27 Desember 2025
Beranda blog Halaman 37315

IHSG Dibuka Melemah 34,52 Poin ke Level 5.370,26

Jakarta, Aktual.co — Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada pembukaan pagi ini. Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (26/3/2015), IHSG turun tajam 24,47 poin (0,45 persen) ke level 5.381,92. Indeks saham LQ45 turun 0,66 persen ke level 933,16.

Pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 WIB, IHSG melemah lebih dalam sebesar 34,52 poin (0,64 persen) ke level 5.370,26. Indeks saham LQ45 juga masih berada di zona merah dengan melemah 0,83 persen ke level 931,95.

Seluruh indeks saham acuan pagi ini berada di zona merah. 25 saham yang menghijau tak mampu mengangkat IHSG. Sementara itu, 114 saham melemah sehingga menekan IHSG dan 36 saham lainnya diam di tempat. Pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini masih dibayangi oleh sentimen regional.

Analis dari NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya mengemukakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin mengalami pelemahan, seiring masih adanya aksi profit taking pelaku pasar dan  imbas negatifnya laju bursa saham AS. Selain itu, rilis data-data positif AS tidak memberikan sentimen positif pada laju bursa saham.

“Ini yang membuat pelaku pasar mempersepsikan akan adanya potensi kenaikan suku bunga The Fed sehingga memicu aksi jual,” ujar Analis dari NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada.

Pada perdagangan Kamis (26/3) IHSG diperkirakan Reza berada pada rentang support 5.385-5.390 dan resisten 5.445-5.458. Menurutnya, dari sisi pergerakan chart IHSG belum memperlihatkan adanya tanda-tanda kenaikan, seiring dengan masih adanya aksi jual dari pelaku pasar.

“Jika diasumsikan level low saat ini menyerupai level low di 18 Maret, dimana saat itu mulai tertahan penurunan dan terjadi kenaikan esok harinya maka peluang kenaikan tentunya masih ada. Namun demikian, tetap cermati volume perdagangan dan tetap antisipasi pelemahan lanjutan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rupiah Menguat Tipis 0,01 Persen ke Level Rp12.983

Jakarta, Aktual.co — Laju nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini cenderung bergerak stagnan. Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, pada pembukaan perdagangan Kamis (26/3), rupiah dibuka stagnan di Rp12.984 per dolar AS. Kendati begitu, rupiah sempat menguat 0,01% ke level Rp12.983 per dolar AS.

Laju rupiah pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (25/3) melemah sebesar 69 poin menjadi Rp12.970 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.901 per dolar AS.

“Ekspektasi inflasi AS dalam jangka menengah yang akan naik di respons pelaku pasar dengan mengalihkan sebagian asetnya dalam bentuk dolar AS, karena inflasi merupakan salah satu indikator bagi the Fed untuk menaikan suku bunga,” ujar analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Rabu (25/3).

Sementara itu Analis dari NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya menyebutkan, laju Rupiah kemarin mampu melampaui estimasi dan terjadi penguatan. Hal ini disebabkan masih positifnya laju Euro seiring berlanjutnya rilis data-data positif dari Spanyol dan Jerman.

“Meski terjadi penguatan namun, kami belum meyakini kondisi ini masih dapat berlanjut,” ujarnya.

Pada Kamis (26/3) Reza memprediksikan Rupiah berada di atas target level resisten 12.969, yaitu Rp12.942-12.927 (kurs tengah BI). Menurutnya, diharapkan sentimen dari penguatan sejumlah mata uang terhadap laju Dolar AS dapat berlanjut.

“Tetapi, tetap cermati dan antisipasi potensi pembalikan arah,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Hati-Hati Ada Lubang Besar di Kalideres

Jakarta, Aktual.co — Untuk warga yang biasa melintas di Jalan Daan Mogot KM 18, Warung Pojok, RW 05, Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat diminta untuk berhati-hati. Karena di jalan tersebut terdapat lubang besar akibat amblasnya jalan tersebut.
Eko Hariyanto seorang pengendara menuturkan kalau lubang tersebut berdiameter besar dan membahayakan pengendara yang melintas.
“Itu besar banget lubangnya, udah banyak yang kecelakaan juga tapi kebanyakan pengguna roda dua,” katanya kepada aktual.co, Kamis (26/3).
Dikatakan Eko bahwa lubang besar yang berada ditengah jalan tersebut sudah lama keberadaanya. Bahkan tak terlihat petugas yang berupaya untuk memperbaikinya.
“Ya semoga saja pemerintah setempat segera memperbaiki supaya tidak ada lagi korban,” tambahnya.
Lubang besar itu sendiri kata Eko saat ini telah ditutup dengan menggunakan pohon dan kayu berukuran besar.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Chevron Tandatangani Kontrak Baru di Myanmar

Jakarta, Aktual.co — Chevron tandatangani kontrak procuction sharing dengan perusahaan negara Myanmar Oil & Gas Enterprise (25/3).

Dalam kontrak itu disebut perusahaan local subsidiary yakni Unocal Myanmar Offshore akan mengekplorasi minyak dan gas di Blok A5 yang lokasinya di Rakhine Basin, sekitar 200 km dari Yangon.

Managing Director of Chevron Asia South Business Unit, Brad Middleton, mengatakan bahwa kerjasama jangka panjang tersebut untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi di wilayah Asia Pasifik. Demikian seperti tertulis di laman theoilandgasyear.com (25/3).

Dalam kontrak itu disebut bahwa Unocal Myanmar Offshore akan menguasai 99 persen operating interest dan 1 persen sisanya milik perusahaan off shore lokal yakni Royal Marine Engineering.

Dalam perjanjian itu, juga ada beberapa catatan tercatat penting lain yakni beberapa penambahan aset Chevron sebesar 28,3 persen di proyek pipa gas yang menghubungkan Myanmar dan Thailand. Selain itu, Chevron juga mendapat hak sebesar 28,3 persen di proyek gas offshore di Sein dan Yadana.

Artikel ini ditulis oleh:

Harga Minyak Dunia Menguat Dipicu Krisis Politik Yaman

Jakarta, Aktual.co — Harga minyak dunia menguat pada Rabu (Kamis pagi WIB), didorong kekhawatiran bahwa ketidakstabilan politik di Yaman dapat mengancam produsen-produsen minyak penting di Timur Tengah, mengimbangi kecemasan tentang meningkatnya minyak mentah AS yang berlimpah.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 1,70 dolar AS menjadi ditutup pada 49,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, bertambah 1,37 dolar AS menjadi menetap di 56,48 dolar AS per barel di perdagangan London.

Para analis mengutip berita bahwa Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke “tempat yang aman” setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan. Yaman, yang berbatasan dengan produsen minyak utama Arab Saudi, telah dicengkeram oleh meningkatnya gejolak sejak pemberontak Syiah Huthi melancarkan pengambilalihan kekuasaan di Sanaa pada Februari.

Perselisihan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu dapat terkoyak oleh perang tanding antara Syiah Iran, yang dituduh mendukung para pemberontak, dan Sunni yang dikuasai Arab Saudi, yang mendukung Hadi.

Harga minyak mentah juga didukung oleh penurunan lain dalam dolar. Pelemahan greenback membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang kuat. Kenaikan minyak terjadi meski ada peningkatan besar lagi dalam stok minyak mentah AS, yang melonjak 8,2 juta barel untuk pekan yang berakhir 20 Maret. Persediaan yang di dipantau cermat di pusat referensi kontrak WTI di Cushing, Oklahoma, membengkak hampir dua juta, atau 3,5 persen, menjadi 56,3 juta barel.

“Meskipun dolar telah bergabung dengan jumlah rig pengeboran AS sebagai motivasi kedua bagi investor untuk menebak bagian terbawah harga minyak mentah, kami terus melihat bukti surplus yang sedang berlangsung,” kata Timothy Evans, analis energi di Citi Futures.

Artikel ini ditulis oleh:

Megawati Sekali Lagi!

Jelang Kongres PDI Perjuangan (PDI-P) yang akan dilangsungkan di Bali pada 9 April hingga 11 April 2015 wacana soal regenerasi kepemimpinan dalam tubuh partai berlambang moncong putih berhembus kencang. Bahkan salah satu lembaga survey  nasional merilis hasil survey yang cukup mencengangkan, dimana Megawati tidak lagi-lagi direkomendasikan memipin partai itu, begitu juga dengan trah Sukarno lainnya, seperti Prananda Prabowo dan Puan Maharani.
Menariknya, nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan kader banteng  menduduki ranking tertinggi yang dianggap potensial memimpin partai ini lima tahun ke depan. Pertanyaanya, siapkah PDI-P bila tanpa trah Sukarno?
Namun apapun dan dari mana asalnya wacana itu, yang jelas PDI-P hari ini tentu masih membutuhkan trah Sukarno untuk lima tahun mendatang, yang artinya PDI-P lima tahun mendatang harus tetap di bawah komando Megawati Sukarno Putri, tidak bisa tidak.
Banyak faktor tentunya, mengapa Megawati harus tetap menjadi nahkoda kapal besar bernama PDI-P, ini tentu tidak lain karena Megawati selaku trah Sukarno merupakan figur yang mampu merekatkan dan mempersatukan seluruh elemen di dalam tubuh PDI-P. Tanpa Megawati, niscaya kegaduhan dalam tubuh PDI-P tidak bisa dihindari. 
Apalagi kita tau bersama bahwa PDI-P bukanlah partai yang diisi oleh satu warna saja, banyak warna dalam tubuh partai ini, mengingat partai ini merupakan penggabungan dari beragam partai.
Megawati sebagai pemimpin partai juga dirasa memiliki kematangan dan kemampuan  yang mumpuni dalam memimpin partai ini selama puluhan tahun.  Bayangkan sebagai seorang ketua partai, ia telah melewati pasang surut serta gejolak yang menimpa  partainya. Pernah menjadikan PDI-P menjadi pemenang pada tahun 1999 dan kalah dalam dua kali pemilu yakni 2004 dan 2009, Megawati terbukti mampu menempatkan partainya kembali menjadi pemenang pemilu pada 2014. Dan yang tak kalah penting, Megawati bersama partainya mampu mendudukan kadernya menjadi seorang Presiden.
Memang betul, kemenangan Jokowi sebagai Presiden tidak bisa serta merta diklaim  buah kerja partai, karena memang banyak orang terlibat di dalamnya selama masa  pemilihan. Tapi yang tentu mesti dicatat adalah, bahwa seorang Jokowi bukanlah politisi yang tiba-tiba muncul. Ada suatu proses yang dilalui Jokowi hingga ia bisa menjadi Presiden sekarang ini. Dalam proses itu, sudah barang pasti Megawati terlibat.
Dimulai dari Wali Kota Solo, jika bukan Megawati selaku ketua umum yang memberikan mandat kepada Jokowi untuk maju dalam Pilkada Solo mungkin Jokowi tidak pernah tercatat namanya dalam sejarah bangsa ini. Paling kentara tentunya pada saat Pilkada 
DKI Jakarta, bagaimana Megawati keukeuh merekomendasikan Jokowi untuk maju dalam Pilkada DKI. Padahal saat itu Fauzi Bowo selaku incumbent sudah mengajukan lamaran kepada PDI-P. Bayangkan, andai saja Megawati merupakan pemimpin yang  picik tentunya Megawati lebih memilih untuk mendorong Fauzi Bowo dengan beragam pertimbanganya, mulai dari posisinya yang merupakan incumbent serta sumber daya yang tidak terbatas.
Namun yang terjadi tidak demikian, Megawati tetap mengambil Jokowi untuk  ditarungkan. Kita tentu tidak bisa membayangkan, seandainya saat itu Jokowi tidak berada dalam tubuh PDI-P, mungkin saja Jokowi tidak akan pernah dicalonkan. Ambil contoh Ahok, oleh partainya saat itu yakni partai Golkar, Ahok tidak dimajukan. 
Hingga akhirnya Ahok memilih menggunakan Gerindra sebagai tunganganya. Fakta ini tentunya jelas sekali menunjukan kualitas seoarang Megawati sebagai seorang ketua partai.
Belum lagi bila kita bicara pemilihan Presiden 2014 silam, lagi-lagi Megawati  menunjukan dirinya menununjukan karakter kepemimpinannya yang kuat dengan merelakan haknya kepada Jokowi sebagai calon Presiden. 
Padahal dengan kewenangan yang begitu luas, ia bisa saja mencalonkan dirinya sendiri. Tapi sekali lagi, Mega tidak melakukan itu. Megawati dengan bijaksana mengikuti kehendak masyarakat luas yang menginginkan Jokowi.
Memang banyak orang menanggap hal itu dilakukan Megawati semata-mata karena Megawati tak cukup punya daya tawar di mata publik bila diusung sebagai calon. 
Namun rasanya argumentasi tersebut lemah, sebabnya Megawati sebagai politisi tidak pernah merasa takut dengan kekalahan. Itu dibuktikan dengan pertempuran politik yang ia lewati sepanjang karirnya, dari mulai kalah melawan Gusdur hingga SBY.  Kenapa kemudian Megawati harus maju lagi menjadi ketua umum, ini tentunya berkaitan dengan perolehan suara partai pada pertarungan politik yang akan datang. 
Tanpa trah Sukarno sangat sulit membayangkan apakah para simpatisan PDI-P, mereka yang selama ini menjadi penyumbang terbesar suara partai masih mau memilih PDI-P di bilik suara. Mereka orang-orang yang memilih PDI-P tanpa rasionalitas lain selain karena rasa cintanya ke Bung Karno, sekali lagi karena Bung Karno. 
Mereka tidak memilih berdasarkan idelogi. Seandainya mereka memilih atas dasar ideologi tentunya partai-partai lain sempalan dari PDI-P sampai saat ini macam PNBK atau PDP harusnya bisa ikut eksis dalam kancah politik negeri, layaknya partai-partai sempalan dari Golkar seperti Gerindra, Hanura dan Nasdem. 
Tanpa pengikut-pengikut setia Sukarno itu, apakah mungkin PDI-P akan tetap menjadi partai dengan suara yang signifikan. Bahkan Megawati dalam sebuah acara di televisi pernah berkata bahwa pengikut Sukarno masih eksis sampai hari ini dan menyatakan maukah mereka jika PDI-P tidak dipimpin oleh trah Sukarno.
Efek ini tentu harus diukur betul oleh elit-elit partai dalam pengambilan keputusan kelak pada Kongres PDI-P di Bali nanti. Partai harus sadar bahwa penyumbang suara tetap PDI-P adalah para pengikut Sukarno. Adapun penyumbang suara yang lainnya, hanyalah pelengkap saja yang ikut menggenapi. Penyumbang suara jenis ini juga tidak selamanya memberikan suaranya setiap pemilu, mereka bebas lari kemana saja tergantung arah angin. Tahun 2004 adalah bukti sahih, bagaimana PDI-P kemudian ditinggal oleh pemilik suara jenis demikian. 
Itu pula yang dialami oleh Demokrat pada tahun 2014 silam, sehingga suara partainya turun drastis. Dan bila kemudian titik temunya tentang regenerasi dalam tubuh partai, tentunya PDI-P hari ini diakui atau tidak menjadi satu-satunya partai yang siklus regenerasinya berjalan dengan baik. Dengan munculnya kader-kader muda mereka mengisi pos-pos penting, dari mulai kepala daerah, anggota legislatif bahkan Presiden. Artinya apa, anggapan mandeknya regenerasi dalam tubuh PDI-P praktis terbantahkan. 
Adapun Megawati sampai saat ini tetap memimpin partai, hal ini dilandasi beragam faktor seperti yang disebutkan diawal. Dan hal semacam ini dalam politik tentu bukanlah praktik politik menyimpang, bahkan di luar negeri banyak partai yang serupa PDI-P dengan tetap mengandalkan figur pemersatu sebagai ketua umum partai, Partai  Kongres India contohnya. 
Sekarang kembali lagi kepada elit-elit PDI-P, apakah regenerasi dalam hal ini pergantian  ketua umum di luar trah Sukarno menjadi agenda penting yang harus dimenangkan dalam Kongres. Jika ia, siapkah PDI-P menanggung segala konskewnsi logis dari regenerasi tersebut, yang kemungkinan dampaknya akan sangat luas.
Namun jika elit partai tidak siap akan segala kemungkinan tersebut, maka tidak ada salahnya jika Megawati sekali lagi memimpin PDI-P lima tahun mendatang.
Oleh : Ivan Faizal Affandi, Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam 45 Bekasi/Mantan  Ketua Umum HMI MPO Cabang Bekasi periode 2011-2012

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain