28 Desember 2025
Beranda blog Halaman 361

SOROTAN: Saatnya Koboi Fiskal Menembak, Bukan Cuma Omon-omon

Saatnya Koboi Fiskal Menembak, Bukan Cuma Omon-omon

Pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang bertekad mengejar para pengemplang pajak mengingatkan publik pada sosok koboi di film klasik yang menantang bandit di jalanan tandus. Dengan nada tegas, ia menyinggung adanya 200 pengemplang pajak besar dengan tunggakan sekitar Rp50–60 triliun yang sudah berkekuatan hukum tetap.

“Dalam seminggu saya paksa bayar,” katanya kemarin.

Kalimat singkat itu terdengar seperti letupan peluru pertama. Tetapi dalam politik fiskal yang penuh jebakan kepentingan, publik berhak bertanya, apakah koboi fiskal ini benar-benar akan menembak, atau sekadar melepaskan peluru kosong?

Rp60 triliun jelas bukan angka kecil. Dana sebesar ini setara dengan pembangunan ribuan sekolah, ratusan rumah sakit, atau program subsidi strategis yang langsung menyentuh rakyat kecil.

Jika negara berhasil menagihnya, dampaknya nyata terhadap defisit APBN dan kualitas belanja publik. Tetapi jika angka sebesar ini dibiarkan mandek, maka sama artinya negara merelakan perampokan terang-terangan yang dilakukan oleh segelintir orang kaya.

Lebih ironis lagi, para bandit pajak ini justru hidup nyaman, berbisnis di Indonesia, mengeruk keuntungan dari konsumen lokal, tetapi menolak membayar kontribusi kepada rakyat Indonesia.

Ketimpangan perlakuan selama ini sudah terlalu kentara. Pedagang kecil ditagih pajaknya, nelayan sederhana dipaksa bayar retribusi, dan karyawan digerogoti lewat potongan otomatis.

Sementara itu, konglomerat dan korporasi besar lihai menyembunyikan kekayaan di luar negeri atau bersembunyi di balik utak-atik fras hukum. Inilah wajah nyata ketidakadilan fiskal, hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.

Jika Purbaya ingin berbeda dari pendahulunya, ia harus berani mengubah pola lama ini. Bukan lagi kompromi, melainkan transparansi. Bukan lagi negosiasi, melainkan eksekusi.

Tantangan besar menanti. Para penunggak pajak bukan sekadar individu nakal, tetapi jaringan mapan dengan akses politik dan kekuatan finansial. Menghadapi mereka berarti menantang benteng kekuasaan yang sudah lama kokoh.

Karena itu, keberanian politik adalah kunci. Publik akan menilai apakah Purbaya benar-benar menjalankan mandat rakyat atau sekadar mengulang cerita lama di mana negara gagah di podium namun lemah di lapangan.

Bank Dunia pernah mencatat potensi kehilangan penerimaan pajak Indonesia mencapai Rp944 triliun per tahun akibat ketidakpatuhan. Angka itu menegaskan bahwa Rp60 triliun hanyalah puncak gunung es.

Maka gebrakan ini tak boleh berhenti pada satu-dua kasus inkracht, tetapi harus disertai pembenahan sistem, percepatan reformasi administrasi Coretax, dan audit independen. Yang terpenting, hasilnya harus terukur, berapa rupiah yang benar-benar masuk kas negara, bukan sekadar angka di konferensi pers.

Rakyat sudah bosan mendengar janji. Mereka ingin bukti bahwa keadilan fiskal ditegakkan tanpa pandang bulu. Bila Purbaya berhasil, ia akan dikenang sebagai menteri yang berani menembak bandit pajak tanpa kompromi. Tetapi bila gagal, sejarah hanya akan mencatatnya sebagai koboi yang pandai berkoar, namun tak pernah menarik pelatuk.

Artikel ini ditulis oleh:

Andry Haryanto

Siti Fauziah: Lomba Jurnalistik MPR Jadi Ajang Kreativitas Wartawan

Sekjen MPR RI Siti Faiuziah foto bersama anggota Koordinatoriat Wartawan PArlemen (KWP) usai acara penganugerahan pemenang Lomba Karya Jurnalistik Tulis dan Foto MPR RI 2025 dalam rangka memperingati Hari Konstitusi dan HUT MPR RI 2025, hasil kerja sama MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), Selasa (23/9/2025). Aktual/HO

Jakarta, aktual.com – Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah, menghadiri penganugerahan pemenang Lomba Karya Jurnalistik Tulis dan Foto MPR RI 2025 dalam rangka memperingati Hari Konstitusi dan HUT MPR RI 2025, hasil kerja sama MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), Selasa (23/9/2025).

Acara yang digelar di Lobi Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, itu turut dihadiri Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI, Anies Mayangsari Muninggar, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas Setjen MPR RI, Rosando, Ketua KWP Ariawan, serta para peserta lomba dan wartawan baik media cetak, online dan elektronik.

Dalam sambutannya, Siti Fauziah, yang akrab disapa Ibu Titi, menyebut lomba yang diikuti para wartawan dari berbagai media massa ini, sebagai wujud kolaborasi dan sinergi MPR dengan wartawan yang bertugas di lingkungan parlemen.

“Saya berharap lomba ini dapat memacu semangat kreativitas rekan-rekan wartawan di KWP untuk terus meningkatkan kualitas karyanya. Semoga kolaborasi yang selama ini terjalin baik antara MPR dan para wartawan bisa terus diperkuat,” katanya.

Ia juga mengapresiasi kualitas karya yang dilombakan, yang mengangkat tema seputar kegiatan MPR.

“Karya-karya yang masuk luar biasa. Bagi yang berhasil meraih juara, pertahankan dan tingkatkan prestasinya. Bagi yang belum, jangan berhenti berkarya dan terus kembangkan kreativitas,” ucapnya.

Menurut Titi, lomba ini akan terus digelar setiap tahun. Bahkan, ada wacana untuk memperluas kategori lomba, termasuk media cetak dan video. “Semoga tahun depan kita bisa menambahkan kategori baru,” kata dia.

Acara penganugerahan juara sendiri berlangsung khidmat dan lancar. Pada kategori karya jurnalistik foto, Yulianto dari Suaraindonews meraih Juara I, disusul Tedy Kroen dari Rakyat Merdeka (Juara II), dan Salman Toyibi dari Jawa Pos (Juara III). Tujuh peserta lagi diberikan penghargaan sebagai nominasi terbaik.

Sementara itu, untuk karya jurnalistik tulis, Haikal Amirullah dari Rakyat Merdeka keluar sebagai Juara I, Martahan Sohuturon dari Sinpo meraih Juara II, dan Givary Apriman dari Law Justice menjadi Juara III dan tujuh peserta masuk sebagai nominasi terbaik.

Cukai Rokok untuk Pengendalian Konsumsi, Sudah Saatnya Memahalkan Harga Rokok

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat menyampaikan keterangan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025). ANTARA/Andi Firdaus/am.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat menyampaikan keterangan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/9/2025). ANTARA/Andi Firdaus/am.

Jakarta, aktual.com – Koalisi Pengendalian Tembakau menyoroti langkah pemerintah yang belakangan ini lebih gencar menaikkan pajak kebutuhan dasar masyarakat, seperti PPN dan PBB, untuk menambah pemasukan negara. Padahal, terdapat opsi lain yang lebih adil dan efektif bagi masyarakat, yakni melalui peningkatan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT).

Kenaikan harga melalui cukai, seharusnya dilakukan agar rokok sebagai produk berbahaya tidak lagi mudah dijangkau. Pengenaan cukai yang tinggi pada rokok akan menekan konsumsi produk yang setiap tahun merenggut 300 ribu nyawa di Indonesia ini.

Sayangnya, CHT yang seharusnya menjadi instrumen fiskal paling efektif untuk mengendalikan konsumsi rokok justru tidak mengalami kenaikan pada 2025. Keputusan ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi negara. Berbagai bukti global, riset, dan proyeksi menunjukkan kenaikan CHT berdampak positif terhadap kesehatan maupun perekonomian.

Diah Saminarsih, CEO & Founder Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), menegaskan tidak naiknya tarif cukai tidak hanya mengurangi potensi penerimaan negara, tetapi juga berdampak serius bagi produktivitas dan kesehatan masyarakat. “Sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, pemerintah perlu mengenakan cukai pada rokok karena sifatnya yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat sehingga konsumsinya perlu dikendalikan. Pada 2019, ketika tarif cukai tidak naik, CISDI menghitung biaya ekonomi akibat merokok mencapai Rp 410 triliun, atau 2,59 persen PDB Indonesia, akibat meningkatnya biaya kesehatan dan hilangnya produktivitas masyarakat. Bahkan penerimaan cukai rokok saat itu tidak mampu menutupi biaya kesehatan tersebut,” jelas Diah.

Dukungan masyarakat terhadap kebijakan ini sangat kuat. Survei publik Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) tahun 2018 menunjukkan mayoritas responden mendukung kenaikan harga rokok. Responden survei itu juga menyatakan tidak akan membeli rokok jika harganya mencapai Rp70.000 per bungkus. Survei tersebut juga menyoroti ketersediaan beragam produk rokok murah mendorong kalangan pra-sejahtera, kelas menengah rentan, dan usia muda, untuk beralih konsumsi ketika terjadi kenaikan harga rokok yang signifikan.

Aryana Satrya, Ketua PKJS-UI, menekankan, “Selama rokok tetap terjangkau dan terdapat variasi harga murah, produktivitas bangsa dan daya saing ekonomi terancam menurun. Karena itu, kenaikan tarif dan penyederhanaan struktur cukai untuk memahalkan harga jual rokok merupakan langkah mendesak untuk melindungi kesehatan masyarakat.”

Rokok murah yang saat ini membanjiri pasar disebabkan kenaikan tarif cukai yang kurang signifikan. Padahal, peningkatan cukai yang lebih substansial dapat membawa dampak positif di berbagai aspek. Studi CISDI (2024) menunjukkan kenaikan tarif cukai sebesar 45 persen berpotensi menurunkan konsumsi rokok kretek (campuran tembakau dan cengkeh) hingga 27,7 persen dan rokok putih (tembakau murni) sebesar 19,5 persen, sekaligus menambah penerimaan negara hingga Rp 7,92 triliun dan menciptakan lebih dari 148 ribu lapangan kerja.

Selain dampak terhadap ekonomi, isu rokok ilegal yang kerap dijadikan alasan untuk menahan kenaikan cukai pun tidak didukung bukti ilmiah. Diah menegaskan, “Kenaikan cukai bukan penyebab utama maraknya rokok ilegal. Survei CISDI di enam kota menunjukkan faktor rantai pasok lokal dan lemahnya penegakan hukum yang lebih berperan mendorong peredaran rokok ilegal.”

Koalisi menilai urgensi menaikkan tarif cukai secara signifikan tidak bisa diperdebatkan lagi.

“Di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sulit, kami mendorong pemerintah melalui Kementerian Keuangan berpihak pada rakyat. Mengutamakan kepentingan industri rokok berarti mengorbankan kesehatan masyarakat demi keuntungan jangka pendek. Dengan memahalkan harga rokok, masyarakat dapat terhindar dari penyakit dan lebih tangguh secara finansial,” tutup Aryana.

Oleh karenanya, Koalisi Pengendalian Tembakau meminta Menteri Keuangan menaikkan tarif CHT dan Harga Jual Eceran (HJE) secara signifikan, dengan mempertimbangkan keterjangkauan, penerapan tahun jamak, serta penyederhanaan golongan tarif bertahap, sebagaimana telah dimandatkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Istri Gus Dur dan Tokoh GNB Siap Jadi Penjamin Penangguhan Delpero dan Kawan-kawan

Jakarta, aktual.com – Sinta Nuriyah, istri Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid bersama sejumlah tokoh Gerakan Nurani Bangsa (GNB), seperti mantan Menteri Agama Lukman Hakim, Komaruddin Hidayat, Gomar Gultom dan Erry Riyana Hardjapamekas siap menjadi penjamin penangguhan penahanan Delpedro Marhaen dan kawan-kawan.

Pernyataan itu mereka sampaikan setelah membesuk Delpedro Marhaen dan sejumlah aktivis lain yang ditahan di Polda Metro Jaya.

“Kaitannya dengan penjamin, ya, kami sudah bersepakat dari Gerakan Nurani Bangsa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penangguhan itu. Jadi, poinnya kami bersedia untuk menjadi penjamin,” kata tokoh GNB Lukman Hakim kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Selasa (23/9).

Dia pun menegaskan GNB tidak akan mengintervensi proses hukum yang dijalani oleh kepolisian terkait para aktivis yang sudah ditetapkan menjadi tersangka penghasutan aksi yang berakhir ricuh di Jakarta pada Agustus 2025 lalu.

Menurut dia, upaya hukum seharusnya dilakukan oleh pengacara atau tim kuasa hukum dari Delpedro dan kawan-kawan.

“Hanya kami ingin berpesan, tadi kami sudah sampaikan ke Bapak Kapolda dan Bapak Wakapolda, bahwa hak-hak asasi manusia (para aktivis) harus tetap bisa dipenuhi, harus bisa dilindungi,” tutur Lukman.

Sementara itu, Sinta Wahid juga menyampaikan keprihatinannya atas penahanan sejumlah aktivis di Polda Metro Jaya.

“Pertama-tama, memang kami semua dari Gerakan Nurani Bangsa, dari tokoh-tokoh tua, merasa prihatin dengan terjadinya penahanan-penahanan seperti ini,” kata Sinta kepada wartawan setelah membesuk para aktivis yang ditahan di Polda Metro Jaya, Selasa (23/9).

Dia mengatakan sejumlah aktivis yang ditahan, seperti Delpedro Marhaen (Direktur Lokataru Foundation), Muzaffar Salim (staf Lokataru), Syahdan Husein (admin Gejayan Memanggil) dan Khariq Anhar (admin Aliansi Mahasiswa Penggugat) merupakan generasi muda penerus perjuangan bangsa.

“Mereka adalah anak-anak bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini. Mereka ingin mewujudkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdaulat, bebas bersuara, bebas berpendapat,” ujar Sinta.

Dia juga menilai penahanan terhadap para aktivis yang telah menjadi tersangka penghasutan itu merupakan kesalahpahaman.

“Karena itu, dengan adanya itu, mereka mencoba, mereka telah melakukan itu, tetapi ternyata ada kesalahpahaman. Mungkin dengan ada satu dua kata yang sedikit melenceng sehingga mereka mendapat perlakuan seperti ini,” ungkap Sinta.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

MPR RI Gandeng Emil Salim Institute Bahas Isu Iklim di Forum 2025

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno bersama Emil Salim Institute bersiap selenggarakan Indonesia Climate Change Forum 2025 sebagai wadah kolaborasi hadapi krisis iklim. Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, aktual.com – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi krisis iklim yang semakin berdampak nyata.

Bagi Eddy, krisis iklim sudah terjadi dan menjadi bencana ekologis yang meluas hingga menimbulkan masalah kesehatan dan sosial, seperti di Jakarta, Bali, dan sejumlah wilayah lainnya.

Karena itu, Eddy menekankan bahwa menghadapi krisis iklim tidak bisa dilakukan secara sektoral atau sendirian.

“Menghadapi krisis iklim kita bukan berkompetisi, tetapi berkolaborasi. Pemerintah, swasta, NGO, dan masyarakat sipil harus saling menguatkan. Karena itu, MPR RI hadir bukan hanya sebagai rumah kebangsaan, tetapi juga rumah kolaborasi. Sebagai titik temu untuk merumuskan solusi bersama,” ujarnya.

Eddy menjelaskan, semangat kolaborasi itulah yang menjadi inspirasi kerja sama MPR RI dan Emil Salim Institute (ESI) untuk menyelenggarakan Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025. Acara akan dilaksanakan pada 21–23 Oktober 2025 di Jakarta.

Doktor Ilmu Politik UI ini menjelaskan, ICCF merupakan forum tahunan yang diselenggarakan Emil Salim Institute sebagai upaya menjaga dan meneruskan pemikiran Prof. Emil Salim dalam melestarikan lingkungan.

“Tahun ini MPR menjalin kolaborasi dengan Emil Salim Institute untuk menyelenggarakan ICCF. Kehadiran MPR RI dalam ICCF 2025 adalah menjadi titik temu pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta untuk mewujudkan ketahanan pangan, air, wilayah, dan energi di era perubahan iklim,” lanjutnya.

Wakil Ketua Umum PAN ini menyampaikan, ICCF 2025 yang akan digelar pada Oktober mendatang—sebelum pelaksanaan COP 30 di Belém, Brasil—diharapkan mampu melahirkan rekomendasi kebijakan strategis bagi delegasi Indonesia.

“Hasil dari ICCF 2025 diharapkan dapat menjadi momentum memperkuat posisi Indonesia dalam agenda global penanganan perubahan iklim di COP 30 mendatang. Pembahasan dalam ICCF nantinya juga akan berupaya memperkuat visi Presiden Prabowo untuk mewujudkan kedaulatan energi, pangan, dan air,” ungkapnya.

Amelia F. Salim, Ketua Yayasan Era Sharaddha Indonesia yang menaungi Emil Salim Institute, menyampaikan bahwa hasil forum diharapkan menjadi rekomendasi kebijakan strategis bagi pemerintah dalam merumuskan langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang lebih komprehensif, inklusif, dan berkelanjutan.

“ICCF 3 adalah momentum penting untuk memperkuat kesadaran publik dan merumuskan solusi nyata. Kita perlu memastikan bahwa ketahanan energi, air, pangan, dan wilayah tidak hanya menjadi agenda pemerintah, tetapi juga menjadi gerakan bersama seluruh elemen bangsa,” ujar Amelia.

Amelia melanjutkan, ICCF 2025 diselenggarakan sebagai wadah strategis untuk memperkuat konsolidasi nasional menjelang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP UNFCCC) ke-30 di Belém, Brasil.

“Sebagai bagian dari proses konsultatif menuju COP, ICCF mendorong tersusunnya policy brief dan Deklarasi Bersama sebagai representasi posisi dan komitmen nasional Indonesia terhadap penguatan NDC, peta jalan adaptasi, serta strategi pembiayaan dan transfer teknologi iklim,” lanjutnya.

Eddy Soeparno menambahkan, ICCF 2025 juga akan menyoroti isu aktual seperti krisis sampah. Menurutnya, forum ini akan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan di sektor pengelolaan sampah untuk merumuskan solusi yang komprehensif, efektif, dan dapat diimplementasikan ke dalam kebijakan nasional.

“ICCF 2025 adalah panggung kolaborasi yang luas untuk memastikan ide-ide besar menghadapi perubahan iklim tidak berhenti di atas kertas, tetapi diperkuat hingga masuk ke ruang kebijakan dan memberi dampak nyata bagi masyarakat. Climate action starts now!” tutup Eddy.

RS Murni Teguh Hadir di Ciledug, Perkuat Layanan Kesehatan Di Jabodetabek

Presiden Komisaris PT Murni Sadar, Tbk Tjhin Ten Chun (kedua kanan) didampingi Presiden Direktur PT Murni Sadar Tbk DR. dr. Mutiara, MHA, MKT (kanan), Direktur RS Murni Teguh Ciledug dr. Ikhsan, MM, AAK (kedua kiri) dan King Napoli, B.Mus, MM saat acara groundbreaking Rumah Sakit Murni Teguh Ciledug, Tangerang Selatan, Selasa (23/9/2025). Aktual/TINO OKTAVIANO

Tangerang, aktual.com –  Murni Teguh Group secara resmi mengumumkan dimulainya pembangunan gedung baru Rumah Sakit (RS) Murni Teguh di Ciledug, Tangerang. Proyek ini menjadi langkah penting dalam memperkuat layanan kesehatan di daerah yang terus berkembang tersebut. Pembangunan gedung baru ini juga menunjukkan komitmen Murni Teguh Group untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih modern, lengkap, dan ramah pasien.

Direktur Utama Murni Teguh Group, Hendra Teguh, menyatakan, “Pembangunan gedung baru ini adalah bagian dari visi besar kami untuk menghadirkan layanan kesehatan berstandar tinggi yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Kami percaya masyarakat Ciledug dan sekitarnya layak mendapatkan fasilitas kesehatan yang nyaman, aman, dan dapat mendukung penyembuhan pasien.”

Gedung baru RS Murni Teguh Ciledug akan dibangun di atas lahan strategis dengan luas bangunan lebih dari 20.000 m². Pembangunan ini akan dilakukan secara bertahap, dengan target akhir menampung lebih dari 400 tempat tidur. Gedung rumah sakit dirancang untuk memastikan kenyamanan pasien, dengan ruang perawatan yang luas dan teknologi medis terbaru yang mendukung pengobatan dan diagnosis yang lebih akurat dan efisien.

Hadirnya RS Murni Teguh Ciledug diharapkan akan meningkatkan akses layanan kesehatan di Tangerang, mengurangi ketergantungan pasien untuk berobat ke rumah sakit di luar kota, dan tentunya mengurangi waktu tempuh. Selain itu, proyek pembangunan ini juga diperkirakan akan membuka banyak lapangan kerja baru, baik untuk tenaga medis maupun non-medis di sekitar wilayah Ciledug, memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.

RS Murni Teguh Ciledug akan mengusung konsep rumah sakit dengan fokus pada keselamatan pasien (patient safety), pelayanan cepat, serta teknologi medis canggih. Layanan unggulan seperti kardiovaskular, onkologi (penyakit kanker), ortopedi, dan trauma center akan tersedia secara komprehensif. Murni Teguh Group berkomitmen untuk memberikan layanan dengan standar yang sama, baik untuk pasien BPJS, asuransi swasta, maupun pasien umum.

Murni Teguh Group juga menegaskan komitmennya untuk melayani semua pasien tanpa membedakan latar belakang, dengan sistem pembayaran yang mencakup BPJS Kesehatan, BP Jamsostek, asuransi swasta, maupun pembayaran mandiri, agar seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan yang cepat dan berkualitas.

Pembangunan gedung baru ini diperkirakan akan selesai secara bertahap, dengan target RS Murni Teguh Ciledug mulai beroperasi pada awal tahun 2027. Selain menyediakan layanan kesehatan yang lebih baik, proyek ini juga akan menciptakan banyak lapangan kerja baru di sekitar Ciledug. Murni Teguh Group berharap keterlibatan masyarakat lokal dan dukungan dari pemerintah daerah dapat membuat proyek ini memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang luas.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Berita Lain