25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 256

Perbaikan Sistem Digital Coretax Ditargetkan Rampung Awal 2026

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat forum diskusi bersama wartawan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025). Foto: Nur Aida Nasution/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Keuangan menargetkan penyelesaian perbaikan sistem digital Coretax pada awal tahun 2026 untuk meningkatkan efektivitas layanan pelaporan SPT Tahunan secara online. Target tersebut menjadi bagian dari upaya reformasi administrasi pajak agar sistem digital pemerintah berjalan lebih efisien dan terintegrasi.

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan, proses pembenahan sistem Coretax kini sudah mencapai tahap akhir dengan hasil yang semakin stabil. “Sekarang sebagian besar masalah Coretax sudah diperbaiki, walaupun masih ada minor error yang sedang kami sempurnakan,” ujarnya dalam forum diskusi bersama wartawan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Menurutnya, kendala utama sebelumnya berasal dari keterbatasan akses terhadap sistem lama yang masih dikelola pihak pengembang luar negeri. “Kita baru bisa mendapatkan akses penuh pada Desember, setelah itu seluruh sistem bisa kami kelola langsung,” ucap Purbaya.

Purbaya menegaskan, sebagian besar komponen sistem kini sudah diperbaiki dan menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. “Kalau sebelumnya proses data bisa terhambat lebih dari sepuluh menit, sekarang jauh lebih cepat dan stabil,” katanya.

Lanjutnya, tim khusus dari dalam negeri saat ini bekerja intensif untuk menyelesaikan pembaruan sistem sebelum masa tenggat. Purbaya optimistis seluruh proses dapat tuntas sesuai jadwal sehingga sistem perpajakan digital dapat berfungsi penuh pada Januari mendatang.

“Kita yakin begitu masuk Januari semua fitur sudah berjalan normal dan tidak ada lagi kendala berarti,” ujar Menteri Keuangan.

Ia menegaskan, perbaikan ini menjadi langkah penting agar sistem pelaporan SPT Tahunan digital dapat berfungsi penuh sesuai target.

Pemerintah berharap penyelesaian sistem Coretax ini menjadi tonggak penting dalam modernisasi administrasi perpajakan Indonesia.

Laporan: Nur Aida Nasution

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi

18 Negara Hadir di Konvensi DMDI, Muzani: Kita Punya Kepentingan Sama, Kita Jaga Stabilitas Bersama

Ketua MPR RI, H. Ahmad Muzani. Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, aktual.com — Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke 23 yang digelar di Jakarta dihadiri perwakilan dari 18 negara. Acara ini menjadi penting untuk meneguhkan komitmen menjaga kawasan Melayu-Islam agar tetap damai, harmonis, dan kondusif di tengah tantangan global.

Ketua MPR RI, H. Ahmad Muzani, menegaskan bahwa kawasan Melayu yang dihuni ratusan juta umat Islam memiliki peran besar dalam menjaga stabilitas regional maupun internasional.

Namun ia juga mengingatkan, kawasan ini tidak boleh jatuh ke dalam jebakan terorisme dan radikalisme.

“Untuk itu kita harus membantu pemerintah kita masing-masing. Di Indonesia mari kita bantu Presiden Prabowo Subianto menjaga stabilitas negara. Di Malaysia kita dukung Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Demikian pula di Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, dan negara-negara lain di kawasan ini,” tegas Muzani.

Muzani menekankan bahwa negara-negara di kawasan Melayu memiliki kepentingan yang sama karena berada di lingkup yang sama. Lingkungan bersama ini, katanya, harus terus dijaga agar tetap kondusif.

“Kita dipersatukan oleh bahasa, oleh keimanan, dan oleh kepentingan yang sama. Apa kepentingan yang sama itu? Menjaga lingkungan kita agar tetap kondusif, harmonis, dan toleran,” ujar Muzani.

Ia menegaskan, stabilitas politik dan ketenangan di tiap negara akan memungkinkan rakyat berusaha dengan tenang, umat beribadah dengan damai, dan masyarakat menikmati kerukunan yang terus dijaga bersama.

Selain pemerintah, Muzani menekankan pentingnya peran ulama dan masyarakat sipil dalam memperkuat harmoni. Ulama, cendekiawan, dan tokoh masyarakat di setiap negara diharapkan menjadi pilar penjaga toleransi dan persaudaraan.

“Semua pribadi kita masing-masing harus menjadi contoh. Contoh bagi orang yang menghormati perbedaan, yang menjunjung toleransi, sekaligus yang memperhatikan kepentingan ekonomi,” katanya.

Menurutnya, keberadaan DMDI dan forum internasional ini menunjukkan komitmen kuat para tokoh Melayu dan Islam untuk menjadikan kawasan ini sebagai teladan dunia dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman.

Atas nama bangsa Indonesia, Muzani menyampaikan rasa syukur karena Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah konvensi besar ini. Ia berharap pertemuan 18 negara ini dapat melahirkan komitmen bersama untuk memperkuat persaudaraan dan solidaritas lintas negara.

“Ini adalah kehormatan besar bagi Indonesia. Mudah-mudahan konvensi ini memberi berkah bagi dunia Melayu dan dunia Islam di masa depan,” pungkas Muzani.

Sekjen DPR Mangkir dari Panggilan KPK, Pemeriksaan Akan Dijadwal Ulang

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Budi Prasetyo ANTARA/Rio Feisal/am.
Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Budi Prasetyo ANTARA/Rio Feisal/am.

Jakarta, aktual.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil Sekretaris Jenderal DPR RI, Indra Iskandar (IIS), untuk diperiksa dalam penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pengadaan kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI. Pemeriksaan ini menjadi bagian dari upaya penyidik KPK untuk menelusuri lebih dalam proses pengadaan serta memastikan potensi kerugian negara dalam proyek tersebut.

Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, mengatakan Indra seharusnya menjalani pemeriksaan pada hari ini. Namun, yang bersangkutan tidak dapat hadir karena memiliki agenda lain yang telah dijadwalkan sebelumnya. “Yang bersangkutan menyampaikan surat pemberitahuan bahwa ada agenda lain, sehingga belum bisa hadir,” kata Budi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat.

Budi menjelaskan, penyidik akan melakukan penjadwalan ulang pemeriksaan terhadap Indra. KPK memastikan proses hukum tetap berjalan sesuai dengan ketentuan. “Nanti akan dikoordinasikan dan dijadwalkan kembali oleh penyidik,” ujarnya.

Dalam kasus ini, penyidik KPK bersama auditor dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tengah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Langkah itu dilakukan untuk mendukung proses penghitungan kerugian negara yang muncul dalam proyek pengadaan kelengkapan rumah jabatan tersebut.

“Penyidik bersama auditor BPKP sedang memeriksa sejumlah saksi untuk mempercepat penghitungan kerugian negara,” tambah Budi.

Koordinasi antara KPK, BPKP, dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diharapkan dapat mempercepat penyelesaian penyidikan. Meski belum mengungkapkan secara rinci nilai kerugian negara, KPK memastikan proses penyelidikan terus berjalan dan setiap perkembangan akan disampaikan ke publik sesuai prosedur hukum yang berlaku.

“Sehingga dengan pemeriksaan secara paralel berbarengan antara penyidik KPK dengan auditor BPK harapannya bisa segera menyelesaikan penyidikannya,” kata dia.

(Achmat)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Kubu Roy Suryo Ambil Langsung Fotokopi Ijazah Jokowi di KPU, Sebut Masih Ada Bagian yang Ditutup

Jakarta, aktual.com — Tim dari kubu Roy Suryo dkk mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI untuk mengambil secara langsung fotokopi ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), yang sebelumnya telah mereka ajukan permintaannya.

Perwakilan kubu tersebut, Bonatua Silalahi, datang langsung ke kantor KPU dan menjadi pihak yang menerima dokumen tersebut. Ia kemudian memperlihatkan fotokopi ijazah Jokowi yang diberikan oleh KPU kepada wartawan.

“Yang diberikan itu adalah fotokopi terlegalisir. Ini apa ya, fotokopi dari fotokopi,” kata Bona kepada wartawan di kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Bona menjelaskan bahwa pihaknya memang telah mengajukan permintaan salinan ijazah Jokowi beberapa waktu sebelumnya, dan pada hari itu KPU menyerahkannya. Ia menyebut dokumen yang diterimanya merupakan fotokopi ijazah Jokowi yang digunakan saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada tahun 2014.

Menurut Bona, salinan tersebut memiliki kesamaan dengan ijazah yang digunakan Jokowi pada tahun-tahun lain saat maju dalam kontestasi pemilu.

“Sama, sama. Jadi yang beda itu adalah legalisirnya, pejabat legalisir yang merah ini. Jadi memang dari yang kita kumpulkan dari 2019, 2014, 2012 di DKI, dan 2010 di Solo itu ijazahnya sama semua ya,” jelas Bona.

Ia menambahkan, timnya juga tengah menelusuri dokumen serupa dari tahun-tahun lain untuk melengkapi perbandingan. “Yang 2005 kita lagi minta, tim kita di sana, Solo dan yang beda itu cuma legalisirnya, pejabat-pejabat legalisirnya. Karena memang tahunnya berbeda, seperti itu,” sambungnya.

Lebih lanjut, Bona mengungkapkan bahwa dalam fotokopi ijazah Jokowi yang diterimanya masih ada beberapa bagian yang ditutup, termasuk tanda tangan rektor. Menurutnya, KPU semestinya membuka bagian tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

“Ini ada delapan yang dihitung. Seharusnya sesuai dengan peraturan, sesuai dengan undang-undang yang keterbukaan informasi publik, delapan item ini harus ada uji konsekuensinya. Mengapa ditutup? Apa konsekuensinya ke publik jika dibuka? Apa konsekuensinya ke penerima jika dibuka? Ke pemilik jika dibuka, dan yang paling penting adalah tidak boleh selamanya dirahasiakan. Harus ada masa waktunya,” terang Bona.

Ia juga menyinggung aturan internal KPU yang menetapkan batas waktu kerahasiaan dokumen tersebut. “Misalnya ini kalau kita baca di peraturan keputusan KPU yang nomor 731 lalu, itu dirahasiakan selama lima tahun ini. Seharusnya seperti itu,” imbuhnya.

Di akhir pernyataannya, Bona menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya memperoleh ijazah Jokowi dalam bentuk asli untuk memastikan keasliannya. Ia menilai bahwa verifikasi tidak dapat dilakukan secara menyeluruh hanya dengan melihat salinan.

“Jadi tetap kita, ini proses paralel, tetap kita akan mengusahakan melihat aslinya. Misalnya ini kan saya tidak melihat bagaimana proses fotokopi ini. Sehingga saya tidak bisa memverifikasi. Artinya, saya percaya saja bahwa inilah hasil fotokopi yang ada,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Pisahkan Dana Abadi Pesantren, Agar Santri Jadi Arsitek

Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid sekaligus anggota DPR RI, menyambut baik keputusan Presiden Republik Indonesia yang menghadirkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di lingkungan Kementerian Agama. Menurutnya, langkah tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat pengelolaan pendidikan keagamaan di Indonesia, termasuk memastikan pengelolaan Dana Abadi Pesantren lebih adil dan mandiri.

“Ini adalah kado Hari Santri yang luar biasa. Kami di Komisi VIII sudah memperjuangkan kehadiran Ditjen Pesantren sejak periode lalu. Sekarang momentumnya sangat tepat,” ujar Hidayat di Kawasan Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Hidayat menjelaskan, jumlah pesantren di Indonesia terus meningkat signifikan. Sebelum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren diterbitkan, jumlahnya tercatat sekitar 28.000 pesantren. Kini, jumlah tersebut meningkat menjadi lebih dari 42.000 pesantren dengan total 11 juta santri.
Menurutnya, peningkatan jumlah dan jenis pesantren baik tradisional, modern, maupun integratif menuntut perhatian khusus dari pemerintah.

“Pesantren tidak hanya mengajarkan agama, tapi juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat, kepekaan sosial, dan pembimbingan masyarakat. Karena itu, perlu ada lembaga khusus yang mengelola secara serius,” tegasnya.

Salah satu fokus utama yang disoroti Hidayat adalah pengelolaan Dana Abadi Pesantren yang saat ini masih menjadi bagian dari Dana Abadi Pendidikan. Ia menilai proporsi dana yang dialokasikan untuk pesantren masih sangat timpang.

“Jumlah murid secara nasional mencapai 52 juta dengan anggaran Rp 9,3 triliun. Sementara untuk 11 juta santri, hanya mendapat Rp 250 miliar. Ini jelas tidak adil,” kritiknya.

Untuk itu, Hidayat berharap Ditjen Pesantren dapat diberi kewenangan mengelola Dana Abadi Pesantren secara mandiri, sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih luas dan strategis bagi kemajuan pesantren.

“Dana Abadi Pesantren jangan hanya dipakai untuk beasiswa keagamaan saja. Santri juga perlu diberi kesempatan kuliah di fakultas teknik, arsitektur, atau kedokteran. Dengan begitu, setiap pesantren bisa memiliki ahli teknik, arsitek, dan dokter dari kalangan santri sendiri,” ungkapnya.

Hidayat menambahkan, langkah tersebut akan memperkuat kemandirian pesantren. Selain melahirkan ulama dan cendekiawan, pesantren juga akan memiliki sumber daya manusia profesional yang mampu menjaga infrastruktur dan kesehatan lingkungan pesantren.

Ia menilai, dengan tidak lagi mengurusi haji dan pengadilan agama, Kementerian Agama kini dapat lebih fokus memperkuat fungsi pendidikan keagamaan melalui Ditjen-Ditjen yang ada, termasuk Ditjen Pesantren.

“Ini momentum tepat agar pesantren lebih berdaya dan dana yang ada digunakan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan santri dan masyarakat,” pungkasnya.

(Taufik Akbar Harefa)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Ketum PSSI Minta Suporter Lupakan Shin Tae-yong dan Patrick Kulivert

Ketua Umum PSSI Erick Thohir diwawancarai awak media di sela pengundian Piala AFF U-23 di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (30/5/2025). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna.

Jakarta, aktual.com – Ketua Umum PSSI Erick Thohir meminta suporter timnas Indonesia untuk move on (berpindah) dari mantan pelatih tim Garuda, Shin Tae-yong dan Patrick Kulivert.

“Kalau saya pikir gini. Kita kan mesti move on. Kalau kita move on sama Patrick Kluivert, ya kita juga move on sama Shin Tae Yong,” ujar Erick dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (24/10).

Kursi pelatih kepala timnas Indonesia saat ini sedang kosong menyusul perpisahan tim Garuda dengan Kluivert pada pekan lalu, setelah kegagalan menembus Piala Dunia 2026 yang dimainkan di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Sejumlah nama pelatih baru yang berkiprah di Asia hingga ke daratan Eropa pun mulai disebut-sebut oleh suporter menjadi kandidat ideal menangani timnas.

Dari beberapa kandidat itu, nama Shin Tae-yong muncul, dengan dia pernah melatih tim ini selama lima tahun sejak awal 2020. Namun, Erick menegaskan bahwa pelatih asal Korea Selatan itu adalah “masa lalu” dari timnas Indonesia dan kini sudah saatnya move on.

Perihal move on, Erick juga sudah menegaskan hal ini pada Januari lalu ketika PSSI menunjuk Kluivert sebagai pelatih anyar untuk menggantikan Shin Tae-yong.

Erick, yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, mengatakan bahwa baik Shin Tae-yong dan Kluivert sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dan dari evaluasi kelebihan dan kekurangan kedua pelatih itu, kata dia, pihaknya akan menggunakannya untuk mencari profil pelatih baru.

“(Kedua pelatih) itu sudah masa lalu. Jadi kita harus moving forward, mencari pelatih baru, yang kita melihat kekurangan dan kelebihan STY maupun Patrick,” kata Erick.

“Kita kan lagi mencari profil, yang dengan segala pertimbangan, kita lihat STY, kita lihat Patrick, kekurangan dan kelebihan apa, kalau bisa dibetulin di pelatih berikutnya,” ucap Erick menambahkan.

Pria 55 tahun itu mengungkapkan, mencari pelatih baru tidak mudah. Hal ini dikarenakan reputasi Indonesia secara peringkat dunia FIFA yang masih rendah karena di luar 100 besar.

“Saya lagi coba buka komunikasi ke banyak pihak, karena jangan sampai persepsi yang terjadi beberapa kali terakhir ini mempersulit posisi kita mencari pelatih. Ranking kita masih rendah, jadi tidak mudah meyakinkan pelatih untuk datang,” jelas Erick.

Kini, ia juga mengaku sedang menggunakan jejaring internasionalnya untuk mendapatkan pelatih yang tepat menangani timnas Indonesia untuk program jangka panjang.

“Jadi yang sekarang saya lagi coba lakukan dengan jaringan internasional saya, memberi confidence (kepercayaan diri) balik bahwa kita tetap ingin punya long term program (program jangka panjang). Apa yang terjadi kemarin-kemarin itu ya bagian dari bentuk result (hasil) yang harus kita tanggung jawab,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain