29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 38584

Hikmah Petruk (Jokowi) Jadi Ratu

Jakarta, Aktual.co — Banyak orang yang mengibaratkan Presiden Jokowi, yang memang juga berpostur sama, bagaikan Petruk Jadi Ratu (PRT).

Kisah atau lakon PRT adalah carangan atau ranting cerita khas Jawa, yang dikarang oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah. Lantaran hanya carangan, maka lakon itu tidak dijumpai dalam pakem atau babon induk cerita Mahabarata.

Petruk yang kurus tinggi, kampungan-ndeso katruk, adalah seorang rakyat biasa, bahkan jongos atau abdi dalem dari para ksatria Pandawa. Pandawa adalah para ksatria istimewa yang dipimpin oleh seorang raja yang tidak mau mengenakan mahkota serta berbagai atribut kebesaran seorang raja.

Sang Raja yakni Puntadewa, dilukiskan oleh Sunan Kalijaga dalam wayang kulit, sebagai raja yang rambutnya digelung sederhana tanpa mahkota. Mukanya senantiasa menunduk. Perilakunya lemah lembut bagaikan orang yang tiada daya, sehingga terkesan tidak mampu berperang, tidak bisa berkelahi.

Ia tidak pernah marah, hatinya suci bersih sehingga digambarkan darahnya tidak berwarna merah melainkan putih. Namun tatkala pasukannya terdesak dan tiada satu pun perwira perangnya yang mampu menandingi Panglima Perang musuh, Puntadewa maju ke medan laga, turun dari kereta perang berjalan kaki menyerbu lawan dengan menenteng busur panah beserta keyakinan mutlak terhadap hikmah kekuatan dua kalimat syahadat. Akibatnya para jin setan peri perayangan yang membantu musuhnya, seketika musnah. Sementara anak panahnya melesat bagaikan kilat menembus Prabu Salya sang lawan sehingga tewas.

Puntadewa dalam versi dakwah Sunan Kalijaga, adalah ciri seorang pemimpin satria pinandita, seorang satria atau umara yang berjiwa pendeta atau ulama. Ia memimpin negeri Amarta dengan pusaka andalan Jamus Kalimasada, yang tiada lain adalah dua kalimat syahadat. Itu berarti ia senantiasa taat kepada Gusti Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad, dengan menghayati segala perintah dan ajarannya, termasuk memegang teguh empat bekal utama kepemimpinan Kanjeng Nabi yang diringkas sebagai STAF yaitu  (1) Sidiq atau benar, jujur baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan; (2) Tabligh atau memberikan pencerahan dan pentunjuk; (3) Amanah atau bisa dipercaya dan bertanggungjawab; (4) Fatonah atau cerdas, meskipun beliau buta huruf.

Puntadewa adalah contoh pemimpin ideal yang rendah hati, tawadu, ikhlas, tidak riya dan tidak ujub. Tidak sombong, tidak suka pamer dan tidak suka dipuji. Hidup dan tampil amat sederhana, bagaikan rakyat jelata, sangat jujur dan adil serta mengabdi untuk kesejahteraan rakyat. Semua akhlak mulia itu ditularkan serta menjadi pegangan hidup para ksatria Pandawa lainnya, sehingga negara dan rakyatnya hidup tenteram, makmur sejahtera.

Namun demikian pada suatu masa, ketenteraman, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat terguncang hebat. Semua itu lantaran para elite kehilangan pusaka Jamus Kalimasada, artinya ketaatannya kepada Gusti Allah dan Kanjeng Nabi lenyap.

Ini berarti semua keseimbangan kehidupan dengan tatanan baiknya porak poranda. Para elite negeri Amarta tidak STAF lagi. Perkataan dan perbuatannya tidak bisa dipegang, suka bohong dan tidak jujur. Perilakunya membingungkan rakyat dan tidak bisa dijadikan panutan, menyesatkan dan tidak bisa lagi memberikan pencerahan.

Para punggawa kerajaan, yaitu birokrat sipil, militer dan polisinya tidak bisa dipercaya serta tidak bertanggungjawab. Korupsi merajalela, hak-hak rakyat dilibas. Kezaliman dan ketidakdilan merajalela. Pedang keadilan tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Keadilan hanya bagi para elite dan keluarganya. Mereka juga kehilangan hidayah dan tidak cerdas lagi. Kebijakan dan langkah-langkahnya konyol lagi tumpul, salah melulu bahkan meresahkan rakyat.

Para elite dan punggawa kerajaan, bahkan para pendeta, brahmana dan ulama sudah menurunkan derajatnya sendiri ke kasta para pedagang. Apa saja kewenangan yang diamanahkan pada diri mereka diperdagangkan. Politik uang bersimaharajalela. Semua urusan harus dengan uang tunai. Rasuah, hadiah atau gratifikasi yang dilarang keras oleh Kanjeng Nabi, dihalalkan. Sementara mulutnya rajin bersholawat memuji Kanjeng Nabi, namun kelakuannya bertolak belakang.

Adalah seorang rakyat jelata, bahkan seorang jongos abdi dalem kstaria Pendawa, yang tergugah melancarkan revolusi membongkar habis tatanan kehidupan yang penuh kemungkaran dan kemunafikan tersebut. Dialah Petruk, anak Semar, yang kemudian bersekutu dengan ruh tokoh kstaria pewayangan nan sakti mandraguna lagi lurus, yakni Hanoman dan Wisanggeni. Adapun nama Petruk, berasal dari kata fat-ruk, artinya tinggalkanlah. Fat-ruk kullu man siiwallahi, tinggalkanlah segala apa yang selain Allah.

Dengan bekal Jamus Kalimasada yang tidak dirawat secara baik oleh Pandawa dan kemudian dikuasainya, Petruk menobatkan dirinya sebagai Ratu bergelar Wel Keduwelbeh, merebut terlebih dulu Kerajaan Astina dari para Kurawa yang derajat kemungkarannya jauh lebih tinggi dibanding Pandawa. Selanjutnya menundukkan para ksatria Pandawa, serta menjadikan mereka bagai rakyat jelata yang harus bekerja keras mengolah sumber daya alam, dan membagikan hasilnya kepada rakyat banyak. Tatanan kenegaraan yang anarkis secara sistem, dirombak, para punggawa yang zalim dan tidak mau bertobat dihukum sekeras-kerasnya.

Bagaimana kelakuan dan penampilan sang Petruk sesudah menjadi Ratu itu? Walaupun ia mengenakan berbagai atribut kebesaran seorang ratu, tetap saja penampilan dan kelakuannya tidak berubah. Mahkota yang bertengger di kepalanya nampak kebesaran. Baju rompi atau jasnya kedodoran, bahkan memasangkan kancingnya saja tidak beraturan. Kancing atas dimasukkan ke lobang kancing bawah.

Sementara itu kakinya lecet tatkala mengenakan terompah keratuan. Ia merasa lebih nyaman tanpa terompah. Bahkan tidurnya tidak pula di kamar kstaria dengan kasur nan empuk, melainkan di kompleks kandang ternak dengan bau khas kotoran hewannya yang menyengat. Makanannya pun tetap kampungan, sampai-sampai juru masak istana kewalahan mencari jengkol dan pete kesukaannya.

Belum lagi para protokol dan petugas keamanan kerajaan, seringkali harus tungganglanggang lantaran Sang Ratu Petruk bertingkah dan berperilaku tidak mengikuti adat kebiasaan dan protokoler keratuan. Pokoknya semua aturan yang mengesankan kejumawaan kaum elite dijungkirbalikan. Sekat-sekat protokoler yang membuat jarak, yang memisahkan kaum elite dengan rakyatnya dibongkar dan dibuang.

Satu hal yang meresahkan Petruk adalah, ternyata ia tidak mampu duduk di singgasana atau kursi kerajaan. Berulangkali ia coba selalu terjungkal jatuh. Sampai kemudian ia memperoleh bisikan gaib, yaitu ia bisa duduk di singgasana asalkan sambil memangku bayi ksatria Abimanyu. Siapakah Abimanyu? Ia adalah anak Arjuna yang sudah digariskan para Dewa akan menurunkan para raja.

Masa keratuan Petruk tidaklah lama. Setelah sumber daya alam yang diolah para ksatria menghasilkan dan dibagi merata secara adil demi kesejahteraan rakyat, setelah kezaliman dan kepongahan para elite kerajaan runtuh, maka Sri Kresna yang waskita memanggil Semar, yaitu dewa sakti yang hidup di dunia untuk mengawal dharma kekesatriaan, turun tangan mengakhiri tugas revolusioner Petruk, anaknya sendiri.

Revolusi menurut Kresna, hanya boleh berlangsung singkat, cepat dan tidak boleh berlarut-larut apalagi melebar kemana-mana. Selanjutnya harus cepat ditata kembali mengikuti kaidah dan tata kenegaraan serta tata kelola pemerintahan yang baik, yang menempatkan ketenteraman negeri dan kesejahteraan rakyat sebagai dharma utama para ksatria. Para elite harus mampu hamemayu hayuning bawana atau mewujudkan rahmatan lil alamin, yaitu mewujudkan rahmat bagi semesta alam secara lestari berkelanjutan.

Sahabat-sahabatku, itulah pada hemat saya, hakikat dari lakon Petruk Jadi Ratu, cerita dakwah yang penuh hikmah karangan ulama tasawuf Sunan Kalijaga. Petruk Jadi Ratu adalah simbol dari suatu revolusi spiritual keagamaan yang sarat ilmu hikmah. Sayang sekali kisahnya terlanjur banyak dikemas menjadi cerita konyol, lucu-lucuan yang banal.

Karena itu kalau toh lakon ini mau dianalogikan dengan Presiden Jokowi sebagaimana banyak dijadikan bahan omongan dan ditulis di berbagai media massa terutama media sosial, marilah kita melihatnya dengan prasangka baik, dengan mencoba mengambil hikmah-hikmahnya tadi. Tanpa suratan takdir Allah Yang Maha Kuasa, tak mungkin Jokowi sang pedagang mebel yang ndeso tinggi kurus seperti Petruk, yang jauh dari lingkaran dalam spiral kekuasaan, tiba-tiba dalam tempo singkat bisa menjadi Presiden dari negeri maritim yang besar dengan penduduk sekitar 260 juta jiwa ini. Seperti meteor, dalam sekejab melesat masuk ke pusat terdalam lingkaran spiral kekuasaan.

Satu hikmah lagi yang patut direnungkan adalah adegan Petruk memangku bayi Abimanyu, pewaris keratuan. Adegan ini mengajarkan hakikat adanya kaitan erat antara rakyat yaitu Petruk dan para elite kepemimpinan yaitu Abimanyu. Rakyat bisa hidup tenang jika menghargai dan menghormati pemimpinnya, demikian pula pemimpinnya bisa duduk di singgasana kekuasaan karena dipangku, karena bertumpu pada rakyatnya. Itulah hakikat keterkaitan hubungan rakyat dengan pemimpinnya, yang harus dijaga baik dan tidak boleh dipisahkan.

Apakah Pak Jokowi betul-betul bagaikan Petruk yang hanya memerintah sementara? Waallahualam. Hanya Gusti Allah Sang Pemilik Kerajaan dan Kemuliaan yang tahu. Tugas dan kewajiban kita hanyalah kecuali berprasangka baik tanpa harus meninggalkan kewaspadaan, juga harus berusaha dengan cepat memetik berbagai buah hikmah dari peristiwa ini.

Janganlah kita hanya selalu berprasangka buruk dalam kekeruhan batin dan suasana, sehingga tak pernah bisa tercerahkan, tak mampu melihat kehadiran apalagi memetik buah-buah hikmah, sampai datangnya revolusi peradaban yang sesungguhnya dari Gusti Allah, Sang Maha Raja di Raja Lagi Maha Kuasa.  Naudzubillah.

Beji 12 Februari 2015.

Oleh: Bambang Wiwoho

Artikel ini ditulis oleh:

Bacakan Pembelaan, Winny Erwindia Menangis

Tersangka dugaan korupsi pengadaan pesawat udara jenis Air Craft ATR 42-500 dari Phoenix Lease Pte. Ltd Singapura yang juga Mantan Direktur Utama Bank DKI Winny Erwindia, membacakan pembelaannya saat menjalani sidang di Pengadilan Tindak pidanan korupsi (Tipikor), Jakarta, Kamis (12/2/2014). Kasus korupsi pengadaan pesawat jenis ATR 42-500 senilai USD 9,4 juta ini memaksa Winny menangis saat membacakan pledoi pribadinya di depan majelis hakim Tipikor. AKTUAL/MUNZIR

Gunakan PMN untuk Bayar Utang, Ekonom: Pecat Saja Direksi BUMN

Jakarta, Aktual.co — Persetujuan komisi VI DPR RI atas pengajuan dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp37,27 triliun untuk 27 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menuai kritikan dari berbagai kalangan. Salah satunya kekhawatiran digunakan untuk membayar utang BUMN atau PMN tersebut menghilang begitu saja.

“PMN tidak boleh digunakan untuk bayar utang. PMN diberikan kepada BUMN infrastruktur agar program pemerintah dalam membangun infrastruktur bisa bersinergi. Tapi, jangan dipakai untuk bayar utang,” ujar Ahli Ekonomi Universitas Indonesia, Akhmad Syakhroza kepada Aktual, Kamis (12/2).

Menurutnya, PMN diharapkan berjalan bagus dan positif. Namun harus diperhatikan dua engine pendukung seperti Engine yang menciptakan barang-jasa dan engine keuangan. Dua engine harus berjalan dengan seksama. Jangan sampai dikasih PMN berapapun juga, BUMN tersebut tidak membesar. Misalnya Merpati, berkali kali dikasih negara, hasilnya tidak ada, karena engine-nya tidak siap.

Lalu, bagaimana dengan PMN infrastruktur? menurutnya target capaian BUMN Infrastruktur harus jelas dan terukur. Pemerintah punya banyak proyek infrastruktur, dibantu dengan PMN diharapkan mampu meningkatkan keuntungan hingga tiga-empat kali lipat.

“BUMN infrastruktur seperti Adhi Karya, Waskita Karya dan Hutama karya memiliki SDM bagus, bisnisnya bagus. Namun yang kurang bagus itu laba perusahaan, belum kompetitif dengan swasta,” jelasnya.

Dirinya menegaskan, BUMN yang memperoleh PMN tidak boleh digunakan untuk membayar utang. Harus digunakan untuk memperbaiki struktur keuangan. Mereka bayar utang bisa lewat obligasi.

“Intinya PMN tidak boleh untuk bayar utang, kalau mereka tetap ‘ngeyel’, maka pecat saja jajajran direksinya,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Hormati Pengadilan, Pemerintah Tak Boleh Intervensi Mahkamah Partai Golkar

Jakarta, Aktual.co — Pemerintah diminta menghormati dan tak mengintervensi proses serta keputusan dari sidang Mahkamah Partai Golkar.
Mahkamah Partai sudah mendapat mandat dari pengadilan, maka otomatis hasil keputusan dari Mahkamah Partai Golkar harus diakui pemerintah.
“Ini tak berkaitan dengan kedua kubu tapi karena itu perintah pengadilan, otomatis pmerintah harus hargai keputusan mahkamah partai,” kata Pengamat Politik Budi Setiono kepada Aktual.co, Kamis (12/2).
Dia menambahkan, kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono sebaiknya menghadiri dan mengikuti persidangan Mahkamah Partai (Golkar), agar Mahkamah Partai bisa mengadili secara adil dan bijaksana.
“Makanya saya kira perlu klarifikasi yang sifatnya langsung, kedua kubu menghadiri sidang Mahkamah Partai. bisa jadi Mahkamah Partai membuat keputusan yang tak komperhensif,” ujarnya.
Diketahui, Partai Golkar sudah melaksanakan persidangan Mahkamah Partai Golkar beberapa hari lalu. Kubu Aburizal Bakrie tak menghadiri sidang Mahkamah Partai Golkar karena menganggap sidang tersebut sudah tak relevan dan sudah mendapat rekomendasi sebelumnya dari Mahkamah Partai, yaitu menempuh jalur islah, menyelenggarakan munas rekonsiliasi serta melalui pengadilan.

Artikel ini ditulis oleh:

Kadin: Swasembada Pangan Bakal Tercapai 3-4 Tahun ke Depan

Jakarta, Aktual.co — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) optimis swasembada pangan akan dicapai dalam waktu 3-4 tahun ke depan. Kebutuhan pangan strategis tersebut meliputi beras, jagung, kedelai, dan gula.

“Kami para pelaku usaha menyadari bahwa peningkatan produksi pertanian tidak bisa dicapai tanpa dibarengi kesejahteraan petani,” ujar Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto di Jakarta Convention Center, Kamis (12/2).

Lebih lanjut dikatakan dia, untuk mewujudkan kedaulatan pangan bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, hambatan tersebut datang bukan hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri.

“Tapi kami percaya dengan keinginan yang kuat dari pemerintah melalui regulasi yang berpihak, koordinasi yang baik antar Kementerian, pemerintah pusat dan daerah, serta kemitraan yang baik antar pemerintah dan dunia usaha, akan mampu mencapai kedaulatan pangan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Di Padang, Pasien Suspect Idap Virus Difteri Terus Bertambah

Padang, Aktual.co — Pasien suspect (diduga) mengidap virus difteri terus bertambah di Kota Padang. Hingga hari ini, Kamis (12/2) setidaknya sudah ada 11 pasien yang telah masuk ke Rumah Sakit (RS) M. Djamil, Kota Padang.

Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) RS M Djamil, Gustafianof menyebutkan, sampai saat ini ada 11 pasien yang sudah masuk rumah sakit umum tersebut.

“Delapan saat ini masih dirawat, dua meninggal dunia dan satu sudah dipulangkan atau sembuh,” katanya.

Pasien terakhir yang masuk, kata Gustafianof,  ada dua orang. Kedua pasien tersebut diketahui berasal dari Kuranji, Kota Padang dan masih berumur di bawah enam tahun.

“Kedua pasien yang terakhir masuk ini pada hari Senin lalu, pada pukul 21.00 dan 23.00 WIB,” jelasnya.

Saat ini, Gustafianof menjelaskan,  bahwa pihak rumah sakit sudah memberikan penanganan intensif terhadap kedua pasien, tak terkecuali pasien yang sebelumnya sudah terlebih dahulu masuk.

“Sudah dilakukan penanganan, seperti observasi dan pemberian antibiotik berupa anti serum,” tuturnya.

Selain itu, pihaknya juga mengaku telah melakukan uji tes cairan lendir terhadap tiga pasien.

“Hasilnya, dua diantaranya positif dan satu lagi negatif,” terangnya.

Untuk diketahui,  saat ini pihak RS M Djamil bersama Dinas Kesehatan sudah melakukan pencegahan dengan memberikan vaksin, terutama kepada anak-anak guna mencegah jatuhnya korban kembali.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain