24 Desember 2025
Beranda blog Halaman 212

Bukan Tinggalkan Jokowi, Projo Disebut Pilih ‘Poligami Politik’

Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi saat ditemui awak media, di Kantor Kemenkop RI Jakarta, Senin (24/3/2025). ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira

Jakarta, aktua.com – Keputusan relawan Projo menghapus wajah Jokowi dari logo organisasi memantik banyak tafsir. Bukan sekadar perubahan simbol, langkah itu dinilai sebagai manuver politik untuk menyesuaikan arah kekuasaan tanpa benar-benar meninggalkan sang patron utama.

Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, menyebut perubahan ini sebagai bagian dari transformasi organisasi.

“Ini bukan lagi soal pro individu. Kita ingin memperkuat kelembagaan, bukan kultus personal,” katanya. Ia menegaskan Projo tetap mendukung penuh pemerintahan Prabowo–Gibran.

Sejak berdiri pada 2013, Projo tumbuh sebagai mesin relawan inti Jokowi di dua Pilpres. Wajah Jokowi bahkan menjadi identitas resmi mereka selama lebih dari satu dekade. Kini, di era Prabowo–Gibran, perubahan simbolik itu jadi penanda munculnya babak baru perjalanan politik Projo.

Di tengah bergesernya pusat kekuasaan, publik melihat langkah ini sebagai upaya Projo merapikan posisi agar tetap berada di lingkar inti pemerintahan. Pertanyaannya, apakah Projo benar-benar meninggalkan Jokowi atau sekadar memperluas ruang bermain politik?

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif SCL Taktika, Iqbal Themi, menilai keputusan tersebut bukan pemutusan tali politik dengan Jokowi, melainkan bentuk poligami politik.

“Sulit membayangkan Projo benar-benar melepaskan Jokowi. Dengan Gibran berada di pusat kekuasaan, mereka tetap punya jalur genetik ke patron lama, yakni Jokowi. Ini bukan tutup buku dengan Jokowi, tapi membuka bab baru untuk Prabowo,” kata Themi, Selasa (4/11/2025).

Iqbal menjelaskan, tindakan ini merupakan adaptasi politik yang jamak dalam transisi kekuasaan Indonesia, terutama bagi kelompok relawan yang historisnya bertumbuh melalui patronase.

“Relawan seperti Projo dibangun dari relasi personal, bukan institusi. Ketika pusat kekuasaan bergeser, mereka harus mengikuti arus. Poligami politik ini cara menjaga kontinuitas pengaruh tanpa kehilangan akses ke jaringan atau patronase lama,” ujarnya.

Menurut Iqbal, Projo tengah mengamankan continuity of influence dalam lanskap kekuasaan baru yang memiliki karakter dan orbit politik berbeda.

“Prabowo membawa gaya kepemimpinan, jaringan ekonomi, dan ekosistem kekuasaannya sendiri. Projo paham itu. Mereka merapikan simbol lama bukan pertanda pisah jalan, tapi agar tidak terjebak dalam romantisme figur lama,” terangnya.

Iqbal juga menyebut langkah Projo itu sebagai upaya menghindari posisi marginal dalam konfigurasi kekuasaan Prabowo saat ini.

“Projo membaca arah angin. Tidak ingin menjadi ‘anak tiri’ dalam rumah kekuasaan baru yang sudah berganti. Dengan merawat Jokowi dan menyapa Prabowo, Projo memastikan kursi tetap tersedia di meja kekuasaan,” jelasnya.

Dengan demikian, sambung Iqbal, reposisi Projo adalah strategi realisme politik.

“Ini survival mode. Dalam politik, kesetiaan bukan soal satu wajah, melainkan akses terhadap sumber legitimasi dan sumber daya. Projo sedang memastikan keduanya tetap terbuka,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Prabowo Minta PT KAI Tidak Khawatir Soal Whoosh

Presiden Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi (tengah) saat meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru di Jakarta, Selasa (4/11/2025). Presiden Prabowo meresmikan Stasiun Tanah Abang dengan nilai proyek lebih dari Rp309 miliar yang mencakup pembangunan gedung stasiun baru dengan luas bangunan 18.150 meter persegi dan jalur eksisting sepanjang 1.489 meter single track, serta penambahan dan pengembangan berbagai fasilitas penunjang sehingga mampu melayani penumpang 300 ribu orang perhari. ANTARAFOTO/Galih Pradipta/YU (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Presiden Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi (tengah) saat meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru di Jakarta, Selasa (4/11/2025). Presiden Prabowo meresmikan Stasiun Tanah Abang dengan nilai proyek lebih dari Rp309 miliar yang mencakup pembangunan gedung stasiun baru dengan luas bangunan 18.150 meter persegi dan jalur eksisting sepanjang 1.489 meter single track, serta penambahan dan pengembangan berbagai fasilitas penunjang sehingga mampu melayani penumpang 300 ribu orang perhari. ANTARAFOTO/Galih Pradipta/YU (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

Jakarta, aktual.com – Presiden Prabowo Subianto meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) tidak khawatir mengenai penyelesaian utang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

“Indonesia bukan negara sembarangan. Kita hitung, enggak ada masalah itu. Ya. Jadi PT KAI enggak usah khawatir, semuanya enggak usah khawatir,” kata Prabowo di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (4/11).

Presiden menyampaikan pemerintah telah mempelajari permasalahan terkait utang proyek tersebut dan memastikan tidak ada persoalan yang perlu dikhawatirkan.

Prabowo menegaskan tanggung jawab terhadap proyek itu berada di tangannya selaku Presiden Republik Indonesia.

“Saya sudah pelajari masalahnya. Tidak ada masalah, saya tanggung jawab nanti utang itu Whoosh semuanya,” ucapnya.

Menurut Presiden, transportasi publik seperti Whoosh tidak dapat diukur dari sisi keuntungan atau kerugian finansial semata, melainkan dari manfaat yang diberikan kepada masyarakat.

Kepala Negara menyebut skema pembiayaan transportasi umum di berbagai negara umumnya merupakan bagian dari kewajiban pelayanan publik (public service obligation).

Presiden mencontohkan bahwa sebagian besar layanan kereta api nasional disubsidi oleh pemerintah agar dapat dijangkau masyarakat luas. Prabowo menekankan subsidi tersebut merupakan bentuk kehadiran negara yang menggunakan dana rakyat, baik dari pajak maupun kekayaan negara.

Dalam kesempatan itu, Presiden juga mengingatkan pentingnya menjaga integritas dalam pengelolaan keuangan negara.

Prabowo menegaskan uang rakyat tidak boleh disalahgunakan dan harus dikembalikan untuk pelayanan kepada masyarakat.

Presiden mengimbau agar persoalan proyek Whoosh tidak dipolitisasi dan meminta masyarakat tetap tenang. Dirinya menilai Indonesia memiliki kemampuan ekonomi yang cukup kuat untuk menanggung pembiayaan proyek strategis tersebut.

“Jadi, jangan khawatir, saya sampaikan semua, saya sudah pelajari masalahnya. Indonesia sanggup dan itu wajar semuanya itu ya. Jangan dipolitisasi. Jangan kita menari di gendang orang. Mungkin ada pihak-pihak dari enggak tahu dari mana yang ingin selalu menimbulkan kecemasan rakyat. Enggak, tenang-tenang saja ya. Bangsa kita kuat, bangsa kita kaya,” kata Presiden.

Kepala negara juga mengingatkan jajarannya untuk tidak lengah, tidak tertipu, dan tidak membiarkan adanya penyelewengan dalam pengelolaan kekayaan negara.

Prabowo menyatakan akan bekerja bersama timnya untuk memastikan penghematan, penyelamatan aset, serta pengelolaan sumber daya secara optimal demi kesejahteraan rakyat.

“Saya tidak akan ragu-ragu. Bersama tim saya, kita buktikan bahwa kita akan menghemat, kita akan menyelamatkan, kita akan mencari semua sumber-sumber kekayaan dan kita akan kelola dan kita akan kembalikan untuk kesejahteraan rakyat,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Putar Uang Cepat, Gaya Purbaya Kejar Pertumbuhan Ekonomi

Momen penyerahan uang sitaan Rp13 triliun dari Jaksa Agung ST Burhanuddin ke Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Kejagung, Senin (20/10/2025). Aktual/BPMI. Setpres

Jakarta, Aktual.com – Purbaya Yudhi Sadewa kini menjadi sosok menteri yang paling hangat dibicarakan di berbagai forum pemerintahan dan media. Sebagai Menteri Keuangan, Purbaya selalu terbuka, lugas dan berani menyampaikan pandangan kritis terhadap kebijakan lintas kementerian, dan pemerintah daerah tanpa basa-basi.

Sejumlah pengamat ekonomi menilai, ada perubahan paradgima dalam kebijakan ekonomi Indonesia usai Purbaya menjabat sebagai Menkeu pada 8 September 2025. Contohnya terkait kebijakannya menempatkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp200 triliun ke bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).

Guru Besar Ekonomi Universitas YARSI, Perdana Wahyu Santosa, menyampaikan, kebijakan tersebut menggeser paradigma sebelumnya terkait pengelolaan SAL. Menkeu sebelumnya menyimpan SAL di Bank Indonesia, sedangkan Purbaya menempatkannya di bank Himbara agar disalurkan ke sektor riil dan produktif.

“Pak Purbaya fokus menggerakkan pembiayaan produktif agar sektor riil masyarakat dapat tumbuh lebih cepat,” ujarnya, di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Baca juga:

Purbaya vs Everybody: Antara Gaya Blak-blakan dan Jalan Terjal Ekonomi Rakyat

Adapun Direktur Eksekutif GREAT Institute, Anto Sudarto, memandang paradigma ekonomi Purbaya tersebut berakar pada prinsip tidak membiarkan uang menganggur.

“Beliau sangat tidak suka jika ada uang yang tidak digunakan, karena bagi beliau, uang itu seperti energi yang bisa menggerakkan segala sesuatu,” ucap Anto.

Dengan pola pikir seperti itu, kata Anto, Purbaya cepat bertindak ketika ada anggaran negara yang mengendap. Ia akan menarik dana itu, dan memastikannya berputar sehingga bisa memberikan dampak yang positif bagi perekonomi.

Hal sama saat Purbaya mengungkapkan adanya anggaran negara yang belum terserap di kementerian/lembaga, maupun pemerintah daerah, serta mengancam akan menariknya kembali.

Baca juga:

Purbaya Siapkan Rp20 Triliun untuk Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan

Disisi lain Perdana mengatakan, fokus Purbaya soal tersebut menunjukkan kebijakan fiskal yang berakar pada prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dan responsiveness dalam setiap pengambilan keputusan.

“Ketiga prinsip ini dasar penting untuk menciptakan tata kelola keuangan negara yang transparan serta dapat dipertanggungjawabkan, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat,” papar Perdana.

Keterbukaan inilah, menurut Anto, yang membuka akses publik, dan ruang diskusi terhadap pengelolaan keuangan fiskal negara yang pada masa Menkeu sebelumnya tidak pernah terjadi.

“Dulu, banyak orang tidak tahu apa yang terjadi dengan uang negara. Kini, publik bisa melihat dengan jelas bagaimana keuangan negara dikelola,” ucap Anto.

Menurutnya, transparansi dalam pengelolaan keuangan negara ini yang sebelumnya sangat tertutup menimbulkan optimisme masyarakat. “Mereka jadi tahu bahwa negara memiliki sumber daya yang cukup, yang sebelumnya tidak diketahui,” ujar Anto.

Baca juga:

Menkeu Purbaya Alokasikan 13T Hasil Sitaan Kasus Ekspor CPO ke LPDP

Dinamika Birokrasi, Dukungan Publim, Hingga Upaya Politisasi

Namun, Perdana menyampaikan, Purbaya harus menghadapi tantangan birokrasi, baik di kementeriannya maupun di kementerian/lembaga lain. Karena itu, konsolidasi antar kementerian dan lembaga sangat penting agar kebijakan-kebijakan keuangan dan perekonomian dapat berjalan dengan lebih lancar.

“Sinergi dengan Bank Sentral, OJK, dan instansi terkait juga sangat diperlukan. Seperti yang kita ketahui, beberapa kebijakan utang mengalami polemik, dan hal ini menunjukkan pentingnya koordinasi yang lebih baik antar instansi terkait,” kata Perdana.

Kendala lainnya, Perdana mengungkapkan, kebijakan terkait cukai dan coretax masih memerlukan pembenahan. Ia pun meminta Purbaya untuk lebih menekankan evaluasi dan perbaikan kebijakan di dua hal tersebut agar lebih efektif dan dapat diterima oleh semua pihak terkait.

Meski memiliki kendala, Anto melihat, sejauh ini konsistensi Purbaya antara janji, kebijakan dan implementasinya di lapangan masih terlihat jelas. Kebijakan transparansi yang Purbaya janjikan masih berjalan, dan masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana pengelolaan keuangan negara berjalan dengan terbuka.

Baca juga:

Menkeu Purbaya Tekankan Akselerasi Belanja Daerah untuk Dorong Pembangunan

Hal itu terlihat dari dukungan dan kepuasan publik terhadap Purbaya. Hasil survei GREAT Institute, Purbaya memperoleh skor kepuasan publik yang tinggi di antara anggota kabinet lainnya. Dalam survei Purbaya meraih skor 826 dalam kepuasan masyarakat, jauh mengungguli Agus Harimurti Yudhoyono yang memperoleh skor 155, dan Nasaruddin Umar dengan skor 129.

Menurut Anto, skor Purbaya dalam survei tersebut mencerminkan tingkat dukungan yang sangat tinggi dari masyarakat terhadap kinerjanya sebagai Menkeu. Purbaya tidak hanya memiliki kapasitas tinggi dalam bidang ekonomi, tetapi juga memiliki legitimasi politik yang kuat.

“Setiap langkah yang diambil oleh Purbaya adalah amanah langsung dari Presiden Prabowo, yang memperkuat posisinya dalam pemerintahan,” jelasnya.

Fenomena ini juga terlihat dari kritik yang disampaikan Purbaya terhadap kementerian dan lembaga negara lainnya. Dukungan langsung dari Presiden Prabowo terhadap kritik tersebut semakin memperkuat posisi Purbaya untuk melakukan self-criticism, bahkan terhadap kementeriannya sendiri.

“Mulai dari coretax, bea cukai, hingga laporan-laporan yang disampaikan oleh Bapak Purbaya, semuanya menunjukkan adanya upaya perbaikan. Saya rasa, ini juga merupakan bentuk self-criticism yang beliau lakukan,” ujar Direktur Riset GREAT Institute tersebut.

Baca juga:

Kopdes Merah Putih Sulit Dapat Modal, Purbaya Salahkan Himbara

Selain itu, menurutnya, elektabilitas Purbaya mulai diperhitungkan dalam kancah politik Indonesia. “Masyarakat sangat mendukung Purbaya, bahkan ada yang mulai menghitung elektabilitasnya sebagai calon wakil presiden,” katanya.

Meskipun hasil berbagai lembaga survei begitu tinggi mendukugnya sebagai Cawapres di Pemilu 2029 mendatang, Purbaya menolak bila sepak terjangnya sebagai Menteri Keuangan dikaitkan dengan kontestasi politik. “Saya nggak tertarik politik. Saya nggak tertarik politik,” ujar Purbaya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/10)

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Erobi Jawi Fahmi
Eka Permadhi

Berita Lain