Jakarta, Aktual.co — Serangan lanjutan yang diprakarsai oleh Arab Saudi ke Yaman berdampak pada harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah dunia bergerak variatif. Harga minyak Brent tercatat naik dipicu terjadinya pertempuran di Yaman.
Sementara itu, minyak mentah AS turun usai adanya kenaikan pasokan minyak meskipun produksi melambat.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, naik 65 sen menjadi menetap di 62,73 Dolar AS per barel di perdagangan London, pasca Gedung Putih menyatakan ketidakstabian situasi di Yaman.
Sedangkan, patokan AS, minyak mentah light sweet (atau West Texas Intermediate (WTI) )untuk pengiriman Juni, turun 45 sen menjadi ditutup pada 56,16 Dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Dilansir dari laman Reuters, Kamis (23/4) harga minyak berjangka North Sea Brent, yang menjadi patokan global ditutup naik 1 persen, usai pesawat tempur dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi membom Yaman sehari setelah Riyadh mengatakan serangan udara terhadap pemberontak Iran-sekutu Houthi berakhir di negara tersebut.
Wakil Gubernur Aden, Nayef al bakri menerangkan, bahwa serangan udara tersebut menyasar tank-tank yang digunakan oleh Kelompok Houthi dan sekutu mereka di kota pelabuhan di Selatan Yaman tersebut.
Kelompok Houthi berhasil merebut markas Pasukan Lapis Baja Ke-35 di Taiz. Pasukan ini sebelumnya telah menyatakan berpihak pada Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi. Sesaat setelah markas direbut, serangan udara yang dipimpin Saudi langsung menghantam markas tersebut.
Dilaporkan puluhan orang meninggal dan mengalami luka-luka dalam serangan yang terjadi pada Rabu (22/4) kemarin.
Untuk diketahui, harga minyak mentah berjangka AS di New York ditutup lebih rendah hampir satu persen setelah data pemerintah menunjukkan penurunan produksi dibandingkan stok yang lebih tinggi.
Harga minyak bergerak cepat dalam dua minggu pertama bulan April di tengah kekhawatiran tentang dampak dari pertempuran di Yaman. Tanda-tanda penurunan produksi minyak AS akan menambah keuntungan pada komoditas ini.
Minyak mentah AS awalnya rebound dari sesi harga terendahnya setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan penurunan output minyak dari 18 ribu barel per hari (bph) pekan lalu. Dan, menjadi produksi yang lebih rendah untuk minggu kedua berturut-turut.
“Ini penurunan lain dalam produksi dan pasar tentu cemas menunggunya,” kata Dominick Chirichella, Partner Senior di New York’s Energy Management Institute.
Namun demikian, dalam survei Reuters, EIA juga mengatakan stok minyak mentah AS naik 5,3 juta barel pekan lalu, lebih tinggi dari perkiraan analis 2,9 juta barel. (Laporan: Tri Harniangsih/ Zee zee).
Artikel ini ditulis oleh: