Jakarta, Aktual.co —Minimnya jumlah gerbong khusus perempuan di rangkaian commuterline, menuai keluhan dari kaum hawa pengguna jasa angkutan massal tersebut.
Salah satunya disampaikan Ishtaria Laksmana Masulili (23). Sebagai pengguna rutin commuterline dari Stasiun Kranji, Bekasi menuju Stasiun Cikini, dia mengeluh padatnya gerbong perempuan di jam-jam sibuk.
“Gerbong khusus perempuan itu bagus, tapi kenapa jumlahnya tidak juga ditambah? Padahal KAI juga tahu pengguna gerbong khusus perempuan itu tinggi. Lihat saja penumpang sudah pasti berdesak-desakan di jam sibuk,” ujar mahasiswi S2 Universitas Indonesia di Kampus Salemba itu, kepada Aktual.co, Jumat (26/12).
Diakuinya, keberadaan gerbong khusus perempuan sebenarnya sudah tepat. Ketimbang dengan sempat beroperasinya rangkaian kereta khusus perempuan.
“Itu ngga efektif. Misal untuk ke arah Stasiun Kota, waktu itu kan si kereta khusus perempuan cuma datang setelah dua kereta biasa lewat. Jadi lama aja nunggunya. Dengan ada gerbong khusus perempuan itu sudah tepat. Tapi jumlahnya itu masih kurang,” keluhnya.
Untuk itu, dia meminta PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menambah jumlah gerbong khusus perempuan di rangkaian commuterline.
Selain mengusulkan perlunya penambahan gerbong khusus perempuan, dia juga mengusulkan perlunya semacam ‘alarm’. Untuk mengingatkan apabila jumlah penumpang sudah melebihi kapasitas.
“Jadi kalau jumlah penumpang sudah berlebih ngga bisa naik lagi. Misal bunyi alarm, contohnya kaya di ‘lift’ gitu. Jadi si kereta juga ngga akan jalan kalau penumpangnya penuh melewati batas kapasitas,” ucapnya.
Kendati keluhkan minimnya jumlah gerbong khusus perempuan, dia mengakui adanya peningkatan fasilitas di layanan commuterline.
“Toilet di kereta sudah bersih. Pengamanan juga sudah lumayan bagus. Misal di gerbong perempuan sudah ada petugas yang mengingatkan penumpang lain bila ada ibu hamil untuk diprioritaskan,” ujarnya.
Tapi dia juga masih mengeluhkan soal seringnya kereta telat. Apalagi memasuki musim hujan. “Sering banget suka ada gangguan sinyal yang bikin telat. Paling parah pernah 20 menit, atau satu jam kalau ada gangguan listrik,” ujarnya.
Awal Desember lalu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Edi Sukmoro mengakui jumlah penumpang commuterline meningkat pasca naiknya BBM bersubsidi November lalu.
Kata dia, tiap harinya penumpang mencapai 700 ribu. “Hampir semua orang sekarang sudah pindah ke commuterline,” ujarnya, di Jakarta, Rabu (3/12).
Melihat terus meningkatnya masyarakat yang beralih menggunakan jasa kereta, Edi pun berani menetapkan target tinggi untuk tahun 2019. “Target tahun 2019, kereta api mampu mengangkut 1,2 juta penumpang.”
Untuk itu KAI akan mengimbanginya dengan rencana meningkatkan pelayanan. Yakni dengan membenahi stasiun dan fasilitas lainnya guna mencegah kecelakaan dan keterlambatan kereta. Sehingga memberi keamanan dan kenyamanan bagi penumpang.
Stasiun yang bakal menjadi fokus utama adalah stasiun besar. Seperti Tanah Abang, Manggarai dan Gambir.
“Stasiun Tanah Abang kita benahi, Gambir, Manggarai juga kita bicarakan. Termasuk pembicaraan mengenai persilangan sebidang. Banyak sekali persilangan-persilangan yang memungkinkan bisa terjadinya kecelakaan antara kereta api dan kendaraan,” kata dia.
Rencana itu harus segera terealisasi seiring rencana KAI menambah jumlah gerbong kereta. Kata dia, saat ini semua gerbong baru sudah datang.
“Kita sedang sertifikasikan, uji kelayakan. Tahun depan, kita narik lagi berapa gerbong untuk penambahan. Makanya harus diatur persilangan-persilangan itu. Kalau tidak kita benahi, akan nutup terus,” tambahnya.
Dengan pembenahan tersebut, ia mengharapkan warga Jakarta akan semakin banyak yang menggunakan kereta api sebagai transportasi pilihan.
Artikel ini ditulis oleh: