Jakarta, Aktual.co — Fakta sebelumnya, tentang pertumbuhan kota besar mungkin tidak menjadi faktor utama apakah seorang anak menderita asma. Tapi, penelitian terbaru justru membantah asumsi tersebut.
Berdasarkan sumber dari Departemen Kesehatan menyebutkan, penyebab masalah kota Metropolitan adalah wabah asma.
Para peneliti di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat, telah menemukan bahwa kemiskinan, kulit hitam (atau orang Puerto Rico) adalah faktor terpenting yang menyebabkan seorang anak beresiko menderita asma.
“Hasil penelitian kami meliputi perubahan wajah anak yang menderita pediatrik asma dan menunjukkan bahwa tinggal di kawasan perkotaan bukan menjadi faktor seseorang beresiko asma,” terang Dr. Corinne Keet, Ahli Alergi Pediatrik dan Spesialis Asma dari Johns Hopkins dalam penelitiannya yang diterbitkan pada Selasa (20/1) dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology.
Menurut Keet, meskipun penelitian-penelitian sebelumnya telah melihat tingkat asma dalam kota-kota tertentu, tapi tidak ada penelitian lebih lanjut yang membandingkan tingkat asma di daerah kota di seluruh Amerika Serikat (atau melihat bagaimana asma membandingkan kultur masyarakat).
Untuk sampai pada tahap ini, para peneliti menggunakan data survei nasional lebih dari 23.000 anak-anak yang berusia antara 6 sampai 17 tahun pada tahun 2009-2011. Tim mengamati tingkatan-tingkatan asma berdasarkan jumlah penduduk, serta faktor-faktor lain seperti pendapatan, ras dan etnis.
Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor tersebut, mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik tingkatan asma antara anak-anak yang tinggal di kota dan anak-anak yang tinggal di tempat lain.
Sebaliknya, mereka menemukan orang berkulit hitam (atau anak-anak Puerto Rico) yang mempunyai tingkat asma paling tinggi pada 17 dan 20 persen . Masing-masing dibandingkan dengan anak-anak berkulit putih (10%), anak-anak hispanik lainnya (9%) dan anak-anak Asia (8%).
Meskipun penelitian ini tidak melihat mengapa itu terjadi, para peneliti mencatat bahwa, pada penelitian lain disarankan menunjukkan potensi genetik dan biologis yang menyebabkan perbedaan ras dan etnis.
Tim juga melihat variasi yang lebih luas berdasarkan geografis, dengan 17 persen anak-anak yang tinggal di kota-kota Northeastern, yang menderita asma, dibandingkan dengan 8 persen di kota-kota yang terletak di negara-negara barat.
Ternyata asma sendiri tidak terbatas pada kota-kota. Sebagai contoh, tingkat asma 21 persen di kawasan miskin pinggiran kota Timur Laut, dibandingkan dengan 17 persen di kota-kota tetangganya.
Penelitian ini tidak hanya melihat pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat asma yang parah, yang mungkin menjadi umum di kota-kota, kata para penulis. Itu akan menjadi subjek penelitian selanjutnya.
Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, asma mempengaruhi 6,8 juta anak-anak di seluruh dunia.
Artikel ini ditulis oleh: