Tujuh Turis Tewas Ketika Terjadi Serangan Bersenjata di Museum Tunisia
Jakarta, Aktual.co — Kelompok bersenjata menyerang museum nasional Tunisia, yang terletak di dekat parlemen, Rabu (18/3), menewaskan setidaknya tujuh pelancong dan menyandera turis lain yang berada di dalam gedung.
Wisatawan-wisatawan asing berlarian mencari perlindungan, dengan dilindungi petugas keamanan yang mengarahkan senjatanya ke udara, demikian ditunjukkan dalam siaran televisi.
“Pasukan keamanan mengepung setidaknya dua militan di museum Bardo, tujuan wisata populer yang berlokasi di dalam kompleks gedung parlemen,” kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri dilansir dari Reuters, Kamis (19/3).
Serangan terhadap target penting itu menjadi pukulan keras bagi negara kecil di Afrika Utara itu, yang sangat bergantung pada pariwisata Eropa dan sejauh ini terhindar dari kekerasan militan sejak kemunculannya pada 2011 untuk menggulingkan otokrat Zine El-Abidine Ben Ali.
Pihak berwenang Tunisia tidak memberikan rincian apapun mengenai kewarganegaraan para sandera. Jika ada warga asing yang terbunuh, serangan tersebut akan menjadi serangan terburuk yang melibatkan milisi sejak bom bunuh diri di sebuah sinagog menewaskan 21 orang di pulau wisata Djerba pada 2002.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan tujuh wisatawan dan seorang warga Tunisia tewas.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Italia di Roma mengatakan dua warga Italia cdera dalam serangan itu, namun belum jelas apakah mereka termasuk di antara para sandera.
Sekitar 100 warga Italia lainnya berada di kawasan tersebut dan sudah diamankan oleh polisi Tunisia, kata pihak berwenang.
Pemberontakan di Tunisia terinspirasi oleh revolusi Kebangkitan Arab di negara-negara tetangganya Libya, Mesir, Suriah, dan Yaman.
Namun pemberlakuan konstitusi baru serta pelaksanaan pemilu yang damai mendapat pujian luas serta bertentangan dengan situasi kemelut yang melanda negara-negara tetangga itu.
Beberapa kelompok militan mulai muncul di Tunisia sejak munculnya pemberontakan itu, termasuk Ansar al Sharia yang oleh AS dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris.
Pihak berwenang memperkirakan 3.000 warga Tunisia juga bergabung dengan kelompok militan di Irak dan Suriah serta beberapa di antaranya sudah pulang, sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan munculnya serangan di tanah Tunisia.
Afiliasi Negara Islam di Libya mendapat pijakan yang kuat karena dua pemerintahan yang berseteru di sana berperang untuk mendapatkan kekuasaan. Seorang milisi senior Tunisia tewas saat berperang untuk Negara Islam di kota Sirte, Libya pekan lalu, kata pihak berwenang setempat.
Artikel ini ditulis oleh:
















