29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 39276

Noam Chomsky: Serangan Paris Tabir Kemunafikan Barat

Jakarta, Aktual.co —Setelah serangan teroris ke Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang termasuk editor dan empat kartunis, dan pembunuhan empat orang Yahudi di swalayan halal Yahudi tidak lama setelahnya, Perdana Menteri Perancis Manuel Valls mendeklarasikan “perang terhadap terorisme, terhadap jihad, terhadap Islam radikal, terhadap semua hal yang merusak persaudaraan, kebebasan, solidaritas.”
Jutaan orang berdemonstrasi mengutuk kekejaman tersebut, semakin dilantangkan oleh paduan suara kengerian di bawah bendera “Saya Charlie”. Tersirat jelas pernyataan kemarahan, yang diungkapkan dengan baik oleh Pemimpin Partai Buruh Israel dan kandidat utama pada pemilu mendatang, Isaac Herzog, yang mengatakan bahwa “terorisme adalah terorisme. Tidak ada dua istilah untuk itu” dan bahwa “semua negara yang mencari perdamaian dan kebebasan (menghadapi) tantangan besar” dari kekerasan yang brutal.
Kejahatan itu juga memicu banjir komentar, mempertanyakan hingga akar serangan yang mengejutkan ini dengan kebudayaan Islam dan mencari cara mengatasi gelombang pembunuhan oleh terorisme Islam tanpa mengorbankan nilai-nilai kita. New York Times menyebut serangan itu sebagai “benturan peradaban”, namun dikoreksi oleh kolumnis harian tersebut Anand Giridharadas, yang mencuit bahwa itu “bukan dan tidak akan pernah menjadi atau berada di antara perang peradaban. Tapi sebuah perang UNTUK peradaban melawan kelompok di luar itu. 
Keadaan di Paris digambarkan dengan terperinci oleh koresponden veteran Eropa untuk New York Times Steven Erlanger: “Hari dimana sirine, helikopter di udara, kepanikan kantor berita; barisan polisi dan massa yang cemas; anak-anak dipulangkan dari sekolah demi keamanan. Itu adalah, seperti dua peristiwa sebelumnya, penuh darah dan horor di dalam dan sekitar Paris.”
Erlanger juga mengutip seorang wartawan yang selamat yang mengatakan “Semuanya pecah. Tidak ada jalan keluar. Ada asap dimana-mana. Sangat buruk. Orang-orang berteriak. Ini mimpi buruk.” Laporan lainnya bertuliskan “ledakan besar, dan semuanya gelap gulita.” Sebuah keadaan yang oleh Erlanger dilaporkan sebagai “keadaan yang dipenuhi pecahan kaca, tembok yang rusak, kayu yang bengkok, cat yang hangus dan kerusakan emosional.”
Kutipan-kutipan terakhir di atas—seperti yang diingatkan oleh wartawan independen David Peterson—bukan dari peristiwa pada Januari 2015. Tetapi, itu laporan Erlanger pada 24 April 1999, yang kurang menarik perhatian. Saat itu Erlanger tengah melaporkan “serangan rudal” NATO “ke markas stasiun televisi pemerintah Serbia” yang membuat “Radio Televisi (RTV) tidak tayang,” membunuh 16 jurnalis.
“NATO dan pejabat Amerika membela serangan tersebut,” lapor Erlanger, “sebagai sebuah upaya melemahkan rezim Presiden Slobodan Milosevic di Yugoslavia.” Juru bicara Pentagon Kenneth Bacon dalam pernyataannya di Washington mengatakan bahwa “TV Serbia adalah bagian dari mesin pembunuh Milosevic seperti militernya” sehingga menjadi target sasaran yang dibenarkan.
Tidak ada demonstrasi atau letupan kemarahan, tidak ada teriakan “Kami RTV,” tidak ada yang mempertanyakan akar serangan itu dalam kebudayaan Kristen dan sejarah. Sebaliknya, serangan terhadap media itu dipuji. Diplomat AS yang sangat dihormati Richard Holdbrooke, yang saat itu jadi utusan untuk Yugoslavia, mengatakan kesuksesan serangan pada RTV “sangat penting dan, saya kira, adalah perkembangan yang positif,” sebuah pernyataan yang diamini banyak orang.
Ada banyak peristiwa lainnya yang tidak memicu pertanyaan soal kebudayaan barat dan sejarah—contohnya, serangan tunggal terparah di Eropa dalam beberapa tahun terakhir, pada Juli 2011, saat Anders Breivik, seorang ekstremis Kristen ultra-Zionis dan Islamofobik, membantai 77 orang, kebanyakan remaja.
Yang juga diabaikan dalam “perang terhadap terorisme” yaitu sebuah kampanye teroris paling ekstrem di era modern—kampanye pembunuhan global Barack Obama yang mengincar orang-orang yang diduga atau mungkin berniat mencelakai kita suatu hari nanti, dan orang-orang malang yang kebetulan ada di dekatnya. Orang-orang malang ini tidak pernah berkurang, seperti 50 warga sipil yang dilaporkan terbunuh dalam serangan pengeboman (udara) yang dipimpin AS di Suriah Desember lalu, yang jarang dipublikasikan.
Satu orang dihukum terkait serangan NATO ke RTV—Dragoljub Milanovic, direktur umum stasiun TV itu, yang dihukum oleh Pengadilan HAM Eropa selama 10 tahun penjara karena gagal mengevakuasi gedung, seperti disampaikan Komite Perlindungan Jurnalis. Pengadilan Kriminal Internasional untuk Yugoslavia menganggap serangan NATO, menyimpulkannya bukan sebuah kejahatan, walaupun korban sipil yang jatuh “sayangnya banyak, (namun) tak tampak tidak proporsional.”
Perbandingan kasus-kasus ini membantu kita memahami kutukan terhadap New York Times dari pengacara hak sipil Floyd Abrams yang terkenal dengan pembelaannya yang luar biasa terkait kebebasan berekspresi. “Ada waktunya untuk menahan diri,” tulis Abrams, “tapi di saat terjadi serangan paling mengancam jurnalisme yang pernah diingat, (editor the Times) sebaiknya menunjukkan dukungan terhadap kebebasan berekspresi dengan terlibat di dalamnya” dengan mempublikasikan kartun Charlie Hebdo yang mengejek Muhammad sebagai pemicu serangan. (catatan redaksi: New York Times adalah satu-satunya koran besar di AS yang tidak menampilkan gambar sampul edisi terbaru Charlie Hebdo)
Abram memang benar dengan menggambarkan serangan Charlie Hebdo sebagai “serangan paling mengancam jurnalisme yang pernah diingat.” Alasan penggunaan konsep “yang pernah diingat,” sebuah kategori yang dengan teliti dimaksudkan untuk menunjukkan kejahatan mereka terhadap kita, namun dengan sangat hati-hati mencoba mengecualikan kejahatan kita terhadap mereka—yang terakhir ini bukanlah kejahatan, namun sebuah pertahanan yang mulia terhadap nilai-nilai tinggi, yang terkadang tidak sengaja dicitrakan dengan tanpa cacat.
Ini bukan tempat untuk mempertanyakan soal apa yang “dipertahankan” saat RTV diserang, tapi pertanyaan sangat informatif. Banyak ilustrasi lainnya untuk “yang pernah diingat.” Salah satunya adalah serangan Marinir di Fallujah pada November 2004, salah satu kejahatan paling buruk AS dan Inggris dalam invasi ke Irak.
Serangan itu dibuka dengan dikuasainya Rumah Sakit Umum Fallujah, sebuah kejahatan perang besar terlepas dari bagaimana pelaksanaannya. Kejahatan ini dilaporkan secara mencolok di halaman depan New York Times, dihiasi dengan foto yang menggambarkan bagaimana “pasien dan pegawai rumah sakit dikeluarkan dari ruangan oleh pasukan bersenjata dan diperintahkan duduk atau berbaring di lantai sementara tentara mengikat tangan mereka di belakang.” Pendudukan rumah sakit itu dipuji dan dibenarkan: tindakan itu “mematikan apa yang disebut aparat sebagai senjata propaganda militan: Rumah Sakit umum Fallujah, dengan aliran laporan korban sipilnya.”
Terbukti, ini bukanlah serangan terhadap kebebasan berekspresi, dan tidak masuk kualifikasi “yang pernah diingat.” Ada pertanyaan lainnya. Seseorang secara alami akan bertanya bagaimana Perancis menegakkan kebebasan berekspresi dan prinsip suci “persaudaraan, kebebasan, solidaritas.”
Contohnya, apakah Undang-undang Gayssot, yang berkali-kali diterapkan, memberikan negara hak untuk menentukan fatwa Kebenaran Historis dan menghukum para pembangkang dari fatwa tersebut? Dengan mengusir keturunan para pelaku Holocaust (Roma) untuk diadili di Eropa Timur? Dengan perlakuan menyedihkan terhadap imigran Afrika Utara di pinggiran kota Paris tempat teroris Charlie Hebdo menjadi jihadis? Saat jurnal pemberani Charlie Hebdo memecat kartunis Sine dengan alasan komentarnya bernada anti-semit? Banyak pertanyaan lain yang akan dengan cepat muncul.
Semua orang dengan mata yang terbuka akan dengan cepat menyadari hal-hal lainnya yang hilang. Mereka yang paling menonjol yang menghadapi “tantangan besar” dari kekerasan brutal adalah warga Palestina, sekali lagi selama serangan kejam Israel terhadap Gaza pada musim panas 2014, yang membunuh banyak wartawan, terkadang saat berada di mobil yang terpampang jelas tanda pers, bersama dengan ribuan warga lainnya, sementara penjara luar ruangan yang dijalankan Israel, sekali lagi menjadi puing dengan alasan yang runtuh seketika saat dilakukan pemeriksaan.
Pertanyaan yang juga diabaikan adalah pembunuhan tiga jurnalis lagi di Amerika Latin pada Desember, sehingga jumlahnya tahun lalu menjadi 31. Di Honduras saja ada lebih dari sepuluh wartawan yang terbunuh pada kudeta militer tahun 2009 yang diakui Amerika Serikat (tapi sedikit negara lainnya), mungkin Honduras pasca-kudeta merupakan juaranya pembunuhan jurnalis per kapita. Tapi sekali lagi, ini bukan dianggap serangan terhadap kebebasan berekspresi yang pernah diingat.
Tidak sulit menjabarkannya. Contoh yang sedikit ini menggambarkan prinsip yang sangat umum yang diterapkan dengan dedikasi dan konsistensi yang mengagumkan: semakin banyak kita menyalahkan kejahatan musuh, semakin besar kemarahannya; semakin besar tanggung jawab untuk kejahatan tersebut, sehingga semakin banyak yang kita bisa lakukan untuk menghentikannya. Namun semakin sedikit perhatiannya, maka akan cenderung dilupakan dan muncul penolakan. Berbeda dengan pernyataan sebelumnya, ini bukanlah perkara “terorisme adalah terorisme. Tidak ada dua istilah untuk itu”. Jelas ada dua istilah untuk kasus ini: Mereka versus kita. Dan bukan hanya terorisme. 

Dinas Bina Marga dan Suku Dinas Ajukan Anggaran Rp5,3 Triliun

Jakarta, Aktual.co —Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Bina Marga di lima wilayah di DKI  usulkan anggaran di 2015 hingga Rp5,3 triliun lebih. Kepala Dinas Bina Marga DKI Yusmada Faizal mengatakan anggaran sebesar itu akan digunakan untuk menjalankan 9 program unggulan.
Dalam rapat kerja dengan Komisi D DPRD DKI Jakarta membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI 2015, Yusmada membeberkan kesembilan program unggulannya. Yakni: 
1. Penataan jalan kampung, 2. Peningkatan jalan, 3. Peningkatan jalur busway (TransJakarta), 4. Penataan jalan inspeksi kali dan sejajar rel kereta, 5. Penataan jalur pedestrian (pejalan kaki), 6. Pemeliharaan jalan berkala rutin, 7. Pembangunan simpang dan jalan tak sebidang, 8. Pembebasan lahan 9. Pembangunan prasarana jaringan utilitas.
Yusmada mengatakan dari sembilan program unggulan, beberapa jadi fokus Dinas Bina Marga.  Pertama, pembebasan jalan-jalan berlubang di wilayah kota. Kedua, terbangunnya jalan inspeksi sejajar kali dan sejajar rel kereta api. Dan perbaikan bangunan saluran tepi jalan agar tidak terjadi genangan. “Ada juga rencana terbangunnya trotoar yang nyaman untuk pejalan kaki, tidak ada galian utilitas di badan jalan, maupun trotoar dengan pembangunan ducting,” ujar dia, di DPRD DKI, Rabu (21/1).
Selain itu, Dinas Bina Marga juga akan bangun jalan layang dan simpang tidak sebidang. “Ditambah tertatanya jalan-jalan kampung di lingkungan,” ujar dia.
Berikut rekapitulasi usulan anggaran Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta dan Suku Dinas Bina Marga di 5 wilayah DKI Jakarta.
-Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta : Rp 3,196,526,486,776.00 (Rp3,1 triliun)
– Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat : Rp.322,165,450,000.00 (Rp322 miliar)
– Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara : Rp. 426,833,825,641.00 (Rp426 miliar)
– Suku Dinas Bina Marga Jakarta Barat : Rp. 415,562,007,466.00 (Rp415 miliar)
– Suku Dinas Bina Marga Jakarta Selatan : Rp. 599,300,859,569.00 (Rp599 miliar)
– Suku Dinas Bina Marga Jakarta Timur : Rp. 377,085,389,740.00 (Rp377 miliar).

Artikel ini ditulis oleh:

Sambangi DPR, Menko Maritim Bahas Empat Fokus Program Kemaritiman

Jakarta, Aktual.co — Ketua DPR RI Setya Novanto menerima kunjungan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo, di Ruang Pimpinan DPR RI, Rabu (21/1).
Indroyono mengatakan, pertemuan ini merupakan konsultasi dengan pemimpin DPR dalam rangka pembangunan maritim Indonesia
“Sesuai visi bapak presiden bahwa Indonesia menjadi poros maritim dunia,” ucap Indroyono, usai melakukan pertemuan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Setidaknya ada empat fokus program yang dibicarakan dengan pimpinan DPR RI dalam mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia.
Pertama, ingin memperkuat kedaulatan maritim di Tanah Air dengan penyelesaian batas antar negara baik batas laut, zona ekonomi ekslusif (ZEE) maupun landasan kontingen.
“Kita laporkan juga menyampaikan mempercepat pembangunan perbatasan,” beber dia.
Kemudian, melakukan pemanfaatan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati di seluruh Indonesia.
“Ketiga, pembangunan infrastruktur. Keempat, kita ingin membahwa Indonesia menjadi bangsa bahari yang maju. Dan membawa bangsa ini jadi bangsa bahari dengan budaya, IPTEK dan inovasi,” ujarnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung empat program yang tengah dilakukan Kemenko Kemaritiman.
“Semua pimpinan sangat mendukung program disampaikan Pak Menko. Dan tentu kemudahan pemerintah sudah menyampaikan perizinan. DPR akan mendukung,” kata politisi Golkar itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Pengangkatan Sekda Sumut, Kemendagri Bentuk Tim Investigasi

Jakarta, Aktual.co — Kementerian Dalam Negeri membentuk tim investigasi guna memeriksa keabsahan administrasi pengangkatan dan pelantikan Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Hasban Ritonga.
“Kami sudah membentuk tim dengan Dirjen, Kepala Biro Hukum, dan Kepala Biro Kepegawaian terkait untuk melakukan penelitian terhadap Sekda Sumatera Utara ini,” kata Sekretaris Jenderal Kemendagri Yuswandi A Temenggung, di Jakarta, Rabu (21/1).
Tim investigasi tersebut dimaksudkan untuk mencari tahu mengenai dua hal, yakni kejelasan status hukum dan keabsahan administrasi pelantikan Hasban Ritonga sebagai Sekda.
Yuswandi mengaku pihaknya telah bertemu dengan Hasban di Jakarta, Selasa (20/1) malam, guna meminta klarifikasi terkait kasus hukum yang menyebabkan dia berstatus terdakwa dan sempat mendekam di sel tahanan Mabes Polri.
“Semalam, pukul 18.00 sampai 20.00 wib, yang bersangkutan sudah bertemu dengan tim kami untuk kami minta penjelasan terkait perkembangan status hukumnya. Posisi beliau (Hasban) saat ini adalah terdakwa dan sudah menjalani lima kali persidangan,” jelasnya.
Namun, dengan status hukum Hasban tersebut, pihaknya tidak bisa serta merta memberhentikan yang bersangkutan dengan alasan menunggu hasil investigasi tim tersebut.
“Kami berharap hasil penelitian tim ini secepatnya bisa disampaikan kepada pimpinan, Menteri Dalam Negeri kepada Presiden, karena keputusan akhirnya ada di tangan Presiden Joko Widodo,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan pihaknya menerima catatan dari Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujonugroho bahwa tiga calon sekda, termasuk Hasban Ritonga, memiliki rekam jejak bersih dan baik.

Artikel ini ditulis oleh:

BNN Belum Pastikan Hasil Tes Urine Pengemudi Maut

Jakarta, Aktual.co —Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga sore tadi belum bisa memastikan adanya kandungan narkoba dari hasil tes urine Christopher Daniel, pengendara mobil maut yang tewaskan empat pengendara motor, di Jalan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (20/1) malam. 
Diakui Kabag Humas BNN, Kombes Pol Sumirat Dwiyanto, pihaknya memang diminta  Ditlantas Polda Metro Jaya untuk lakukan tes darah dan tes urine terhadap Christopher. Sesuai surat yang dikirimkan bernomor B/04/1/2015/LLJS, BNN.
“Iya tadi sudah kita lakukan pemeriksaan laboratorium ke pelaku berinisial CD,” ujar dia, di Jakarta, Rabu (21/1).
Kata Sumirat, berkas pemeriksaan bakal langsung diserahkan ke Ditlantas Polda Metro jika hasilnya sudah keluar.  “Kalau sudah keluar, bukan kami yang umumkan, dan tes seperti itu memang sudah semestinya,” imbuhnya.
Tes semacam itu, ujar Soemirat, memang biasa dilakukan pada pelaku tabrakan. Seperti di luar negeri, si pengendara biasanya langsung dites nafasnya, apakah terpengaruh alkohol atau tidak.  Sedangkan untuk mengetahui adanya pengaruh narkotika, diperlukan tes yang lebih detail. Seperti cek urine, darah, atau rambut.
Chris tiba di BNN bersama orang tua dan pengacaranya pagi tadi pukul 09.30 WIB, untuk jalani tes urine. Akibat perbuatannya, pemuda yang ternyata sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat itu terancam dibui selama lima tahun.

Artikel ini ditulis oleh:

Inilah Presiden Termiskin

Montevideo, Aktual.co —Presiden Uruguay Jose Mujica ternyata tak hanya dikenal dengan julukan presiden termiskin di dunia. Mujica juga dikenal sebagai seorang yang murah hati. Suatu hari, seorang pria bernama Gerhald Acosta baru saja diberhentikan dari tempat kerjanya di sebuah pabrik kertas di Montes del Plata. Acosta, di tengah keresahannya, berjalan kaki menuju ke kediamannya ketika sebuah mobil berhenti di sampingnya dan menawarkan tumpangan.
Betapa terkejutnya Acosta karena orang yang menawarkan tumpangan itu adalah Presiden Jose Mujica dan istrinya, Lucia Topolansky. Kendaraan yang digunakan Mujica juga bukan mobil kepresidenan yang mewah, tetapi sebuah mobil VW Beetle berwarna biru keluaran 1987. “Saya tak memercayai apa yang saya lihat. Presiden memberi saya tumpangan. Padahal, sebelumnya puluhan mobil melewati saya tanpa menawarkan tumpangan,” kata Acosta kepada harian El Observador.
“Saat turun dari mobil, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau sebab tak semua orang mau menolong orang lain di jalanan, apalagi dia seorang presiden,” tambah Acosta. Tak hanya memberi tumpangan, Presiden Mujica dan istrinya juga mengizinkan Acosta untuk mengabadikan momen langka itu yang kemudian diunggah Acosta ke akun Facebook-nya.  Presiden Mujica dan istrinya memang dikenal dengan gaya hidupnya yang sangat sederhana. Mujica, yang adalah mantan pemimpin pemberontak Tupamaro, bahkan menolak tinggal di istana kepresidenan saat terpilih menjadi orang nomor satu Uruguay pada 2010.
Dia dan istrinya memilih tetap tinggal di rumah pertaniannya yang sederhana. Mujica bahkan mendonasikan sebagian besar gaji bulanannya sebagai presiden untuk organisasi amal yang mengurus para tunawisma. Awal tahun ini, Mujica memperkirakan total kekayaan yang dimilikinya hanya sebanyak 322.883 dollar atau sekitar Rp 4 miliar, sangat sedikit untuk seseorang yang berpredikat sebagai presiden. “Seorang presiden adalah seorang pejabat tinggi yang dipilih untuk bekerja. Dia bukan raja, apalagi dewa. Dia juga bukan tukang sihir yang mengetahui segalanya,” ujar Mujica dalam wawancara dengan Al Jazeera beberapa waktu lalu. “Presiden adalah seorang pelayan rakyat. Saya pikir gaya hidup ideal seorang presiden adalah hidup seperti kebanyakan rakyat yang diwakili dan dilayaninya,” tambah Mujica.

Berita Lain