25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 253

Hukumonline Raih Penghargaan di AMSI Awards 2025 untuk Kategori Inovasi Produk dan Teknologi Terbaik

Jakarta, aktual.com – Hukumonline meraih penghargaan bergengsi dalam AMSI Awards 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), untuk kategori Inovasi Produk dan Teknologi Terbaik (Media Skala Besar). Pencapaian ini menegaskan konsistensi Hukumonline dalam memperkuat ekosistem hukum digital di Indonesia melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang bertanggung jawab.

“Kita menyadari begitu besar tantangan yang kita hadapi di industri media di Tanah Air saat ini. Karena itu, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan bersama AMSI mendorong upaya menjaga keberlangsungan bisnis media, dengan tetap menjunjung tinggi independensi dan kualitas konten sebagai pilar utama kepercayaan publik,” ujar Editor in Chief Hukumonline, Fathan Qorib dalam AMSI Awards yang menjadi bagian dari rangkaian Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta.

Penghargaan untuk kategori Inovasi Produk dan Teknologi Terbaik diraih melalui AIlex, platform riset hukum berbasis AI generatif yang dikembangkan Hukumonline. AIlex menghadirkan cara baru dalam melakukan pencarian, analisis, dan perbandingan hukum hanya dalam hitungan detik.

Sejak diluncurkan pada 2024, AIlex telah digunakan oleh lebih dari 3.000 pengguna dari 450 perusahaan di Indonesia, menjawab lebih dari 300.000 pertanyaan dengan tingkat kepuasan mencapai 4,7 dari skala 5.

Keunggulan AIlex terletak pada kemampuannya menjawab pertanyaan hukum secara konversasional dengan cepat, akurat, dan relevan, berkat dukungan basis data hukum terbesar di Indonesia yang telah dikembangkan Hukumonline selama 25 tahun.

Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika mengungkapkan bahwa AMSI Awards 2025 menjadi kompetisi dengan tujuan besar untuk memupuk inovasi.

“Inovasi ini menjadi strategi penting untuk bisa selamat melalui disrupsi digital dan menjadi media yang sehat bisnisnya, dan berkualitas kontennya,” ujarnya dalam AMSI Awards 2025 yang menjadi puncak Indonesia Digital Conference 2025.

Dalam rangkaian Indonesia Digital Conference 2025, Hukumonline juga menjalin kolaborasi strategis dengan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers untuk memperkuat kapasitas hukum dan profesionalisme ekosistem pers Indonesia melalui pemanfaatan teknologi AIlex.

“Pemahaman hukum yang kuat pada ekosistem pers akan berkontribusi besar dalam membangun ruang publik yang sehat,” ujar Chief Media and Engagement Officer Hukumonline, Amrie Hakim.

Ia menambahkan, melalui pemanfaatan AIlex, pers dapat menelusuri sumber hukum yang kredibel, memahami konteks regulasi dengan lebih cepat, serta memperkuat kemampuan analisis terhadap isu-isu hukum yang kompleks.

Langkah ini menjadi tonggak baru dalam sinergi antara sektor hukum dan dunia pers. Di tengah derasnya arus informasi digital, kebutuhan akan pemberitaan yang akurat dan berbasis pemahaman hukum menjadi semakin mendesak. Hukumonline melalui AIlex hadir untuk mendukung ekosistem pers di Tanah Air dalam memahami konteks hukum secara mendalam di balik suatu isu.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

WALHI: Pemerintahan Prabowo-Gibran Salah Arah dalam Membaca Krisis Lingkungan

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Tubagus Soleh Ahmad (Kanan)
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Tubagus Soleh Ahmad (Kanan)

Jakarta, aktual.com — Kepala Perencanaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Tubagus Soleh Ahmad, menilai bahwa arah kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka selama satu tahun terakhir menunjukkan kesalahan fundamental dalam memahami persoalan lingkungan hidup di Indonesia. Hal itu ia sampaikan dalam forum diskusi bertajuk “Evaluasi Setahun Prabowo-Gibran: Menakar Kebijakan Ekonomi, Hukum, Politik, dan Lingkungan” yang diselenggarakan oleh aktual.com, Sabtu (25/10).

“Pemerintahan ini dalam satu tahun dalam langkah-langkah dan kebijakan politik sangat dilatarbelakangi oleh pembacaan lingkungan hidup yang sangat salah,” kata Tubagus Soleh Ahmad.

Ia menegaskan bahwa kebijakan yang dijalankan pemerintah justru bertolak belakang dengan kebutuhan publik yang tengah berjuang keluar dari krisis lingkungan hidup.

“Kenapa? Karena apa yang dialami publik sangat paradoks dan berbalik. Saat publik dan rakyat ingin keluar dan selamat dari krisis lingkungan hidup, justru pemerintah melakukan langkah-langkah yang melaksanakan anti terhadap keselamatan rakyat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Tubagus menjelaskan bahwa tanda-tanda negara gagal mulai terlihat dari arah kebijakan ekonomi dan politik yang bersifat eksploitatif dan destruktif.

“Kalau kita melihat ada dua hal prasyarat negara itu akan gagal. Dua hal sudah dilakukan pertama yaitu kebijakan ekonomi yang ekstraktif dan destruktif. Syarat pertama negara gagal itu model ekonomi politiknya ekstraktif dan destruktif. Kedua, di mana-mana arah otoritarian itu dua kuncinya, model ekonomi deflimentalis politiknya nasionalisme yang sempit, ini keduanya sudah dilakukan,” katanya.

Menurutnya, kecenderungan menuju pemerintahan otoritarian juga tampak dari pembangunan program-program bersifat korporatis yang justru menjauhkan rakyat dari akses terhadap sumber pangan.

“Mengapa kita akan mengarah ke otoritarian, otoritarian itu pemerintah akan membangun program-program yang sifatnya korporatis, misalnya MBG. Kalau memang pemerintah betul ingin menjadikan serius dalam kedaulatan pangan, maka seharusnya pemerintah menjauhi program-program yang akses rakyat terhadap pangan,” ungkapnya.

Tubagus menegaskan bahwa negara memiliki tanggung jawab langsung dalam menjamin kedaulatan pangan rakyat, bukan dengan menyerahkannya kepada korporasi besar.

“Negara itu bertanggung jawab memberikan pangan kepada rakyatnya apapun programnya. Kalau memang negara berkeinginan menjadikan rakyat itu berdaulat terhadap pangan, maka berikan rakyat itu akses terhadap kawasan hutan. Maka lakukanlah, distribusikan agraria kepada buruh tani, berikan nelayan itu akses terhadap pesisir dan lautnya,” tegasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

JPEG Dorong Sinergi Lintas Sektor untuk Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

External Communications Telkomsel Anisa Molyna bersama Corporate Secretary PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Herdian, berbincang dengan penyandang disabilitas dalam rangka turnamen mancing bersama Journalist Photo Economic Group (JPEG), di Jakarta, Sabtu (25/10/2025).

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Golkar Nilai Bahlil Tidak Akan Mundur Jalankan Perintah Prabowo

Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Idrus Marham (tengah). ANTARA/HO-Partai Golkar/pri.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Idrus Marham (tengah). ANTARA/HO-Partai Golkar/pri.

Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham menilai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadia tidak akan mundur sejengkal pun dalam menjalankan perintah Presiden Prabowo Subianto dalam menjalankan muruah negara.

Menurutnya, sikap Bahlil sejalan dengan filosofi pemerintahan Presiden yang menempatkan ideologi dan falsafah bangsa, Pancasila sebagai landasan kebijakan.

“Konstruksi berpikir Pak Prabowo itu mengajak kita menyadari bahwa Indonesia ini rumah besar bangsa yang harus dirawat,” tutur Idrus dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (25/10).

Dikatakan bahwa merawat yang dimaksud dilakukan dengan nilai kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan, solidaritas, nasionalisme, patriotisme, serta mengutamakan kepentingan rakyat.

Untuk itu, dirinya berpendapat serangan dan pembingkaian alias framing negatif di media sosial terhadap Bahlil, yang juga merupakan Ketua Umum DPP Partai Golkar itu, merupakan bentuk “paradoks demokrasi” di era keterbukaan informasi saat ini.

Idrus menggarisbawahi berbagai kebijakan Bahlil di sektor energi dan sumber daya mineral menunjukkan keberhasilan dan keberpihakan yang sangat tegas kepada rakyat, bukan pada kelompok tertentu.

“Memperjuangkan keadilan harus dengan cara adil, memperjuangkan demokrasi harus dengan cara demokratis. Memperjuangkan cita-cita mulia dengan ketulusan dan niat baik, bukan dengan fitnah dan kebencian,” ungkapnya.

Idrus menambahkan, Bahlil selalu memiliki komitmen sesuai arahan Presiden Prabowo dengan kesadaran tugasnya sebagai pembantu Presiden.

Dengan demikian, kata dia, cara berpikir tersebut membuat Bahlil selalu konsisten ada dalam lingkaran kebijakan sebagai pembantu Presiden

Sebelumnya, dua organisasi sayap Partai Golkar, Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) dan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), mendatangi Polda Metro Jaya dan Bareskrim Polri, Senin (20/10).

Mereka melakukan konsultasi hukum dan menyampaikan keberatan atas sejumlah akun media sosial yang dianggap menghina Bahlil.

Unggahan-unggahan tersebut dinilai telah melanggar Pasal 27 dan 28 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) serta Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik.

Namun, menurut Idrus, langkah tersebut sama sekali bukan perintah dari Partai maupun dari Bahlil.

“Tidak ada kebijakan partai untuk melapor, apalagi perintah dari Ketua Umum. Ini murni ekspresi semangat anak muda yang ingin menjaga muruah organisasi dan pemimpinnya,” tutur Idrus.

Pihak kepolisian pun menyatakan AMPG dan AMPI baru sebatas melakukan konsultasi hukum dan belum mengajukan laporan resmi.

Atas langkah itu, Bahlil pun sudah buka suara menanggapi meme dan komentar negatif yang menyerang dirinya secara pribadi di media sosial. Ia menceritakan bahwa dirinya sudah terbiasa dihina sejak kecil.

“Pribadi saya, yang sudah mengarah ke pribadi, saya itu memang sudah biasa dihina sejak masih kecil. Saya kan bukan anak pejabat, saya bukan anak orang kaya, saya hanya anak kampung, jadi hinaan itu sudah biasa sejak saya SD,” kata Bahlil di Jakarta, Jumat (24/10).

Namun Bahlil menegaskan dirinya tidak akan membiarkan pihak mana pun mengintervensi arah kebijakan negara, terutama di bidang energi dan sumber daya mineral, sesuai arahan Presiden Prabowo.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Sensus Ekonomi 2026 Penentu Arah Pembangunan, Pemerintah Diminta Tak Kurangi Anggaran

 Jakarta – Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menegaskan bahwa Sensus Ekonomi 2026 bukan sekadar rutinitas statistik, melainkan kompas utama yang menentukan arah pembangunan bangsa. Karena itu, pria yang akrab disapa Fikri ini juga mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk tidak menyepelekan program tersebut, apalagi sampai memangkas anggaran.

Hal itu disampaikan Fikri Faqih saat menggelar Sosialisasi Sensus Ekonomi 2026 bersama Badan Pusat Statistik (BPS) RI di Kota Tegal, Senin (20/10/2025). Kegiatan yang bertema Peningkatan Literasi Statistik Masyarakat ini diikuti pelaku usaha, akademisi, dan aparat daerah dari wilayah Brebes dan Tegal.

Menurut Fikri, sensus merupakan mandat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik yang wajib dilakukan setiap sepuluh tahun. Ia menilai data hasil sensus akan menjadi dasar kuat agar kebijakan pemerintah lebih terarah, efisien, dan akurat.

“Pelaksanaan pembangunan itu adalah dengan sensus, supaya kita punya data yang kuat, dan akurat, dan aktual. Maka 2026 ini harus dilaksanakan,”  kata wakil rakyat dari daerah pemilihan (Dapil) IX Jawa Tengah (Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes) ini.

Politisi Fraksi PKS ini juga menyoroti target ekonomi pemerintah. Fikri juga memastikan akan akan bersuara keras jika ada rencana efisiensi yang mengorbankan program sensus tersebut. “Kalau ingin pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen, maka data dasarnya harus kuat dan akurat. Jangan hanya berdasarkan asumsi,” ujarnya.

Fikri juga menekankan pentingnya literasi statistik masyarakat agar data yang terkumpul akurat dan dapat digunakan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran.

Dengan pelaksanaan Sensus Ekonomi 2026, pemerintah berharap peta ekonomi Indonesia menjadi lebih komprehensif dan siap menghadapi era digitalisasi ekonomi.

Sensus ekonomi menjadi dasar perencanaan pembangunan yang menyentuh semua sektor, baik industri, UMKM, maupun jasa.

Deputi Bidang Neraca Analistik Badan Pusat Statistik (BPS), Edi Mahmud, menjelaskan bahwa Sensus Ekonomi 2026 akan mencakup seluruh kegiatan ekonomi non-pertanian, mulai dari usaha mikro hingga besar, termasuk transaksi ekonomi digital.

YLBHI: Pemerintahan Prabowo-Gibran Mulai Mengarah ke Pola Militeristik dan Otoritarian

Jakarta, aktual.com — Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, menilai bahwa selama satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka belum menunjukkan arah pembenahan hukum yang jelas dan konkret. Hal ini ia sampaikan dalam forum diskusi bertajuk “Evaluasi Setahun Prabowo-Gibran: Menakar Kebijakan Ekonomi, Hukum, Politik, dan Lingkungan” yang diselenggarakan oleh aktual.com, Sabtu (25/10).

“Kita tidak melihat konsep yang jelas paradigma yang konkret atau langkah yang serius dalam pembenahan hukum. Yang ada adalah arus untuk menggelontorkan militer di mana-mana, dengan pembentukan Kodam baru, batalyon pembangunan, atau pelibatan tentara dalam aspek-aspek pembangunan,” ujar Isnur.

Ia mencontohkan kebijakan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) di beberapa daerah yang dinilai melibatkan aparat militer secara berlebihan.

“Misalnya PSN di Merauke, pembangunan food estate yang membangun 2 juta hektare lahan di Papua menggusurnya pakai tentara, begitu juga di Rempang,” ucapnya.

Isnur menegaskan bahwa arah kebijakan hukum di bawah pemerintahan saat ini justru menunjukkan kecenderungan militeristik.

“Jadi kita melihat justru hukum diam-diam diarahkan untuk pemerintahan yang bersifat militeristik. Bahkan gabah saja yang mengawal Babinsa, memastikan harga petani menyerap harga ke Bulog pakai Babinsa,” katanya.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa kecenderungan ini berpotensi mengarah pada sistem pemerintahan otoritarian, di mana ruang kritik masyarakat semakin sempit.

“Jadi kita melihat memang arahnya pemerintahan militeristik. Dalam waktu setahun kita melihat arahnya militeristik, bahkan selangkah lagi menuju otoritarian, jadi masyarakat nggak bisa mengkritik. Kasus MBG, ini bagaimana mengadukannya, karena dapurnya dikelola oleh aparat, militer, partai politik. Ini bagaimana kita melaporkannya,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut menjadi sorotan dalam diskusi yang dihadiri oleh sejumlah akademisi, aktivis, dan pengamat kebijakan publik yang turut mengevaluasi arah pemerintahan dalam setahun terakhir, terutama dalam konteks hukum dan demokrasi yang dinilai mengalami kemunduran.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain