29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 39842

Garuda Indonesia Raih Pinjaman Rp1,37 Triliun

Jakarta, Aktual.co — PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) meraih pinjaman kredit modal kerja dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) senilai total Rp1,37 triliun. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan Risiko & Teknologi Informasi Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra

“Fasilitas tersebut terdiri dari kredit modal kerja impor (KMKI) atau penangguhan jaminan impor (PJI) senilai maksimum Rp1 triliun,” kata Askhara kepada wartawan, Minggu (4/1).

Kemudian, kata dia, senilai maksimum US$30 juta atau setara dengan Rp375 miliar sebagai fasilitas kredit KMKI/PJI/irrevocable standby loan (SLBC).

“Fasilitas pinjaman jangka pendek semua, untuk working capital, serta membeli minyak dari Pertamina,” ujarnya.

Berdasarkan keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia, pemberian pinjaman tersebut merupakan transaksi afiliasi antar perusahaan BUMN tersebut. Di mana,  Garuda dikenakan bunga sebesar 11% per tahun untuk pinjaman dalam bentuk rupiah yang dimanfaatkan untuk KMKI, sementara 8,5% per tahun untuk PJI. Serta suku bunga sebesar 6% per tahun untuk pinjaman dalam mata uang dolar yang dimanfaatkan untuk KMKI, dan 2,25% per tahun untuk PJI.

Askhara melanjutkan, pihaknya masih menunggu izin dari Bank Indonesia (BI) atas rencana emisi obligasi global senilai US$500 juta yang akan diterbitkan kuartal I/2015. Manajemen telah mengajukan izin pinjaman komersial luar negeri (PKLN) kepada BI sejak akhir tahun lalu. Perseroan juga telah menunjuk penjamin pelaksana emisi atau underwriter yakni DBS Bank Singapura dan Standard Chartered Bank.

“Izin masih belum keluar dari BI dan BUMN,” imbuhnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Akhir Liburan, Penjual Batik IBC Raup Untung Jutaan Rupiah

Semarang, Aktual.co — Mengakhiri penghujung liburan awal tahun 2015, penjual batik di Internasional Batik Center (IBC) Pekalongan meraup untung jutaan rupiah. Permintaan pembeli mulai meningkat sejak liburan perayaan Natal hingga puncaknya yang berlangsung pada Sabtu (3/1).

Aulia pemilik Batik Aulia mengaku, rata-rata omset penjualan batik mencapai Rp3 juta/ hari. Sejak libur panjang saat itu, dirinya membuka toko dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.

“Hari biasanya paling tutup jam 5 sore. Alhamdulillah, omset liburan panjang kali ini bisa menutup hari-hari biasanya. Kalau hari biasa sudah untung ada yang membeli,” terang dia, kepada Aktual.co.

Ia mengku kewalahan melayani permintaan pembeli yang berdatangan. Rata-rata pembeli dari luar kota, yakni Jakarta, Bandung, Bekasi, Balik Papan, Kalimantan dan luar jawa.

Ruko Batik Aulia yang berada di samping kiri pelataran parkir sepeda motor menyajikan aneka batik dari mulai harga Rp25 ribu hingga Rp300 ribu.

“Kita masih jual batik dari harga paling termurah Rp25 ribu sampai termahal Rp300 ribu. Rata-rata pengunjung membeli harga antara Rp100 ribu,” terangnya.

Omzet hari biasa, kata dia, pendapatan di IBC tak bisa diperkirakan. Bahkan, penjualan lebih meningkat di toko yang berada Kedungwuni di jalan raya Cap Gawen Podho No 1 dalam kawasan  Islamic Center.

“Penjualan batik pada hari biasa di IBC tak bisa diandalkan. Paling mengandalkan di toko satu yang ada di pasar Banjarsari,” beber dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Serahkan Harga BBM ke Pasar, Jebakan Batman Pemerintah Untuk Rakyat

Jakarta, Aktual.co —   Indonesian Resources Studies (IRESS) menyebut bahwa euforia rakyat terkait penurunan harga BBM harus diakhiri. Pasalnya rakyat harus disadarkan bahwa Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah pasang ‘Jebakan Batman’ karena kebijakan tersebut diiringi dengan penghapusan subsidi Premium.

“Rakyat harus siap-siap sengsara karena harga minyak rendah tidak pernah bertahan lama. Saat ini pada harga dunia $60/barel dan dolar berada pada level Rp12.300, harga premium adalah Rp7.600. Jika harga minyak dunia kembali ke $90-100/barel, karena subsidi sudah dicabut, maka harga premium akan naik menjadi Rp10.500-11.000 per liter. Program perlindungan sosial, energi alternatif, konversi ke BBG, dan sebagainya, saat ini belum siap. Maka rakyat akan merasakan akibatnya,” kata Pengamat IRESS Marwan Batubara kepada Aktual.co, Jakarta, Senin (5/1).

Maka dari itu, lanjut Marwan, siapkan dulu program-program perlindungan sosial, sarana konversi ke BBG, energi alternatif, transportasi massal, dan sebagainya, barulah kebijakan hapus subsidi dijalankan.

“Karena kebijakan penghapusan subsidi sudah ditetapkan dan dibungkus dengan penurunan harga BBM, maka Pemerintahan Jokowi sudah memerangkap rakyat dalam Jebakan Batman, yang kelak akan dirasakan akibat buruknya setelah harga BBM kembali ‘normal’. Tega bener nih pemerintah,” ujarnya geram.

“Mereka (Pemerintah) bilang, dengan penetapan harga sesuai index harga minyak dunia (Mops) sebulan sebelumnya, maka kebijakan tersebut tidak bisa dianggap melepas ke pasar. Saya bisa memaklumi hal itu, sebetulnya yang lebih parah adalah kebijakan pemerintah mencabut subsidi BBM,” imbuhnya.

Perlu diketahui, kebijakan Pemerintah yang menyerahkan ke mekanisme pasar tersebut bertentangan dengan keputusan MK yang dituangkan dalam Putusan Perkara nomor 002/PUU-I/2003, itu menyatakan bahwa UU no 22 tahun 2001, tentas migas, di pasal 20 ayat 2 yang menyebut Harga BBM dieserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar, tak sesuai dengan UUD 1945.

“Mungkin bisa dibilang berlawanan dengan UUD. Maka untuk mencegah itu, Pemerintah jangan melepas harga sesuai mekanisme pasar,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Rupiah Dibuka Anjlok

Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (5/1) pagi, melemah sebesar 15 poin menjadi Rp12.535 dibandingkan sebelumnya Rp12.520 per dolar Amerika Serikat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, dibuka turun 13,08 poin atau 0,25 persen menjadi 5.229,68 dan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 3,31 poin (0,37 persen) ke level 899,81.

Impor BBM tetap Menjadikan Momok

Jakarta, Aktual.co — Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 18 November 2014 lalu, belum terbukti ampuh mengerem defisit neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada November 2014 mengalami defisit sebesar 420 juta dollar AS. Padahal, pada bulan sebelumnya, neraca perdagangan masih surplus 20 juta dollar AS.

Memburuknya neraca dagang pada November 2014 dipicu membengkaknya defisit neraca perdagangan minyak dan gas bumi (migas). Pada November 2014, defisit migas mencapai 1,36 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan defisit migas pada Oktober 2014 sebesar 1,11 miliar dollar AS. “Ini terjadi akibat anjloknya ekspor migas dari 2,47 miliar dollar AS menjadi 2,11 miliar dollar AS,” kata Kepala BPS Suryamin, akhir pekan lalu.

Secara kumulatif, neraca perdagangan sepanjang Januari-November 2014 mengalami defisit 2,07 miliar dollar AS. Rinciannya, defisit migas sebesar 12,09 miliar dollar AS dan surplus nonmigas 10,02 miliar dollar AS. Total nilai ekspor Indonesia Januari-November 2014 mencapai 161,67 miliar dollar AS dan total impor pada periode yang sama 163,74 miliar dollar AS. BPS dan ekonom memperkirakan, defisit neraca perdagangan hingga akhir tahun 2014 dan sepanjang 2015 masih menjadi momok keuangan Indonesia. Ada beberapa penyebabnya.

Pertama, impor BBM masih tinggi. Kedua, harga komoditas non migas seperti minyak kelapa sawit dan batubara di pasar dunia masih tertekan. “Padahal ekspor komoditas menjadi andalan produk ekspor Indonesia,” kata Lana Soelistyaningsih, Ekonom Samuel Asset Manajemen.

Lana memperkirakan, tingginya konsumsi BBM di dalam negeri pada tahun ini dipicu oleh penurunan harga BBM premium, solar dan Pertamax. Penurunan harga ini diperkirakan masih berlanjut. Sebab,  harga minyak mentah dunia berpotensi menukik turun pada tahun ini.

Ekonom Indef, Eko Listianto, memperkirakan defisit neraca dagang Indonesia pada tahun ini bisa mencapai  1 miliar dollar AS. Sementara prediksi Lana lebih besar lagi, mencapai sekitar 3 miliar dollar AS. “Jadi, defisit akan lebih besar dari tahun 2014,” ujar Lana.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Firmanzah melihat,  gelaran proyek infrastruktur juga membawa dilema. Satu sisi, proyek ini menjadi tulang punggung pendorong ekonomi. Di sisi lain, impor barang melejit untuk memenuhi bahan baku proyek. Akibatnya defisit dagang masih terjadi. Menko Ekonomi Sofyan Djalil optimistis pemerintah bisa mengerem defisit neraca dagang tahun ini. Alasannya, pemerintah akan lebih ketat mengontrol impor dan memantau suplai barang.

Inflasi Kota Malang Tertinggi di Jatim

Jakarta, Aktual.co — Angka inflasi Kota Malang, Jawa Timur, pada Desember 2014 yang mencapai 2,72 persen, menjadi yang tertinggi dari delapan kota dan kabupaten di provinsi itu yang disurvei Badan Pusat Statistik (BPS).
Kepala Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, Senin, mengatakan tingginya angka inflasi Desember 2014 di Kota Malang disebabkan karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang juga berimbas pada naiknya harga sejumlah komponen dan komoditas pangan hingga transportasi.
“Angka inflasi Kota Malang ini sudah diprediksi sejak dua bulan sebelumnya karena angka inflasi saat itu terus naik. Pada Oktober, inflasi Kota Malang mencapai 0,40 persen dan November menjadi 1,51 persen, bahkan tertinggi ketiga setelah Jember dan Kediri,” katanya.
Kenaikan harga BBM terhadap inflasi tersebut semakin terasa dampaknya pada November hingga 45 persen dan Desember 55 persen. Selain dipengaruhi kenaikan harga BBM, inflasi juga disebabkan adanya kenaikan tarif PDAM yang mencapai 11,5 persen. Kenaikan tarif PDAm tersebut menyumbang inflasi sebesar 0,089 persen.
Seharusnya Pemkot Malang menunda terlebih dahulu kenaikan tarif PDAM tersebut agar angka inflasi tidak semakin tinggi. Apalagi, dalam penghitungan angka inflasi ada ‘administered price’, yakni harga yang bisa dikendalikan oleh pemerintah daerah.
Oleh karena itu, dengan kewenangan dan kemampuan itu, Pemkot malang seharusnya bisa memilih momen untuk memberlakukan kenaikan tarif PDAM yang menjadi salah satu komponen cukup berpengaruh dalam inflasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain