Jakarta, Aktual.co — Dalam norma agama dan kehidupan, mencuri adalah salah satu bentuk perbuatan yang tercela. Karena pada hakekatnya, mencuri sama dengan mengambil hak orang lain yang bukan menjadi hak diri sendiri.
Berbagai alasan orang untuk melakukan perbuatan tercela ini, ada yang memang terpaksa dan ada pula yang melakukannya karena sudah menjadi kebiasaan. Bicara soal kebiasaan, sulit untuk merubah atau menghentikannya terkecuali atas dasar kemauan diri sendiri. Seperti kisah haru yang satu ini, demi menghentikan aksi dan hobinya mencuri, seorang pria berkebangsaan Mesir rela memotong kedua tangannya.
Dilansir dari Huffington post, adalah Ali Afifi seorang pria berumur 27 tahun asal Mesir yang mengaku telah memotong kedua tangannya, lantaran tak mampu menahan hasratnya untuk mencuri. Ia bahkan nekat mengamputasi tangannya dengan cara meletakan salah satu tangannya di atas rel kereta api, agar roda kereta api yang melintas dapat melindas dan menghancurkan satu tangannya. Ia melakukannya tanpa satu suntikan bius pun.
Ia mengaku tidak merasa sakit setelah kereta menggilas kedua tangannya. Bahkan ia merasa senang menunjukkan tangannya yang terpotong dengan darah segar yang masih mengalir. Orang-orang yang melihat aksi Afifi lantas menganggapnya memiliki gangguan jiwa.
Mengetahui hal tersebut, ayah Afifi segera memasukan Afifi ke rumah sakit jiwa, lantaran dianggap sudah tak waras. Namun setelah berhasil keluar dari rumah sakit jiwa, Afifi kembali melakukan aksi memotong tangannya, di rel kereta api yang sama, di sebuah stasiun kereta api di Kota Tanta, Mesir.
“Ketika saya keluar dari rumah sakit jiwa beberapa bulan lalu, saya memutuskan untuk memotong satu tangan lagi untuk memastikan bahwa saya tidak lagi mencuri,” ungkap Afifi kepada surat kabar Mesir, seperti dikutip Emirates247.
Ali Afifi sendiri mengaku, memang sudah sedari kecil memiliki kebiasaan mencuri. Ia kerap mencuri barang-barang teman, kerabat bahkan keluarganya. Tak hanya buku atau perlengkapan sekolah, saat beranjak dewasa Afifi bahkan nekat mencuri emas, telepon seluler dan barang berharga lainnya.
Ia menyebut, aksi potong tangannya itu sebagai tindakan melawan iblis. Ia mengaku merasa ada iblis yang selalu menghasutnya untuk melakukan pencurian. Jauh sebelum aksi potong tangannya yang pertama, pernah tersirat keinginan ayah Afifi untuk memotong tangan Afifi demi menghentikan kebiasaan mencurinya, namun hukuman itu rupanya tidak didukung oleh pemerintah Mesir.
Saat Afifi hendak melakukan aksi potong tangannya tersebut, ia mengaku pernah meminta salah seorang intelektual Muslim untuk membantunya memotong tangannya. Namun intelektual Muslim tersebut menolak.
“Seikh menolak permintaan saya, mengatakan bahwa dia bukan penguasa atau seseorang yang dalam posisi untuk mengambil keputusan. Dia menyarankan saya untuk bertaubat dan memohon pertolongan Tuhan. Saya pun memutuskan untuk memotong tangan saya dengan cara saya sendiri,” urai Affi.
Kendati terbilang ekstrim, apa yang dilakukan Ali Afifi memang begitu mengharukan. Meski dianggap sebagai perbuatan gila, sebagaian kalangan bahkan “angkat jempol” mengapresiasi niat, keinginan serta sikap yang diambilnya demi menjadi sosok yang lebih baik.
Memang, pun kita tak perlu sedemikian ekstrim untuk menghentikan suatu kebiasaan buruk, namun jika Ali Afifi saja bisa bertekad baja menghentikan kebiasaan buruknya, lalu mengapa kita tidak?. (Laporan: Tri Harniangsih/ Zee zee)
Artikel ini ditulis oleh: