27 Desember 2025
Beranda blog Halaman 36733

Penerimaan Pajak DKI 2014 Rendah, Kinerja Ahok Dipertanyakan

Jakarta, Aktual.co —Prestasi Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di 2014 patut dipertanyakan. Lantaran sederet kebijakan jajarannya untuk genjot pendapatan di tahun anggaran 2014 ternyata meleset dari target. 
Buktinya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun anggaran 2014 hanya sebesar Rp 31,2 triliun atau 78 persen dari target sebesar Rp 39,7 triliun. Dengan kata lain ada Rp 8,5 triliun atau 12 persen potensi pendapatan daerah yang tidak mampu diraup Pemprov DKI. 
Di salah satu objek Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI, yakni sektor pajak yang berjumlah 14 jenis, ada dua objek yang meraih perolehan terendah di 2014. Yakni pajak parkir dan pajak reklame. Dimana pajak parkir hanya berhasil meraup pendapatan 50 persen saja dari target, sedangkan pajak reklame cuma 35 persen.
“Dengan Jakarta sebagai ibu kota negara, rasanya tidak masuk akal jika capaian kedua objek pajak tersebut hanya setengah dari target atau bahkan kurang,” ujar Direktur Eksekutif Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Syamsuddin Alimsyah, Rabu (15/4).
Karena itu, Syam meminta DPRD DKI untuk mengkritisi dulu rendahnya sektor pajak DKI, sebelum memberi rekomendasi atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Ahok untuk tahun anggaran 2014.
Melesetnya target, ujar dia, menunjukkan tidak adanya perhitungan matang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) atas jenis obyek pajak dan retribusi yang akan ditarik dari masyarakat. Yakni terkait dengan tantangan dan masalah yang dihadapi ketika objek dan jenis pajak tersebut ditarik di tahun anggaran berjalan.
Pengamat anggaran politik, Uchok Sky Khadafi, sebelumnya juga pernah mempertanyakan kinerja Ahok, terkait pertumbuhan PAD DKI yang justru malah menurun. Dimana di 2013, PAD DKI Rp 26,6 triliun. Lalu di tahun 2014, PAD DKI naik sebesar Rp39,5 triliun. Pertumbuhan PAD antara tahun 2013 ke 2014 sebanyak adalah 48,3 persen atau sekitar Rp12,8 triliun.
Sedangkan di tahun 2015, saat Ahok sudah jadi Gubernur DKI, PAD ternyata hanya ditargetkan sebesar Rp45,3 triliun. Artinya, PAD DKI dari tahun 2014 ke tahun 2015 pertumbuhan PAD hanya sekitar Rp5,7 triliun. “Atau hanya naik 14,6 persen saja,” ujar dia, Maret lalu.
Rendahnya pertumbuhan PAD DKI di 2015 patut dicurigai. Ucok menduga itu merupakan korupsi dalam bentuk “mark down” alias pengurangan PAD. Padahal yang namanya PAD seperti pajak parkir, pajak reklame dan pajak PBB naik. “Tapi pendapatannya jeblok alias Mark down atau diduga pendapatan ada yang mengurangi,” ucap dia.
Untuk itu, Uchok meminta DPRD DKI jangan mau ‘dibohongin’ Pemprov DKI dengan menerima target pertumbuhan PAD yang hanya 14,6 persen. “Minta dong PAD Jakarta sampai dengan Rp. 15 – 20 triliun pertumbuhannya.” 

Artikel ini ditulis oleh:

Pemerintah India: Serangan Gereja Tak Berbau Politis

Jakarta, Aktual.co — Pemerintah nasionalis Hindu India membantah bahwa, politik ada di balik serangkaian serangan terhadap gereja dan pemerkosaan seorang biarawati dalam beberapa bulan terakhir.

Bantahan itu dikeluarkan dalam upaya meredakan kekhawatiran di kalangan penganut agama minoritas.

“Kami menemukan bahwa semua insiden ini adalah masalah hukum dan ketertiban. Tidak ada satu kasuspun yang dilakukan oleh masyarakat mayoritas … ataupun masyarakat politik,” kata Menteri Keuangan Arun Jaitley kepada saluran televisi NDTV, Rabu (15/4).

Sejak Desember, setengah lusin gereja mengalami vandalisme, ketika kelompok garis keras Hindu tengah berkampanye untuk mengubah penganut “agama asing” seperti Islam dan Kristen menjadi penganut Hindu.

Empat warga Bangladesh ditahan oleh polisi setempat di provinsi Bengal Barat di wilayah timur terkait pemerkosaan biarawati dan perampokan sebuah biara bulan lalu.

Komentar Jaitley itu dibuat setelah para pemimpin Kristiani menuding Perdana Menteri Narendra Modi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) tidak cukup bertindak untuk melindungi agama mereka.

Beberapa organisasi Kristen dan Islam melancarkan protes terhadap apa yang mereka lihat sebagai meningkatnya iklim kebencian dan ketidakpercayaan terhadap warga India yang bukan penganut Hindu.

Pekan lalu di Prancis, Modi menegaskan kembali komitmennya terhadap toleransi beragama.

Beberapa sekutu politiknya bahkan memiliki pemikiran yang tidak lebih terbuka. Pekan lalu, anggota partai politik regional, yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Modi, meminta agar hak pilih bagi Muslim dicabut.

Jaitley menolak ide memecah belah yang diangkat oleh Shiv Sena. “Pernyataan seperti itu sangat bersifat menyerang dan pernyataan tak bertanggung jawab ini mencederai agenda nyata pemerintah untuk pembangunan ekonomi,” katanya.

Muslim merupakan kelompok minoritas terbanyak, dengan jumlah sekitar 14 persen dari 1,27 miliar jumlah total penduduk.

Artikel ini ditulis oleh:

Bos Pertamina: Harga BBM Lebih Mahal Karena Kami Perusahaan Negara

Jakarta, Aktual.co —  Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto membeberkan alasan mengapa harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dijual pihaknya lebih mahal dibandingkan dengan perusahaan migas lain. Menurutnya, status perusahaan negara menjadi penyebab utama harga BBM Pertamina menjadi lebih mahal. Di mana sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina mendapat mandat untuk memasarkan BBM ke seluruh Indonesia termasuk ke daerah pelosok-pelosok dari Sabang sampai Merauke.

“Swasta diberikan kebebasan jual BBM tempat umum, sedangkan Pertamina harus supply dari Sabang sampai Merauke tak Peduli jaraknya,” kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/4).

Ia menerangkan, tugas tersebut membuat beban operasional Pertamina meningkat karena harus membutuhkan biaya yang lebih untuk mengangkut BBM ke daerah-daerah. Berbeda dengan perusahaan penjual BBM swasta seperti PT Shell Indonesia dan PT Total Indonesie yang hanya memasarkan BBM di lokasi-lokasi yang mereka kehendaki. Selain itu, Pertamina juga dibebani tugas untuk menyediakan cadangan BBM selama 20 hari, hal tersebut membuat biaya operasional juga meningkat. Peningkatan biaya operasional tersebut yang akhirnya dibebankan kepada pembeli oleh Pertamina.

“Pertamina juga memiliki beban inventori cadangan nasional 20 hari,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menambahkan, alasan lain kenapa nilai jual BBM Pertamina lebih mahal adalah dikarenakan BBM yang dijual Pertamina juga dikenakan PPN dan PBBKB oleh Pemerintah Daerah, sementara badan usaha lain tidak dikenakan pajak tersebut.

“Pemberlakuan PBBKB jadi harus menyetor, sedangkan badan usaha lain tidak kena, Pemda minta Pertamina wajib, tiap Pemda beda, ada 17 persen ada 10 persen,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Undangan KLB PSSI Sudah Dikirim Kepada Peserta

Jakarta, Aktual.co — Ketua Panitia Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, Budi Setiawan mengatakan, undangan kepada calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan calon anggota Executive Committee PSSI, sudah diberikan kepada yang bersangkutan.

”Semua undangan kepada calon Komite Eksekutif yang terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, maupun Anggota Komite Eksekutif sudah kita sebar dan kirim kepada yang bersangkutan sejak Senin (13/4),” kata Budi dilansir dari laman ligaindonesia, Rabu (15/4).

Dalam KLB PSSI tahun ini, sebanyak sembilan nama masuk sebagai calon Ketum PSSI. Sedangkan untuk Waketum PSSI, berjumlah 17 orang dan calon anggota Exco berjumlah 44 orang.

KLB PSSI 2015, akan diselenggarakan di Hotel JW Marriot, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/4).

“Administrasi maupun hal teknis apapun sudah saya kondisikan dengan tim panitia agar kongres berjalan lancar,”tambah Budi.

Berikut daftar nama calon Ketum, Waketum dan anggota Exco PSSI dalam KLB PSSI 2015:

Calon Ketua Umum: 1. Djohar Arifin Husin, 2. Subardi, 3. Achsanul Qosasih, 4. La Nyalla Mattalitti, 5. Joko Driyono, 6. Bernhard Limbong, 7. M. Zein, 8. Sarman, dan 9. Syarif Bastaman.

Calon Wakil Ketua Umum: 1. Abubakar Assegaf, 2. Achsanul Qosasih, 3. Benhur Tomy Mano, 4. Erwin Aksa, 5. Erwin Dwi Budiawan, 6. Gede Widiade, 7. H.M Zuchli Imran Putra, 8. Hinca IP Panjaitan, 9. La Nyalla Mattalitti, 10. Muhammad Zein, 11. Maurice Tuguis, 12. Roberto Rouw, 13. H. Subardi, SH.MH, 14. Syarif Bastaman, 15. drg. Tonny Aprilani, 16. Widjono Hardjanto, 17. Yunus Nusi

Calon Komite Eksekutif: 1. A.S Sukawijaya, 2. Achsanul Qosasi, 3. Benny Erwin, 4. Budi Setiawan, 5. Budiman Dalimunthe, 6. Deddy Reva, 7. Diza Ali, 8. Djamal Aziz, 9. Dodi Reza Alex Noerdin, 10. Duddy S Sutandi, 11. Edi Nurindra, 12. Erwin Aksa, 13. Erwin Dwi Budiawan, 14. Gede Widiade, 15. Hadiyandra, 16. Hinca IP Pandjaitan, 17. Husni Hasibuan, 18. Irwan H Daulay, 19. Johar Lin Eng, 20. La Siya, 21. Lalu Mara Satriawangsa, 22. Mahyedi A SP, 23. Maurice Tuguis, 24. Monica Desideria, 25. Oyong Liza, 26. Papat Yunizal, 27. Roberto Rouw, 28. Sirajuddin, 29. Sofyan Hasdam, 30. H. Subardi, SH.,MH, 31. drg. Tonny Apriliani, 32. Widjono Hardjanto, 33. Yeyen Tumena, 34. Yunus Nusi, 35. Zuchli Imran Putra, 36. Zukri Hasan, 37. Zulfadli, 38. Zulfahmi Adrian, 39. Hardi Hasan, 40. Verry Mulyadi, 41. Kurnia Utama, 42. Aven S. Hinelo, 43. Vivien Sungkono, 44. Gusti Randa

Artikel ini ditulis oleh:

DPRD Harus Kritisi Melesetnya Pendapatan DKI di 2014

Jakarta, Aktual.co —DPRD DKI diminta ‘pelototi’ dulu Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) DKI 2014 Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebelum memberi rekomendasi di sidang istimewa 21 April nanti. 
Sebab ada beberapa catatan kritis di LKPJ yang disampaikan Ahok di Rapat Paripurna, Senin (6/4) lalu. Yakni terkait realisasi Pendapatan Daerah DKI di 2014. 
Disampaikan Direktur Eksekutif Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Syamsuddin Alimsyah, salah satu yang perlu dikritisi DPRD yakni melesetnya realisasi Pendapatan Daerah DKI di 2014. 
Dari target sebesar Rp 65 triliun, realisasinya hanya Rp 43 triliun atau hanya mencapai 66,80 persen. “Nampak antara target dan realisasi begitu jauh berjarak. Asumsi-asumsi awal yang terbangun tidak sepenuhnya menjadi kenyataan di lapangan,” kata Syam di Jakarta, Rabu (15/4).
Melesetnya target, ujar dia, menunjukkan tidak adanya perhitungan matang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) atas jenis obyek pajak dan retribusi yang akan ditarik dari masyarakat. Yakni terkait dengan tantangan dan masalah yang dihadapi ketika obyek dan jenis pajak tersebut ditarik di tahun anggaran berjalan.
Padahal, menurut Syam, Pemprov DKI telah mencanangkan beberapa kebijakan untuk menggenjot pendapatan, khususnya PAD. Yakni melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi.
Antara lain seperti menyesuaikan dasar pengenaan pajak daerah; melakukan penyesuaian tarif pajak daerah tertentu; memperluas basis pajak yang masih dapat dilakukan dengan online sistem pajak daerah yang telah dilakukan sejak tahun 2010 dengan 800 Wajib Pajak dan terus dikembangkan hingga 14.000 Wajib Pajak pada tahun 2017.
“Juga memberlakukan pajak rokok pada tahun 2014 yang berdasarkan UU nomor 28 tahun 2009 mengamanatkan bahwa pajak rokok merupakan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah provinsi,” ujar dia.
Tak hanya itu, ujar dia, Pemprov DKI juga telah melakukan penambahan dua retribusi baru di tahun 2014. “Yakni retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi ijin mempekerjakan tenaga asing,” ucap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Evaluasi Kinerja, Jokowi dapat Raport Merah dari DPD

Jakarta, Aktual.co — Dewan Perwakilan Daerah memberikan raport merah kepada Presiden Joko Widodo. Penilaian tersebut berdasarkan evaluasi kinerja kabinet dan kebijakannya yang terjebak gagasannya yaitu nawacita dan revolusi mental.
“Setiap langkah presiden perlu dievaluasi. Intinya adalah menurut komite, raport Jokowi sesuai warna yang dia gemari, yaitu merah,” ujar Wakil Ketua Komite I DPD RI Fachrul Razi  pada diskusi ‘Raport Kabinet Kerja Jokowi’ di DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (15/4).
Fachrul menuturkan, ada dua hal simbol politik yang gagal dientaskan Jokowi, yakni Nawacita dan Revolusi Mental, yang justru membuatnya terjebak dalam implementasinya.
Kemudian, dua gagasan tersebut malah memunculkan kekecewaan para pendukungnya yang menelurkan perlawanan.
“Soal Nawacita, Jokowi terjebak retorika-retorika politik, sementara realisasi tidak seperti yang digambarkan. Maka muncul kekecewaan bahkan pengusung dalam pelaksanaannya. Banyak sekali kekecewaan yang terakumulasi jadi perlawanan di masa datang. Contoh ada gerakan resistensi 20 Mei nanti, bahkan ada fungsionaris partai yang mengkrtirik lemahnya pemerintahan Jokowi,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, mengenai Revolusi Mental dikhawatirkan akan menjadi bumerang yang jadi olok-olok dilapangan, karena pada kenyataannya revolusi mentral justru tidak terwujud.
“Buktinya Pemerintah masih intervensi yang sentralistik tentang undang-undang desa. Katanya program kemandirian, mandiri tapi intervensi,” kata Fachrul.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain