29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 39318

Gas Elpiji Naik, Cynthia Lamusu: Buat Strategi Baru untuk Bisnis Kulinernya

Jakarta, Aktual.co — Selain sibuk berakting,  Cynthia Lamusu juga disibukkan dengan mengurus bisnis kulinernya yaitu nasi kepel dan nasi putih yang dibungkus daun pisang sebesar kepalan tangan orang dewasa. Bisnis online kuliner tersebut sudah digelutinya selama tiga tahun lebih.

“Bisnis kuliner aku masih jalan kok, karena lewat online jadi lebih mudah aja,” ungkap wanita berusia 36 tahun ini kepada Aktual.co, pada Selasa (20/1), di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

Semua kuliner yang tersaji di warung makannya adalah buatan tangan sendiri, lantaran Cynthia hobi memasak. Makanya, ia mencoba menggeluti dunia bisnis kuliner. Seperti pengusaha bisnis lainnya, dirinya sudah menemukan ‘jalan terjal’ dalam proses bisnis.

“Iya sekarang kan gas udah naik, bahan baku semua naik itu kendala juga dalam bisnis apalagi kan ini online,” keluh perempuan berdarah Gorontalo tersebut.

Sejak gas elpiji naik, pemilik nama lengkap Prilliany Cynthia Lamusu ini mengaku, bahwa ada beberapa hal yang ia ubah dalam sistem usahanya.

“Jadi semenjak gas elpiji naik tuh, aku buat strategi baru, cabe kan pada mahal yah dan nasi kepel ini juga banyaknya berbahan pedes, jadi ada dua menu yang kadang nggak aku keluarin, jadi giliran aja nggak semua kita keluarin,” beber pemilik album ‘Sesal’ ini.

Namun demikian, kata Cynthia, apapun yang terjadi, ia sebagai warga Negara Indonesia (WNI) yang baik menerima semua kebijakan serta keputusan dari pemerintah.

Diberitakan sebelumnya, istri dari aktor Surya Saputra ini akan memerankan film layar lebar terbaru berjudul ‘Ayat-ayat Adinda’ menjadi orang tua dari Adinda tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Tak Bisa Tingkatkan Standar Keselamatan Penerbangan, Jonan Ancam Berhentikan Eselon I dan II

Jakarta, Aktual.co — Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan menegaskan akan memberhentikan semua eselon I dan eselon II bila tidak bisa menaikkan standar keselamatan penerbangan sesuai ketentuan Federal Aviation Administration (FAA) menjadi kategori I yang saat ini masih menempati kategori II, pada Mei 2015.
“Kalau tidak bisa (menaikan tingkat keselamatan) maka eselon 1 dan 2 saya akan berhentikan semuanya,” ucap Jonan dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi V, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (20/1).
Pernyataan mantan Dirut PT KAI itu dipicu pernyataan Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Yudi Widiana yang sempat mempertanyakan soal standar keselamatan yang dilontarkan Menteri Jonan dimedia massa. Bahkan, politisi PKS ini pun mengingatkan agar pembantu presiden itu melakukan perhitungan yang tepat, dan tidak hanyaa mengejar pencitraan sesaat saja.
“Saya cukup kaget juga ketika pak menteri menyampaikan bahwa akan menaikan kategori 2 menjadi kategori 1 pada Mei 2015, kaget saya karena itu, bukan kerjaan mudah. Tetapi kalau itu bisa saya acungi jempol, tapi kalau tidak bisa maka pak menteri harus mengukur dulu statmen itu,” ucap Yudi.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Imigrasi Cilacap Deportasi Dua Jurnalis Asing

Jakarta, Aktual.co —  Kantor Imigrasi Cilacap, Jawa Tengah, mendeportasi dua jurnalis asing yang kedapatan melakukan liputan terhadap keluarga terpidana mati kasus narkoba di area Nusakambangan tanpa dilengkapi izin resmi.
“Dua jurnalis asing, yakni Gomes Marcio yang berkebangsaan Brasil dan Geovanne Percy Saima Guerrero berkebangsaan Peru, telah diberangkatkan ke Jakarta dengan pengawalan petugas Imigrasi Cilacap pada Senin (19/1),” kata Kepala Subseksi Informasi dan Komunikasi Kantor Imigrasi Cilacap Adithia P. Barus, di Cilacap, Selasa (20/1).
Selanjutnya, kata dia, dua jurnalis asing tersebut akan dipulangkan ke negara asalnya melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada hari Selasa (20/1), pukul 21.30 WIB.
Menurut dia, pihaknya mempercepat proses pemeriksaan dua jurnalis asing tersebut agar tidak menjadi sorotan dunia.
“Negara kita kan baru mengeksekusi mati warga negara Brasil. Kalau ini prosesnya lama, kita bisa jadi sorotan, sudah warganya dihukum mati, ini (pemeriksaannya, red.) lama lagi,” jelasnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berupaya memperlakukan dua jurnalis asing tersebut dengan baik selama menjalani pemeriksaan di Kantor Imigrasi Cilacap hingga dideportasi ke negara asalnya.
Lebih lanjut, Adithia mengatakan bahwa pendeportasian oleh Kantor Imigrasi cilacap terhadap kedua jurnalis asing tersebut dilakukan sebagai salah satu fungsi keimigrasian dalam hal penegakan hukum dan keamanan negara.
Dia mengharapkan, dengan adanya kejadian tersebut bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran bagi warga negara asing (WNA) lainnya, khususnya jurnalis asing agar lebih memperhatikan tata cara dan ketentuan yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, kata dia, pelanggaran-pelanggaran seperti yang terjadi pada kedua jurnalis asing tersebut diharapkan tidak terulang kembali.
Seperti diwartakan, Gomes Marcio yang berkebangsaan Brasil dan Geovanne Percy Saima Guerrero berkebangsaan Peru yang berprofesi sebagai jurnalis diamankan petugas Imigrasi Cilacap pada hari Sabtu (17/1), sekitar pukul 14.30 WIB, saat sedang melakukan kegiatan jurnalistik di area Nusakambangan terhadap salah satu keluarga terpidana mati yang akan dieksekusi.
Dua jurnalis asing itu, diduga tidak memiliki izin atau rekomendasi yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan berupa izin atau rekomendasi dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), untuk melakukan kegiatan jurnalistik di Indonesia.
Dalam hal ini, dua jurnalis asing tersebut hanya memiliki izin kunjungan saja.
Selain dua WNA tersebut, pada waktu yang sama juga terdapat empat WNA berkebangsaan Belanda dan Italia yang melakukan kegiatan jurnalistik di area Dermaga Wijayapura (tempat penyeberangan menuju Pulau Nusakambangan, red.) Cilacap.
Setelah dilakukan pemeriksaan, keempat WNA itu memiliki izin yang sah untuk melakukan liputan sehingga mereka tidak dilakukan penindakan oleh petugas Imigrasi dan diperkenankan untuk melakukan peliputan atau kegiatan jurnalistiknya.
Sebanyak lima terpidana mati kasus narkoba dieksekusi di Pulau Nusakambangan, Cilacap, pada Minggu (18/1) dini hari.
Lima terpidana mati yang telah dieksekusi itu terdiri atas Ang Kim Soei (62) warga negara Belanda, Namaona Denis (48) warga negara Malawi, Marco Archer Cardoso Mareira (53) warga negara Brasil, Daniel Enemua (38) warga negara Nigeria, dan Rani Andriani atau Melisa Aprilia (38) warga negara Indonesia. 

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby

Tak Kunjung Bangun Smelter, Pemerintah Ancam Bekukan Izin Ekspor Freeport

Jakarta, Aktual.co —   Menteri ESDM Sudirman Said mengancam akan membekukan izin ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia tidak juga segera memberikan progress smelter yang signifikan. Pemerintah dan Freeport sendiri juga telah menandantangani nota kesepakatan untuk mengamandemen kontrak karya.

“Pembangunan smelter menjadi salah satu poIn kesepakatan mereka. Sayangnya, mereka tak mematuhi isi Memorandum of Understanding (MoU) itu dan kesepakatan itu akan berakhir pada 24 Januari 2015. Dalam kesepakatan, kalau tanggal 25 Januari mereka tidak menjanjikan progress yang signifikan, izin ekspor konsentrat bisa dibekukan dan saya meminta Freeport untuk mencari jalan,” ungkap Sudirman di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba), Jakarta, Selasa (20/1).

Ia mengaku telah meminta Dirjen Minerba, Sukhyar, untuk mencari solusi masalah Freeport agar pemerintah tak mesti menghentikan izin ekspor konsentrat mereka.

“Kami ingin Freeport beroperasi lancar dan makin lancar ke depan karena penting untuk perekonomian kita ke depan. Bukan dengan menawar schedule pembangunan smelter,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa ancaman pembekuan izin ekspor ini, tak hanya berlaku bagi Freeport, tapi juga perusahaan tambang lainnya.

“Pemerintahlah yang berhak memutuskan memperpanjang kontrak perusahaan tambang. Bukan dibalik, ada progres kalau pemerintah memutuskan,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Komisi X: Pembentukan Tim Sembilan Tidak Relevan

Jakarta, Aktual.co — Komisi X DPR RI, melontarkan kritikan terhadap pembentukan Tim Sembilan oleh Kemenpora. Menurut Komisi X, pembentukan tim tersebut tidak relevan.

Anggota Komisi X, Zulfadhli mengatakan, federasi sepakbola yang dipimpin Djohar Arifin Husin itu, baru seumur jagung. Oleh karena itu, untuk memberikan prestasi sepakbola yang baik, masih diperlukan waktu.

“PSSI sekarang bisa dibilang baru genap satu tahun enam bulan. Mereka masih perlu memperbaiki buruknya kondisi sepakbola yang sudah bobrok dari sebelumnya,” papar Zulfadhli di ruang rapat Komisi X, Senayan, Jakarta, Selasa (20/1).

Zulfadhli menilai, PSSI sekarang tidak bisa dimintai tanggung jawab atas terpuruknya prestasi sepakbola Indonesia. Karena PSSI saat ini, merupakan warisan dari kepengurusan yang sebelumnya.

Zulfadhli juga mengakui, banyak permasalahan dalam sepakbola Tanah Air, yang membuat prestasi sepakbola Indonesia menjadi terpuruk.

“Betul banyak masalah di sepakbola Tanah Air. Butuh waktu untuk menumbuhkan prestasi sepakbola,” pungkasnya.

Diketahui, pembentukan Tim Sembilan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) diawali dari kegagalan Timnas Indonesia di pentas Piala AFF 2014 serta tersingkirnya Timnas U-19 di Kualifikasi Piala Dunia U-19.

Karena dua alasan tersebut membuat Menpora, Imam Nahrawi menggagas pembentukan tim pengawas kinerja PSSI atau yang dikenal dengan sebutan Tim Sembilan.

Artikel ini ditulis oleh:

DPR Desak Freeport Bangun Smelter di Papua

Jakarta, Aktual.co — Anggota DPR Komisi VII fraksi PDIP Tony Wardoyo meminta agar Freeport mendirikan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Papua. Dirinya juga meminta agar pemerintah membuat regulasi tentang pembangunan smelter di Papua.

“Kementerian ESDM sebagai wakil pemerintah harus membuat regulasi pembangunan smelter di Papua,” kata Tony kepada wartawan melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (20/1).

Selain itu, lanjutnya, harus diadakan pula pelatihan dan pendidikan di bidang pengusahaan Mineral dan Batubara (Minerba) karena Pemerintah wajib mendorong atau memfasilitasi pendidikan minerba tersebut.

“Dengan adanya smelter di Papua, selain mengefisiensikan dan menekan biaya, akan membantu percepatan pembangunan, membuka peluang kerja dan meningkatkan perekonomian daerah sekitarnya,” ujar Anggota DPR Komisi VII daerah pemilihan (Dapil) Papua itu.

Bahkan, rencana PT Freeport untuk membangun smelter di dekat PT Petrokimia Gresik dinilainya tidak memperhatikan psikologi rakyat Papua.

“Ini menunjukkan tidak ada niat untuk memperbaiki perekonomian rayat papua. Seharusnya sudah saatnya masyarakat papua menikmati kekayaan alamnya untuk meningkatkan taraf hidupnya agar lebih sejahtera,” ungkapnya.

Maka dari itu, Tony meminta agar Freeport membangun pabrik di kabupaten Mimika-Timika Papua.

“Tidak ada alasan Freeport untuk tidak membangun smelter di Papua. Kalau lahan dan fasilitas kurang memadai bisa bersama-sama Pemerintah untuk membangun infrastruktur,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Berita Lain