota bisa tertutup,” paparnya.

Masalah ini, katanya, bukan hanya terjadi di Indonesia. Negara lain pernah mengalami hal serupa. Jepang, Eropa, dan China pernah berada dalam kondisi sama. Tapi mereka, sebutnya, berhasil keluar dari krisis itu. Ia mencontohkan keberhasilan China mengatasi maslah sampah, 20 tahun tahun lalu, mereka menghasilkan 1 kilogram sampah per orang per hari. Dengan populasi 1,5 miliar orang, berarti 1,5 miliar kilogram sampah per hari.

“Mereka sadar bahwa ini darurat, lalu mulai membangun sistem waste to energy. Sekarang, setelah 20 tahun, di China sudah ada lebih dari 1.100 fasilitas incinerator, masing-masing membakar lebih dari 1.000 ton sampah per hari,” ucapnya.

Baca juga:

PLN EPI Pamerkan Keunggulan Hidrogen di Ajang GHES

Bahkan, katanya, sekarang terjadi fenomena rebutan sampah, karena sampahnya sudah habis terbakar. Saking kekurangan sampah, TPA lama bahkan dibersihkan kembali. Teknologinya cukup sederhana. Sampah diambil, dimasukkan ke incinerator, lalu dibakar menjadi energi.

“Sebanyak 90% sampah berubah menjadi bottom ash. Asap yang keluar sangat minim karena sudah melalui filter flying ash. Bahkan bottom ash bisa diolah lagi menjadi bahan bangunan seperti bata,” paparnya.

Adapun limbah cairnya, di negara seperti Jepang, Eropa, dan China, bisa diolah hingga menjadi air jernih yang bahkan bisa diminum.

Hadiah dari Pusat Untuk Daerah

Kedaruratan sampah sudah menjadi ancaman semua Pemerintah Daeah (Pemda), atas dasar itu Stefanus menegaskan setiap Pemda harus terlibat dalam proyel PLTSa, dimana pemerintah pusat telah membeikan kemudahan. Kemudahn tersebut diantaranya Pemda tidak perlu membayar Total Down Payment (TDP). Pemda hanya wajib menyediakan lahan minimal 5 ha, dan men-supply sampah ke PLTSa.

“Pemda bisa mengajukan ke KLH untuk direview. Hasilnya, akan diserahkan KLH ke Danantara untuk dieksekusi. Tapi mereka harus siap dari sisi logistik juga, seperti pengantaran sampah, pengumpulan. Lalu, ada juga retribusi dari masyarakat untuk budget infrastruktur itu,” ungkapnya.

Baca juga:

Indonesia dan Jepang: Jejak Berbeda dalam Transisi Energi Terbarukan

Untuk itu ia mengungkapkan, Danantara sedang mengecek kesiapan teknis dari masing-masing kota. Danantara, juga sudah menyiapkan Daftar Penyedia Teknologi (DPT) untuk teknologi incinerator dari berbagai negara.

“Di Batch pertama ini, ada 24 perusahan yang sudah terverifikasi memiliki pengalaman internasional dalam waste to energy. Mereka lolos tahap seleksi dari 200 peminat,” paparnya.

Mereka yang terverifikasi akan terlibat dalam pembangunan proyek PSEL tahap pertama di tujuh wilayah aglomerasi. Perusahaan itu mayoritas berasal Cina. Namun, ada juga dari Jepang, dan Eropa.

Selanjutnya, kata Stefanus, perusahaan yang lolos bisa melibatkan perusahaan lokal dari badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), dan swasta. Kemudian, perusahaan-perusahaan ini bisa mengikuti tender untuk seluruh proyek di tujuh wilayah aglomerasi atau fokus pada satu wilayah saja.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Erobi Jawi Fahmi
Eka Permadhi

Delapan Kali Dukung Borobudur Marathon, Generali Konsisten Gaungkan Hidup Sehat

President Director and CEO Genali Indonesia Rebecca Tan (kedua dari kiri) didampingi Head of Corporate Communications, Windra Krismansyah (kiri) menyerahkan proteksi kepada perwakilan pelari Borobudur Marathon 2025, di Borobudur, Jawa Tengah, Minggu (16/11/2025). Untuk ke 8 (delapan) kalinya, Generali Indonesia kembali menjadi _Official Insurance Partner_ Borobudur Marathon, yang di tahun ini telah melindung 11.500 pelari. Generali Indonesia memberikan perlindungan menyeluruh terhadap risiko kesehatan dan jiwa akibat kecelakaan, termasuk risiko yang berkaitan langsung dengan olahraga lari. Aktual/DOK GENERALI INDONESIA

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Berita Lain