23 Desember 2025
Beranda blog Halaman 237

Purbaya Soal Pernyataan Whoosh Jokowi : “Ada Betulnya Juga Sedikit”

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, menilai pandangan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi)soal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh bukan semata untuk mencari laba. Menurutnya, proyek kereta cepat ini dianggap memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi wilayah sekaligus pemerataan manfaat transportasi publik.

Purbaya mengakui bahwa proyek Whoosh memiliki misi pengembangan regional yang hingga kini belum digarap secara maksimal oleh pemerintah. “Ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga,” ujarnya seusai menghadiri acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Lebih lanjut, ia menekankan kawasan di sekitar jalur dan stasiun Whoosh perlu dikembangkan agar ekonomi masyarakat sekitar turut bertumbuh. “Tapi yang regionalnya belum dikembangkan mungkin di mana ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh supaya ekonomi sekitar itu tumbuh,” lanjut Purbaya.

Menteri Keuangan itu menegaskan nilai investasi sosial proyek Whoosh akan lebih nyata bila pengembangan wilayah dilakukan secara berkelanjutan. “Itu harus dikembangkan ke depan, jadi ada betulnya,” ucapnya.

Sebelumnya, Presiden ke-7 Joko Widodo menegaskan proyek Whoosh dibangun bukan semata untuk keuntungan finansial negara.“Transportasi massal itu bukan diukur dari laba, tetapi dari keuntungan sosial, seperti pengurangan emisi karbon dan peningkatan produktivitas masyarakat,” Jokowi di Kottabarat, Senin (27/10/2025).

Adapun proyek Whoosh ini menelan investasi sekitar US$7,2 miliar atau Rp116 triliun, dengan 75% berasal dari pinjaman luar negeri. Sementara sisanya berasal dari konsorsium BUMN, termasuk PT KAI, Wijaya Karya, PTPN I, dan Jasa Marga, yang dikelola melalui entitas Danantara.

Di samping itu, pemerintah terus bernegosiasi dengan pihak China terkait restrukturisasi pinjaman agar proyek Whoosh tetap berjalan efisien. Purbaya memastikan pemerintah tidak akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menutupi utang proyek Whoosh.

(Laporan: Nur Aida Nasution)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

Gaya Koboi Purbaya: dari Kritik Hasan Nasbi, Sindiran Bahlil, Debat Luhut, hingga Bantahan Gubernur

Ilustasi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ist

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan publik usai gaya komunikasinya yang blak-blakan. Dengan daya tanpa tedeng aling-aling, dan gaya koboinya, Purbaya kerap mengkritik kebijakan kementerian, dan pemerintah provinsi.

Bahkan, tak segan Purbaya berdebat dengan sejumlah tokoh. Berikut kompilasi sorotan Purbaya yang mendapat perhatian dari para tokoh.

  1. Hasan Nasbi: “Saling Tikam Melemahkan Pemerintah”

Mantan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menilai gaya bicara Purbaya yang kerap menyinggung menteri dan kepala daerah sebagai bentuk “saling tikam” di depan publik.

Ia menyebut hal itu tidak baik bagi soliditas kabinet dan dapat melemahkan citra pemerintah di mata rakyat.  “Sesama anggota kabinet tidak bisa saling baku tikam di depan umum, karena itu akan melemahkan pemerintah,” ujar Hasan.

Purbaya membantah tudingan itu dengan menegaskan ucapannya justru berdampak positif terhadap kepercayaan publik. Ia menunjukkan data survei KPS pada Oktober 2025 yang memperlihatkan kenaikan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

“Saya bukan melemahkan pemerintah. Yang saya lakukan justru mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah,” ujarnya.

  1. Bahlil Lahadalia: “Data Subsidi LPG Belum Valid”

Ketegangan antara Purbaya dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia muncul setelah Purbaya membeberkan data harga ekonomi LPG 3 kilogram. Ia menyebut harga asli per tabung mencapai Rp42.750 sebelum subsidi, dan setelah disubsidi menjadi Rp12.750.

Bahlil dengan cepat merespons bahwa data tersebut belum valid, dan berpotensi keliru. Bahli, bahkan meminta Purbaya untuk belajar data lagi karena akan menimbulkan salah tafsir.

Mendapat respons balik dari Bahli, Purbaya menyatakan akan melakukan verifikasi ulang terhadap apa yang ia sampaikan. “Kami akan cek ulang agar tidak ada perbedaan tafsir, tapi prinsipnya, publik harus tahu berapa besarnya subsidi yang kita keluarkan,” katanya.

  1. Luhut Binsar Pandjaitan: “Family Office Harus Jalan”

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan tetap mendorong pendirian family office di Indonesia sebagai strategi menarik investasi global.

Ia menilai proyek ini penting untuk menampung dana investor besar agar dikelola secara profesional di dalam negeri. “Kita sedang finalisasi dan menunggu keputusan Presiden. Proyek ini harus segera jalan,” tegas Luhut.

Purbaya dengan tegas menolak penggunaan APBN untuk mendanai family office. Menurutnya, APBN harus digunakan untuk kepentingan publik, bukan fasilitas investasi kalangan kaya.

“Kalau DEN mau bangun sendiri, silakan. Tapi saya tidak akan alihkan anggaran ke sana,” kata Purbaya.

Ia menegaskan, prioritas fiskal pemerintah adalah memastikan program tepat sasaran dan menekan kebocoran anggaran.

  1. Sejulmah Gubernur Bantah Purbaya

Purbaya pun berselisih paham dengan sejumlah gubernur usai mengungkap dana pemerintah provinsi yang mengendap senilai Rp234 triliun. Ia mencatat 15 pemprov dengan simpanan dana terbesar, salah satunya Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi angkat suara soal singgungan Purbaya yang menyampaikan pihaknya menyimpan dana deposito sekitar Rp4 triliun. Menurutnya, tidak ada uang Pemprov yang mengendap sebesar itu.

“Enggak ada duit ngendap gini, Itu kan laporan keuangannya gini, BI itu tidak punya data harian, BI itu menghimpun data setiap akhir bulan, jadi datanya dikumpulin bank-bank pemda. Maka laporannya dibuat akhir tanggal 30, duit pasti banyak, Karena apa? Karena dana dari pusat,” kata Dedi.

Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jatim, juga menyangkal Purbaya. Khofifah menyebut, dana yang tampak mengendap di bank pada dasarnya merupakan bagian dari kebutuhan cash-flow APBD, seperti belanja rutin, pegawai, dan bantuan tak terduga.

Menantu Joko Widodo, Gubernur Sumut, Bobby Nasution juga menyangkal tudingan Purbaya soal dana yang mengendap mencapai Rp3,1 triliun. Bobby menyatakan jumlah saldo saat ini hanya sekitar Rp 990 miliar. Ia juga menekankan, dana tersebut sedang dialihkan untuk program pembangunan.

Meski mendapat kritik dari berbagai pihak, Purbaya tetap kukuh dengan pendekatan komunikasinya yang terbuka dan langsung. Ia menilai transparansi dan keberanian menyampaikan data apa adanya merupakan bagian dari tanggung jawab moral sebagai Menteri Keuangan.

Purbaya juga menegaskan, apa yang ia lakukan merupakan bagian dari upaya memperkuat kepercayaan publik dan memastikan kebijakan fiskal berjalan.

Namun, di sisi lain, gaya komunikasinya yang keras juga menimbulkan ketegangan internal yang bisa menjadi ujian bagi soliditas kabinet di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Laporan: Rachma Putri dan Muhammad Hamidan

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

DPR Minta Pesawat Haji Bukan yang Uzur, dan Kru Kabin WNI

Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang. Foto: Taufik Akbar Harefa/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com — Komisi VIII DPR RI meminta pemerintah agar menetapkan standar usia pesawat dalam penerbangan jamaah haji tahun 2026. Hal ini mengingat, terjadinya gangguan penerbangan dan keterlambatan pemulangan jamaah haji pada tahun sebelumnya karena pesawat berusia tua.

Karena itu, DPR mendesak pemerintah untuk membatasi usia maksimal pesawat di bawah 15 tahun. Atau, memastikan pesawat berusia lebih tua mendapat perawatan intensif terlebih dulu sebelum digunakan.

“Pengalaman kita menunjukkan, pesawat yang usianya muda tidak pernah bermasalah. Justru yang tua-tua itu yang sering terbakar, gagal terbang, atau tidak bisa kembali ke Indonesia. Karena itu, kami akan pertimbangkan batas usia maksimal atau standar perawatan yang ketat,” ujar Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, usai rapat kerja dengan Kementerian Kementrian Haji dan Umrah (Kemenhaj) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Marwan menyampaikan, rekomendasi tersebut akan menjadi salah satu pembahasan penting dalam Panitia Kerja (Panja) Haji DPR RI 2026. Selain usia pesawat, Panja Haji juga menyoroti aspek layanan penerbangan, terutama kru yang bertugas di pesawat haji.

Marwan meminta,agar kru kabin berasal dari Indonesia, atau minimal memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan jamaah. Mengingat, sebagian besar jamaah haji berusia lanjut usia dan berasal dari daerah.

“Banyak jamaah kita dari kampung, jadi kalau krunya bukan orang Indonesia, mereka kesulitan berkomunikasi. Kita minta layanan di pesawat berbasis nasional agar jamaah merasa nyaman,” tuturnya.

Evaluasi Maskapai

Terkait penyelenggaran haji pada 2025, Komisi VIII mencatat masih terjadi sejumlah kendala transportasi, termasuk keterlambatan penerbangan dan masalah teknis pesawat.

“Evaluasi terhadap maskapai yang akan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari usia armada, jadwal pemeliharaan, hingga kerja sama dengan pihak Arab Saudi,” ucapnya.

Komisi VIII DPR juga meminta pemerintah menyerahkan seluruh dokumen kontrak dan nota kerja sama dengan maskapai penerbangan ke Panja Haji untuk ditelaah lebih lanjut.

“Kami ingin memastikan jemaah haji mendapatkan pelayanan transportasi terbaik, aman, dan layak. Tidak boleh lagi ada pesawat yang bermasalah karena faktor usia atau perawatan yang buruk,” tegas Marwan.

Rencananya, persoalan teknis mengenai transportasi haji menjadi salah satu pembahasan dalam agenda Panja Haji DPR 2026, bersama isu lain seperti pembiayaan, layanan pemondokan, konsumsi, dan kesehatan.

Komisi VIII menargetkan keputusan final terkait pembiayaan dan standar layanan, termasuk transportasi udara, rampung pada akhir Oktober 2025.

“Kita ingin semua aspek, termasuk transportasi udara, memberi kenyamanan dan keselamatan bagi jamaah. Itu bagian dari peningkatan layanan yang sudah kami sepakati,” pungkas Marwan.

Laporan: Taufik Akbar Harefa

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

Mahasiswa Parlemen Sebut Anggota DPR Nonaktif Jadi Korban Disinformasi dan Fitnah

Gedung Sekretariat Jendral (Setjen) DPR RI. FOTO: Ist

Jakarta, aktual.com – Koordinator Mahasiswa Pemantau Parlemen, Bintang Wahyu, menilai bahwa desakan agar Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI memberhentikan sejumlah anggota DPR nonaktif tidak berdasar. Ia menegaskan bahwa para anggota tersebut merupakan korban dari disinformasi dan kebencian yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu.

“Desakan agar MKD DPR RI memberhentikan Anggota DPR RI non aktif tidaklah tepat, sebab mereka adalah korban Disinformasi, Fitnah dan Kebencian dari sekelompok orang-orang yang ingin membuat gaduh bangsa ini,” kata Bintang Wahyu, Selasa (28/10).

Bintang menyebut beberapa nama seperti Sahroni, Uya Kuya, Nafa Urbach, Adis Kadir, dan Rahayu Saraswati, yang menurutnya menjadi sasaran ketidakadilan publik.

“Mereka Sahroni, Uya Kuya, Nafa Urbach, Adis Kadir serta Rahayu Saraswati adalah para anggota DPR yang dinonaktifkan oleh partai masing-masing, bukanlah seorang terdakwa koruptor atau pelaku kejahatan yang masa hukumannya diancam di atas 5 tahun penjara,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang melanggar hukum maupun kode etik. Namun, akibat arus disinformasi dan fitnah di ruang publik, para anggota DPR nonaktif tersebut terlanjur dicap negatif.

“Selanjutnya mereka juga tidak ada yang melanggar hukum atau kode etik. Namun akibat disinformasi, fitnah, dan kebencian, mereka semua dicap seolah-olah penjahat besar,” katanya.

Menurut Bintang, jika kondisi ini dibiarkan, maka akan sangat tidak adil apabila para anggota DPR nonaktif tersebut diberhentikan atau diganti antar waktu (PAW).

“Oleh sebab itu bagi mereka para anggota DPR RI Non-Aktif sangatlah tidak adil jika mereka harus diberhentikan atau di-PAW, justru sebagai korban DFK nama baiknya haruslah dipulihkan kembali,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan agar MKD DPR RI bersikap profesional dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan terhadap mereka.

“Terakhir, kami berharap agar MKD DPR RI agar bekerja secara objektif dalam menangani masalah ini, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan terhadap anggota DPR RI yang dinonaktifkan dari partai masing-masing,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Penggunaan Paylater Semakin Meluas, Kelas Menengah Perlu Literasi Keuangan

Kepala Riset Lembaga Survei KedaiKOPI, Ashma Nur Afifah saat memaparkan kecenderungan masyarakat beralih menggunakan paylater di Jakarta, Selasa (28/10/2025). Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Masyarakat kelas menengah Indonesia menunjukkan perubahan terarah dalam perilaku keuangan sepanjang tahun 2025. Kepala Riset Lembaga Survei KedaiKOPI, Ashma Nur Afifah, mengatakan pola konsumsi kini lebih rasional akibat tekanan ekonomi yang meningkat.

Menurutnya, perilaku konsumsi masyarakat kelas menengah kini dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks dan saling terkait. “Tiga faktor utama yang memengaruhi perilaku konsumsi adalah literasi keuangan, e-commerce, dan kondisi rumah tangga,” ujar Asma saat pemaparan di Lembaga Survei KedaiKOPI, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Penggunaan fitur paylater semakin meluas di kalangan masyarakat kelas menengah sepanjang 2025. Ia menilai, fenomena ini menandakan kepraktisan digital mulai menggantikan kebiasaan menabung yang dulu menjadi prioritas finansial.

Ashma menjelaskan, meski paylater memberi kemudahan, risiko finansial jangka panjang tetap membayangi pengguna yang kurang paham pengelolaan utang. “Banyak pengguna belum memahami konsekuensi bunga dan keterlambatan pembayaran,” jelasnya.

Ia menilai, literasi keuangan akan menentukan apakah masyarakat dapat tetap sejahtera atau justru terjebak utang melalui paylater. Keseimbangan antara konsumsi dan perencanaan keuangan jangka panjang menjadi perhatian utama literasi finansial.

“Kelas menengah memiliki peran penting menjaga stabilitas ekonomi, tetapi perilaku konsumtif digital perlu dikendalikan,” kata Ashma.

Lebih lanjut, kenaikan harga kebutuhan pokok dan cicilan rumah tangga menjadi tekanan nyata bagi masyarakat kelas menengah.

Meski begitu, berdasarkan data survei KedaiKOPI yang dilakukan secara online, sebanyak 61,4 persen responden masih memilih tabungan dan deposito sebagai bentuk investasi utama mereka.

Menurutnya, hal ini menggambarkan, kelas menengah cenderung mengutamakan keamanan finansial dibanding peluang berisiko tinggi, seperti aset digital.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

KPU Persiapakan Digitalisasi Pemilu Bareng Bawaslu, DPR dan Komdigi

Jakarta, aktual.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama-sama dengan kementerian/lembaga terkait membicarakan soal masa depan pemilihan umum (pemilu), khususnya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan digital.

Isu tersebut diangkat dalam diskusi yang digelar Koalisi Pewarta Pemilu dan Demokrasi (KPP DEM) berkolaborasi dengan KPU RI, di Media Center KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, (25/10).

Dalam diskusi bertajuk “Tantangan Digitalisasi Pemilu dan Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas” ini, hadir sebagai narasumber Anggota KPU RI Iffa Rosita,l dan juga Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja.

Selain itu, turut hadir Anggota Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Wijaya Kusumawardhana, dan Peneliti The Indonesian Institute (TII) Adinda Trianke Muchtar.

Dalam pemaparannya, Iffa menyebutkan pelaksanaan pemilu yang memanfaatkan teknologi informasi dan Digital merupakan tantangan ke depan, termasuk mengenai kesiapan sumber daya manusianya (SDM).

“Ini enggak bisa kita pungkirin ya. Kami pun harus membuka diri mengevaluasi terhadap bagaimana SDM di seluruh Indonesia,” ujar Iffa.

Menurutnya, banyak dari petugas adhoc seperti Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di seluruh Indonesia, belum memenuhi ekspektasi KPU dalam pemanfaatan teknologi informasi dan digital.

“Tapi intinya pemanfaatan teknologi sudah dimanfaatkan oleh KPU sudah sangat lama,” tambah Iffa menegaskan.

Di sisi yang lain, Staf Ahli Kemkomdigi Wijaya Kusumawardhana menuturkan, salah satu tantangan digitalisasi ke depan adalah terkait dengan perkembangan artificial intelligence (AI).

“Pertama yang paling penting dalam untuk adopsi tadi teknologi digital, yaitu AI, kita harus membangun etika dan tata kelola,” ujar sosok yang kerap disapa Jaya.

Dia menambahkan, Kemkomdigi juga telah membuat draf masukan untuk revisi UU Pemilu, sebagaimana bahan perbaikan tata kelola digitalisasi dalam tahapan-tahapan pemilu.

“Revisi ini sudah kita masukkan tadi dalam kerangka-kerangka, kita sudah mau support publik dengan lintas kementerian, lintas komunitas, lintas semua pemangku kepentingan. Dan ini sudah kita akan siapkan dalam kerangka-kerangka AI,” ucapnya.

Adapun dari Anggota Komisi II DPR RI, Mardani Ali Sera menilai, pengembangan digitalisasi pemilu dapat dilakukan dengan mempertimbangkan penerapan pemungutan suara elektronik atau e-voting.

Dia memandang, kesiapan KPU sebagai penyelenggara pemilu menjadi prasyarat dari penerapan e-voting, sebagai salah satu langkah kesiapan menghadapi pengembangan digitalisasi pemilu.

“E-voting itu keniscayaan selama dua hal. Satu, teknologinya tervalidasi securitynya. Yg kedua, etika penyelenggaranya tinggi. Kalau dua ini gak ada, trustnya kecil, masalahnya besar. Nanti malah merusak pemilu kita,” demikian Mardani menambahkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain