30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 37443

Mencoba Sate Goreng Bandung

Jakarta, Aktual.co —Bagi warga Ibu Kota Jakarta menjelajah Bandung yang dikenal sebagai “Paris van Java” tidak akan pernah ada habisnya.

Beragam alasan untuk datang ke kota yang juga berjuluk Kota Kembang tersebut, mulai dari wisata alam, tempat perbelanjaan, tempat nongkrong, hingga wisata kuliner.

Berbicara mengenai wisata kuliner, kawasan Lembang menjadi tempat yang pas untuk memanjakan lidah. Tepatnya di Restoran D’Seuhah Da Lada yang terletak di Jalan Raya Lembang 121.

Restoran itu menyediakan makanan khas Indonesia dan Arab. Makanan andalannya adalah sate goreng dan sate bakar. Berbeda dengan sate pada umumnya, sate goreng tidak ada lidi yang menusuk pada dagingnya.

Pemilik D’Seuha Da Lada, Lilis Siti Kartika, mengatakan sate goreng di restorannya merupakan iga sapi pilihan yang dilumuri dengan saos panggang rahasia restoran tersebut, kemudian diberi taburan wijen di atasnya. Sate goreng tersebut disajikan “hot plate”.

“Rasanya pedas-pedas manis, nikmat. Pengunjung yang datang ke restoran kami, biasanya akan kembali lagi,” kata Lilis saat ditemui di Bandung, akhir pekan lalu.

Lilis menjelaskan mengapa iga sapi tersebut dinamakan sate, karena ada tulangnya. “Jadi, kami menamakannya sebagai sate,” kata perempuan yang sudah memulai usaha kuliner sejak 1997.

Selain sapi, juga ada sate goreng kambing. Setiap harinya, Lilis menjual setidaknya 40 porsi sate goreng. “Sate goreng ini asli Bandung,” ujar ibu tiga anak tersebut.

Tak hanya itu, restoran itu juga menyediakan makanan Arab seperti nasi briyani maupun kambing sidney. “Resep kambing sidney ini kami temukan ketika merantau ke Sidney, Australia,” jelas dia.

Saat merantau ke Australia, Lilis dan suaminya terbiasa memodifikasi makanan agar cocok di lidah masyarakat Australia.

Artikel ini ditulis oleh:

Mensos: Nikah Siri Online Rugikan Perempuan

Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa nikah siri “online” atau dalam jaringan (daring) di sisi mana pun merugikan perempuan.

“Apalagi itu (nikah siri ‘online’, red.) ada indikasi sebagai bungkus prostitusi. Jadi, seolah-olah dia dinikahkan siri, menghalalkan,” katanya di Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (22/3).

Khofifah mengatakan hal itu kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam Pengajian Akbar Hari Lahir Ke-69 Muslimat NU di Pendopo Dipokusumo, Purbalingga.

Terkait dengan hal itu, dia mengajak masyarakat untuk menjaga harkat dan martabat perempuan supaya tidak dirugikan dalam proses pernikahan mereka.

“Nikah siri itu tidak tercatat. Anaknya kalau menikah binti siapa? Kalau perempuan, siapa nanti yang jadi walinya? Lalu, bagaimana akta kelahiran anak-anak? Bagaimana juga hak waris mereka?” kata dia yang juga Menteri Sosial.

Menurut dia, perempuan akan sangat dirugikan dalam banyak hal jika melakukan nikah siri.  “Nikah siri saja dirugikan, ‘online’ lebih lagi,” tegasnya.

Ia mengatakan bahwa Kementerian Agama bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah membangun komunikasi guna mencegah nikah siri “online”.

“Saya rasa kita semua bersama-sama, kalau ini (masalah nikah siri ‘online’, red.) kementerian-kementerian paling mereka punya koordinasi-koordinasi pada tingkat ‘policy’. Implementasi di bawah, ini perlu jejaring kita bersama untuk saling mengajak masyarakat terutama perempuan, jangan sampai terjebak pada ajakan-ajakan nikah siri ‘online’, sangat merugikan perempuan di lini mana pun,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dukungan Perbankan Ke Sektor Pertanian Semakin Melemah

Jakarta, Aktual.co — Pengamat ekonomi dari Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika, di Jakarta mengatakan bahwa saat ini komitmen dan dukungan sektor perbankan pada pengembangan pertanian semakin melemah.

“Komitmen mereka pada sektor industri padat karya, sektor pertanian khususnya, itu semakin melemah dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2000, sebanyak 48 persen kredit bank lari ke sektor industri, pada tahun 2010 anjlok tinggal 18 persen,” kata Erani di Jakarta, Minggu (22/3).

Pertanian pun mengalami hal yang serupa, saat ini kredit perbankan untuk sektor tersebut hanya berkisar lima hingga enam persen, atau semakin jauh dari mandat awal yang bertujuan untuk membangun sektor riil, ujarnya menegaskan.

Menurut guru besar ilmu ekonomi kelembagaan Universitas Brawijaya itu, saat ini sektor finansial hanya hidup untuk menghidupi sektor itu sendiri atau dengan kata lain perputaran kredit terjadi dalam bidang tersebut.

“Itu kreditnya hanya diputar saja di situ. Sudah menyumbang lima kali lipat lebih besar dari kredit untuk sektor riil kita,” tukas Erani.

Dia berpendapat apabila perbankan tidak memiliki komitmen atau memfungsikan lembaganya sebagai “pelumas” pertumbuhan sektor pertanian, maka jangan harap bidang tersebut dapat berkembang di Indonesia.

Untuk itu, ia berharap sektor perbankan agar bisa menyadari bahwa industri dan pertanian merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia, sehingga dapat membantu pihak-pihak tersebut.

Sementara itu, peneliti dari Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef) Imaduddin Abdullah menyampaikan hal yang sama, yakni sektor pertanian masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

“Selama ini sektor pertanian seperti dianaktirikan. Padahal peranannya dalam PDB (produk domestik bruto) sangat lah besar,” kata Imam.

Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap PDB mencapai 14 persen, sedangkan pada segi penyerapan tenaga kerja di Indonesia mampu berkontribusi sebesar 35 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Di Sukabumi, Industri Gunakan Sekitar 260 Sumur Bor Air Ilegal

Jakarta, Aktual.co — Data Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menyebutkan bahwa ada 260 sumur pantek dan bor ilegal yang digunakan untuk sektor industri.

“Jumlah tersebut merupakan data pada tahun 2013 dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya kini bertambah,” kata Kepala PESDM Kabupaten Sukabumi, Adi Purnomo, di Sukabumi, Minggu (22/3).

Menurutnya, banyak industri yang berkilah pengambilan air tanah tersebut hanya digunakan saat dibutuhkan saja, namun bagaimana pun juga ini tetap melanggar peraturan.

Tapi, ia mengaku pihaknya tidak bisa melakukan penindakan karena bukan wewenangnya, maka dari itu perlu adanya koordinasi khususnya dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) agar sumur ilegal itu ditutup.

Selain itu, pihaknya tidak lagi melakukan pendataan karena kewenangannya ada di tangan Pemprov Jabar dan pemeritah pusat soal air tanah, apalagi setelah dicabutnya UU nomor 7 tahun 2004 dan terbitnya UU nomor 23 tahun 2014 tentang pengelolaan sumber daya air yang kewenangannya ada di pemprov dan pemerintah usat.

“Kami hanya bisa sebatas mengimbau saja, agar perusahaan atau industri bisa menempuh jalur perizinan dalam penggunaan air tanah,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi, Akhmad Jajuli, mengatakan bahwa awalnya perusahaan dan sektor industri lainnya menjalankan prosedur perizinan soal penggunaan air tanah, namun diduga ada penambahan jumlah atau areal tetapi izinnya tidak diperbaharui.

Maka dari itu, pihaknya akan meningkatkan pengawasan dan mengistruksikan kepada Satpol PP serta BPMT untuk melakukan inspeksi mendadak.

“Selain merugikan warga di sekitar, akibat penggunaan air tanah ilegal ini juga merugikan keuangan daerah karena tidak masuk dalam kas pendapatan asli daerah (PAD),” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Pelemahan Rupiah Tingkatkan Aktivitas Ekspor di Sulsel

Makasar, Aktual.co — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru memberikan keuntungan tersendiri bagi kalangan pengusaha di Sulsel khususnya yang bergerak di sektor ekspor.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sulsel, H La Tunreng mengatakan, kondisi pelemahan rupiah di Sulsel justru memacu pengusaha di Sulsel untuk meningkatkan kuantitas ekspor ke luar negeri.

“Justru pelemahan rupiah ini memacu aktifitas ekspor di Sulsel,” katanya, ke Aktual.co Minggu (22/3).

Menurutnya, Sulawesi Selatan saat ini banyak mengandalkan komoditas unggulan sebagai bahan baku ekspor ke luar negeri.

“Di Sulsel memang kita punya setidaknya tidak kurang 12 komoditas unggulan yang diuntungkan saat dolar naik,” ungkapnya.

Menurut La Tunreng, Apindo Sulsel diawal tahun 2015 ini terus mendorong para pengusaha khususnya yang berada dibawah naungan Apindo Sulsel untuk terus meningkatkan ekspornya keluar negeri.

“Ini kesempatan emas bagi kita di Sulsel, disaat daerah lain mengalami nasib yang kurang baik justru di Sulsel kita bisa mengambil hikmahnya,” tuturnya.

Sejalan dengan itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel juga memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan pada aktifitas ekspor di Sulsel. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Sulsel, periode Februari nilai ekspor Sulsel justru meningkat  5,88% jika dibandingkan nilai ekspor Januari 2015 mencapai dari USD111,84 juta menjadi USD118,42 juta.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulsel, Akmal mengatakan, Januari-Februari 2015 nilai ekspor mencapai USD230,26 juta. Dalam penjelasannya, dia mengatakan, nikel merupan komoditas dengan nilai ekspor terbesar Februari 2015 sebesar USD81,71 juta atau 69,05% dari total ekspor.

“Sedangkan negara tujuan ekspor dengan nilai terbesar pada Februari 2015 adalah jepang dengan nilai USD85,84 juta atau 72,49% dari total nilai ekspor Sulsel ” ungkap Akmal.

Artikel ini ditulis oleh:

Vakum 60 Tahun, Tradisi Lempar Lumpur Usai Nyepi Dibangkitkan Lagi

Denpasar, Aktual.co — Bali memang kaya akan tradisi. Selain omed-omedan di Sesetan Denpasar dan med-medan di Tuban, Kuta, kini muncul kembali tradisi mebuug-buugan.

Menurut Humas Pemuda Eka Chanti, I Made Sudarsana, tradisi ini merupakan aksi saling lempar lumpur. “Tradisi mebuug-buugan berasal dari kata Buug yang artinya tanah atau lumpur. Mebuug-buugan berarti interaksi dengan menggunakan tanah atau lumpur,” kata Sudarsana, Minggu (22 /3).

Tradisi ini, kata dia, telah vakum selama 60 tahun. “Maka kami selaku anak muda mencoba meneliti dan membangkitkan kembali tradisi yang telah vakum ini,” katanya.

Dahulu kala, ia melanjutkan, leluhur Desa Kedonganan, Kuta, telah menjalankan tradisi ini. “Tujuannya untuk menetralisir hal-hal atau sifat buruk. Dalam konteks mebuug-buugan manusia yang divisualisasi dengan tanah atau lumpur dimaknai sebagai wujud Bhutakala atau kekotoran yang melekat pada manusia,” jelasnya.

Ia berharap tradisi di desanya dapat tercatat pada Dinas Kebudayaan agar dapat dilestarikan. “Dulu awalnya semua peserta telanjang bulat. Karena malu, maka mengalami kemandegan sosial. Eksistensinya hilang. Pernah dibangkitkan kembali tapi tidak menemukan eksistensinya,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Karang Taruna Eka Chanti, I Wayan Yustisia Semarariana mengaku kegiatan ini telah dinanti sejak dulu kala. “Kami senang tradisi ini diinisiasi kembali. Kami mensosialisasikan ke seluruh pemuda. Harapan kami tradisi ini terus berlanjut karena nilai historis dan filosofisnya ada. Kita berharap kontinuitas eksitensi tradisi ini bisa menjadi ikon Desa Adat Kedonganan. Ini warisan budaya,” harap Yustisia.

Tradisi ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Mulai anak kecil, pemuda hingga bapak-bapak ikut memeriahkan tradisi yang baru pertama dihidupkan kembali. Mereka bertelanjang dada, hanya menggunakan kain khas Bali yang dilipat hanya menutup kemaluan saja. Usai berperang lumpur, mereka kemudian membersihkan diri di Pantai Kedonganan.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain