23 Desember 2025
Beranda blog Halaman 225

Komdigi Proyeksikan Ekonomi Digital Indonesia Jadi Terbesar di ASEAN pada 2030

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Komunikasi dan Digital memproyeksikan ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 366 miliar pada 2030 mendatang. Angka ini menempatkan Indonesia melampaui negara ASEAN lain, termasuk Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyebut proyeksi ini menunjukkan pertumbuhan pesat sektor digital nasional secara konsisten dalam enam tahun ke depan.

“Nilai ekonomi digital mencapai US$ 90 miliar untuk tahun 2024 dan diproyeksikan meningkat empat kali lipat menjadi US$ 366 miliar pada 2030,” katanya pada acara FEKDI x IFSE 2025, di Jakarta International Convention Center (JICC), Kamis (30/10/2025).

Berdasarkan laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat 229,4 juta pengguna internet atau 80,6% populasi nasional pada 2025. Data ini menunjukkan potensi pasar digital Indonesia yang terus berkembang di sektor e-commerce dan keuangan digital.

Menurut Meutya, konektivitas digital menjadi faktor penting agar transformasi ekonomi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. “Konektivitas merupakan kunci, 80% wilayah tanah air sudah terhubung, meski kota 84%, desa 77%,” ujar Meutya.

Tambahnya, pemerintah terus memperluas infrastruktur digital melalui program 1.1.1 yang menghadirkan internet di 27.865 titik layanan publik. Sebanyak 1.631 titik berada di Papua, sebagai bagian dari upaya pemerataan akses di wilayah 3T.

Selain infrastruktur, ia menjelaskan, pengembangan ekosistem inovasi dilakukan melalui Garuda Spark Innovation Hub untuk mendukung startup Indonesia. “Ekosistem inovasi harus inklusif, aman, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” jelas Meutya.

Selanjutnya, pengembangan talenta digital menjadi fokus utama pemerintah agar transformasi digital dapat berkelanjutan hingga 2045. Meutya berharap penguatan SDM menjadi fondasi penting dalam memastikan keberlanjutan ekonomi dan digital nasional.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

DPRD Kritisi Transparansi BPBD DKI Jakarta 

Jakarta, Aktual.com – Rapat Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta mulai membahas Rancangan APBD tahun 2026. Dalam rapat itu, Komisi A menyoroti kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Ketua Komisi A, Inggrad Joshua, menilai BPBD perlu perbaikan dalam tata kelola dan kepemimpinan. Ia menyebut kegiatan BPBD masih belum transparan dan kontrol internalnya lemah.

“Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan BPBD masih belum transparan, dan fungsi kontrol internal sangat lemah,” ungkap Inggrad Joshua dalam rapat pembahasan anggaran, di Gedung DPRD, Jakarta, Kamis, (30/10/2025).

Sorotan tersebut merupakan bagian dari evaluasi penggunaan anggaran daerah. Komisi A menekankan pentingnya akuntabilitas dalam program penanggulangan bencana.

Inggrad juga meminta evaluasi terhadap pejabat struktural dan PPK yang dinilai kurang profesional. “Kami meminta dilakukan evaluasi kinerja pejabat struktural dan PPK yang kurang profesional agar pelaksanaan program berjalan sesuai prinsip akuntabilitas dan pelayanan publik,” tegasnya.

Rapat ini menjadi momen penting untuk memastikan anggaran dijalankan secara transparan dan efisien.

Hal ini menunjukkan bahwa BPBD perlu melakukan pembenahan menyeluruh, terutama dalam aspek transparansi dan profesionalisme pelaksana program. Evaluasi terhadap pejabat struktural dan PPK menjadi langkah penting agar BPBD dapat menjalankan tugasnya sesuai prinsip akuntabilitas dan pelayanan publik.

Komisi A berharap peringatan ini menjadi dorongan bagi BPBD untuk memperbaiki tata kelola internal. Dengan begitu, anggaran yang dialokasikan melalui APBD 2026 benar-benar dapat digunakan secara efektif dan berdampak langsung bagi masyarakat.

Laporan: Yassir Fuady

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Triliunan Dana Pemda Parkir di Bank Daerah, DPR Sebut cuma Beda Tafsir

Jakarta, Aktual.com – Persoalan dana milik pemerintah daerah (Pemda) dengan nilai ratusan triliun rupiah yang parkir di bank menjadi sorotan publik. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, uang Pemda yang mengendap itu mencapai Rp234 triliun.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi II DPR RI Rifqinizamy Karsayuda menyoroti perbedaan soal tafsir ‘dana Pemda yang mengendap’. Menurutnya, diperlukan aturan yang jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pemerintah pusat dan daerah.

Rifqi menjelaskan, terdapat dua tafsir utama mengenai dana mengendap tersebut. Pertama, dana yang belum dibelanjakan karena program APBD belum terealisasi. Kedua, dana yang sengaja disimpan di bank daerah dalam bentuk deposito atau giro untuk memperoleh margin atau bunga, yang kemudian dicatat sebagai pendapatan asli daerah (PAD) di tahun berikutnya.

“Kalau yang pertama itu soal serapan anggaran yang rendah, tapi yang kedua ini yang perlu diseriusi. Karena kalau semakin banyak daerah naruh uang di bank, berarti pembangunan di lapangan tidak jalan,” kata Rifqinizamy di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (30/10/2025).

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), sebagian besar pemda mencatat serapan anggaran baru mencapai 50–60 persen pada triwulan terakhir 2025. Kondisi ini mirip dengan tingkat serapan kementerian dan lembaga di pemerintah pusat.

Sebagai contoh, Rifqi menyoroti Provinsi DKI Jakarta yang pada 2024 mencatat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) hampir Rp10 triliun. Angka tersebut dinilai sangat besar karena setara dengan total APBD beberapa provinsi kecil seperti Kalimantan Utara, Gorontalo, atau Bangka Belitung, yang masing-masing berada di bawah Rp2 triliun.

“Dana sebesar itu potensial ditaruh di Bank DKI. Jadi uangnya ada, tapi gagal dibelanjakan. Itu yang disebut dana mengendap,” tambahnya.

Meski demikian, Rifqi menilai perbedaan pandangan antara pemerintah pusat dan daerah muncul akibat kekosongan hukum serta perbedaan pola pikir fiskal. Pemerintah pusat menilai daerah lambat membelanjakan anggaran, sementara daerah beralasan penempatan dana di bank justru memperkuat PAD dan menopang perbankan daerah.

“Pemerintah daerah tidak salah juga. Tapi perlu duduk bersama agar tidak timbul persepsi seolah daerah kaya tapi tak mau belanja, padahal ada logika fiskal di baliknya,” ujarnya.

Komisi II DPR RI berencana membahas isu ini lebih lanjut bersama perwakilan gubernur, bupati, dan wali kota. Namun, DPR masih memberi ruang bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan baru hingga akhir tahun anggaran 2025.

Sebelumnya, Purbaya mengungkapkan dana Pemda yang mengendap itu disebabkan oleh lambatnya realisasi belanja APBD di berbagai daerah.

“Realisasi belanja APBD sampai dengan triwulan III tahun ini masih melambat. Rendahnya serapan tersebut berakibat menambah simpanan uang pemda yang nganggur di bank sampai Rp234 triliun. Jadi jelas ini bukan soal uangnya tidak ada, tapi soal kecepatan eksekusi,” ujar Purbaya di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (20/10).

Dari data Kemenkeu, tercatat ada 15 daerah dengan simpanan dana tertinggi di bank, berkisar antara Rp2 triliun hingga hampir Rp15 triliun. Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan dana mencapai Rp14,6 triliun.

Laporan: Taufik Akbar Harefa

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

KPK Ungkap Dugaan Korupsi 23 Ribu Mesin EDC di Proyek Digitalisasi SPBU Pertamina

Pembayaran secara digitalisasi menggunakan pembayaran melalui electronic data capture (EDC) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Aktual/HO

Jakarta, Aktual.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami kasus dugaan korupsi proyek pengadaan digitalisasi SPBU PT Pertamina (Persero) yang berlangsung pada periode 2018–2023.
Lembaga antirasuah itu menduga ada 23.000 mesin electronic data capture (EDC) yang dikorupsi dalam proyek bernilai ratusan miliar rupiah tersebut.

Juru Bicara KPK Budi Prasetyo mengatakan, pada Rabu (29/10/2025) penyidik telah memeriksa dua dari tiga saksi yang dijadwalkan hadir, yakni EA selaku Komisaris Utama PT Phase Delta Control dan BD, pihak swasta yang disebut terlibat dalam proses pengadaan.
Sementara satu saksi lainnya dijadwalkan untuk pemeriksaan ulang pada Kamis (30/10/2025).

“Dalam perkara ini, diduga total pengadaannya sejumlah sekitar 23.000 mesin EDC,” ujar Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).

Budi menjelaskan, KPK bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam melakukan sampling dan audit investigatif terhadap mesin-mesin EDC yang tersebar di sejumlah SPBU.
Pemeriksaan fisik dilakukan di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten untuk memastikan kesesuaian antara jumlah mesin yang diadakan dan yang benar-benar berfungsi di lapangan.

“Kerja sama dengan BPK juga bertujuan untuk menghitung total kerugian negara dan memperkuat langkah asset recovery dalam perkara ini,” jelas Budi.

Sebagai informasi, kasus korupsi proyek digitalisasi SPBU Pertamina ini naik ke tahap penyidikan sejak 20 Januari 2025.
Selanjutnya, pada 31 Januari 2025, KPK telah menetapkan tiga orang tersangka, namun saat itu identitasnya belum diumumkan kepada publik.

Salah satu tersangka yang telah diumumkan adalah Elvizar (EL) — Direktur PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) yang diduga memiliki peran ganda dalam proyek tersebut.
Elvizar diketahui menjabat sebagai Direktur PCS dalam kasus pengadaan mesin EDC di Pertamina, sekaligus menjadi Direktur Utama PCS dalam perkara serupa di PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero.

“Penetapan tersangka ini bagian dari pengembangan penyidikan KPK terhadap proyek digitalisasi SPBU Pertamina dan indikasi praktik suap serta mark up dalam pengadaan mesin EDC,” ungkap Budi.

KPK memastikan akan terus menelusuri aliran dana dan peran para pihak yang diduga terlibat dalam pengadaan ribuan mesin EDC tersebut.
Lembaga antikorupsi itu menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan kasus ini secara tuntas sebagai bagian dari upaya memperkuat tata kelola dan transparansi di sektor BUMN energi nasional.

Dorong Transisi Energi, Eddy Soeparno Minta Masukan Purnomo Yusgiantoro Soal Potensi EBT

Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, berdiskusi dengan Penasihat Khusus Presiden Bidang Energi, Prof. Purnomo Yusgiantoro, membahas strategi percepatan energi terbarukan di Jakarta, 29 Oktober 2025. Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, Aktual.com — Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan potensi energi terbarukan sebagai bagian dari strategi besar mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
Kebijakan ini menjadi prioritas agar Indonesia terbebas dari ketergantungan terhadap energi fosil dan impor sumber daya energi.

Menyambut arah kebijakan tersebut, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menyatakan siap mendukung penuh program Presiden Prabowo melalui pembentukan regulasi dan undang-undang yang berpihak pada transisi energi dan penanganan krisis iklim.

Sebagai langkah konkret, Eddy menemui Penasihat Khusus Presiden RI Prof. Purnomo Yusgiantoro — mantan Menteri Pertahanan sekaligus mantan Menteri Pertambangan dan Energi — di Kantor Penasihat Khusus Presiden, Jalan Teuku Umar No. 10, Menteng, Jakarta, untuk membahas optimalisasi potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.

“Kami ingin mendengarkan pandangan dan masukan dari Prof. Purnomo mengenai strategi percepatan transisi energi agar sejalan dengan visi kemandirian energi Presiden Prabowo,” ujar Eddy di Jakarta, Rabu (29/10).

Dalam pertemuan tersebut, Eddy melaporkan sejumlah langkah konkret yang telah dilakukan MPR RI dalam memperkuat kesadaran publik terhadap isu energi bersih.
Ia menjelaskan, melalui program “MPR Goes to Campus”, pihaknya telah mengunjungi 36 universitas di seluruh Indonesia untuk menyosialisasikan pentingnya transisi energi dan dampak krisis iklim.

“Program ini mendapat sambutan luar biasa dari Gen Z yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan,” kata Eddy.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga menegaskan bahwa pihaknya tengah memperjuangkan dua Rancangan Undang-Undang strategis, yakni RUU Pengelolaan Perubahan Iklim dan RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBET).
Keduanya diharapkan menjadi pondasi hukum bagi kebijakan dekarbonisasi nasional menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat.

“Seiring dengan komitmen Presiden Prabowo untuk mencapai NZE, kami terus memperjuangkan legislasi yang mendukung arah kebijakan tersebut. RUU Pengelolaan Perubahan Iklim sudah masuk dalam Prolegnas 2026,” tegasnya.

Dalam dialog itu, Eddy dan Purnomo juga membahas potensi besar ekonomi karbon Indonesia.
Dengan disahkannya Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025, peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam penurunan dan penyerapan emisi kian terbuka.

“Melalui pertemuan ini, kami memohon arahan dari Prof. Purnomo sebagai Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi mengenai langkah mewujudkan pilar ekonomi baru, yakni ekonomi karbon, termasuk pengembangan teknologi rendah karbon seperti CCS,” tutup Eddy.

Hadir mendampingi Prof. Purnomo Yusgiantoro, Asisten Khusus Penasihat Presiden Urusan Energi Dr. Suyono Thamrin dan Dr. Ir. Retno Gumilang Dewi.

Pertemuan itu mencerminkan sinergi antara pemerintah dan parlemen dalam membangun fondasi transisi energi berkelanjutan, sekaligus menegaskan komitmen Indonesia menuju kemandirian energi hijau di era Presiden Prabowo.

Dasco Terima Kunjungan Abu Bakar Ba’asyir, Bahas Isu Kebangsaan

Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua DPR RI Dasco menerima kunjungan tokoh ulama Abu Bakar Ba’asyir berserta beberapa tokoh lainnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, (30/10).

Momen sikaturahmi itu diunggah Dasco dalam akun Instagram pribadinya. Dalam postingan itu, Dasco dan Abu Bakar duduk saling berhadapan.

“Menerima dan bersilaturahmi dengan Tokoh Ulama Abu Bakar Ba’asyir beserta beberapa tokoh lainnya, di ruang pimpinan Gedung Nusantara III Senayan Jakarta,” tulis akun @sufmi_dasco dikutip pada Kamis, 30 Oktober 2025.

Baik Dasco ataupun Abu Bakar tampak menikmati pertemuan yang berlangsung hangat tersebut. Keduanya tampak tengah membahas sejumlah hal.

Pada postingan itu juga dijelaskan jika Dasco dan Abu Bakar Ba’asyir saling bertukar pandangan mengenai isu kebangsaan mulai dari kemaslahatan umat hingga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Dalam pertemuan banyak hal yang dibicarakan di antaranya terkait kemaslahatan umat serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” tulis akun Dasco.

Turut hadir mendampingi Dasco dalam pertemuan itu, yakni Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman dan Ketua MKD Nazaruddin Dek Gam.

Pertemuan ini juga menjadi bagian dari upaya DPR RI menjalin komunikasi dengan berbagai elemen bangsa, termasuk tokoh agama, dalam rangka memperkuat semangat kebangsaan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain