29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40371

Deputi Kemenpora: PSSI Bukan Lembaga Olahraga Kebal Hukum

Jakarta, Aktual.co — Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bukan sebuah lembaga yang kebal hukum. PSSI merupakan sebuah lembaga yang membawa kepentingan publik olahraga di Indonesia.

Dikatakan Deputi V Bidang Keharmonisan dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto, PSSI harus tunduk kepada undang-undang yang ada dan mengaturnya, yaitu undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).

“PSSI harus tunduk pada UU Nomor 3 Tahun 2005. Kan tidak ada peraturan tertentu yang membatalkan UU yang ada,” tegas Gatot di Depok, Jawa Barat, Kamis (18/12).

Meski begitu, lanjut Gatot, Kemenpora pun tidak serta merta merasa paling benar. Kata dia, pemerintah tetap menghargai tentang apa yang menjadi pedoman PSSI.

“Pemerintah tahu ada statuta FIFA, itu kita hormati. Tapi, PSSI jangan menganggap mereka lembaga tersendiri yang tidak bisa tersentuh apapun,” tandasnya.

Pernyataan Gatot ini terkait dengan rencana Kemenpora membentuk Tim Sembilan, yang akan melakukan pengawasan terhadap kinerja PSSI.

Selain itu, sebagian kalangan juga mengatakan bahwa, PSSI tidak bisa diintervensi oleh pemerintah Indonesia. Jika hal ini dilakukan, maka akan mendatangkan sanksi dari FIFA.

Artikel ini ditulis oleh:

UNICEF Butuh Dana 900 Juta Dolar AS Bantu Anak Suriah

Jakarta, Aktual.co — UNICEF mengatakan bahwa, tahun depan pihaknya membutuhkan lebih dari 900 juta dolar AS, untuk membantu anak-anak korban perang sipil Suriah dan mengimbau kepada para pendonor untuk mendukungnya.

“Krisis Suriah merupakan ancaman terbesar bagi anak-anak saat ini,” kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Maria Calivis, dikutp AFP, Jumat (19/12).

“Pada akhir 2015, kehidupan lebih 8,6 juta anak di seluruh kawasan itu akan telah terkoyak oleh kekerasan dan pemindahan paksa,” katanya menambahkan.

Calivis mengatakan, rencana UNICEF untuk tahun depan termasuk dua kali lipat jumlah anak-anak Suriah dengan akses kepada air bersih dan sanitasi, dan sejumlah akses ke pendidikan.

Badan anak-anak PBB itu akan terus berkampanye vaksinasi polio, dan memberikan perawatan termasuk hibah tunai serta pakaian musim dingin untuk keluarga sekitar 850.000 anak-anak korban konflik.

“Komitmen ini – dihitung biayanya 903 juta dolar AS (732 juta euro), – mewakili minimal,” katanya. Dia menyerukan para pendukung “untuk membantu kami melakukan komitmen kenyataan ini”.

Konflik Suriah, yang berevolusi dari demonstrasi massa terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 200.000 orang, dan telah memaksa lebih dari separoh penduduk negera itu meninggalkan rumah mereka.

Artikel ini ditulis oleh:

UNICEF Butuh Dana 900 Juta Dolar AS Bantu Anak Suriah

Jakarta, Aktual.co — UNICEF mengatakan bahwa, tahun depan pihaknya membutuhkan lebih dari 900 juta dolar AS, untuk membantu anak-anak korban perang sipil Suriah dan mengimbau kepada para pendonor untuk mendukungnya.

“Krisis Suriah merupakan ancaman terbesar bagi anak-anak saat ini,” kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Maria Calivis, dikutp AFP, Jumat (19/12).

“Pada akhir 2015, kehidupan lebih 8,6 juta anak di seluruh kawasan itu akan telah terkoyak oleh kekerasan dan pemindahan paksa,” katanya menambahkan.

Calivis mengatakan, rencana UNICEF untuk tahun depan termasuk dua kali lipat jumlah anak-anak Suriah dengan akses kepada air bersih dan sanitasi, dan sejumlah akses ke pendidikan.

Badan anak-anak PBB itu akan terus berkampanye vaksinasi polio, dan memberikan perawatan termasuk hibah tunai serta pakaian musim dingin untuk keluarga sekitar 850.000 anak-anak korban konflik.

“Komitmen ini – dihitung biayanya 903 juta dolar AS (732 juta euro), – mewakili minimal,” katanya. Dia menyerukan para pendukung “untuk membantu kami melakukan komitmen kenyataan ini”.

Konflik Suriah, yang berevolusi dari demonstrasi massa terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad menjadi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 200.000 orang, dan telah memaksa lebih dari separoh penduduk negera itu meninggalkan rumah mereka.

Artikel ini ditulis oleh:

IPB Gandeng Universitas Australia, Transformasi Pertanian dan Pangan di Indonesia

Jakarta, Aktual.co —Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) menggandeng University of Adelaide dari Australia untuk kerjasama bidang pendidikan dan penelitian di bidang pertanian dan pembangunan kedua negara.
Direktur International Center for Applied Finanze and Economics (InterCAFE) IPB, Dr Nunung Nuryartono, kerjasama keduanya sudah berjalan sudah berjalan sejak satu tahun ini. Diawali dengan kerja sama pendidikan dalam program “double degree”.
“Sangat intensif kita lakukan dan sebagai rangkaian kerja sama yang akan terus kita lanjutkan dengan menggelar forum kebijakan transformasi pertanian dan pangan di Indonesia,” ujar dia, dalam seminar internasional AFTI 2014 di Kampus IPB Baranangsiang Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/12).
Berbagai isu di sektor pertanian serta pembangunan menjadi bahasan kerja sama kedua belah pihak. Seperti kebijakan pertanian, perikanan dan kelautan serta pembangunan.
“Kami juga memiliki kerja sama penelitian yang sudah dijalankan, saat ini fokus utama di sektor pertanian dan pangan,” kata Nunung.
Untuk kerja sama penelitian, baik IPB dan University of Adelaide melakukan kajian bersama tentang transformasi pertanian dan pangan di Indonesia.
Menurutnya, dari kajian yang sudah dilakukan, transformasi memberikan dampak pada sektor pertanian terutama petani kecil. Salah satu contoh di daerah Jambi, terjadi transformasi pertanian dimana perkebunan sawit lebih mendominasi.
“Dari kajian ini kita sampaikan datanya kepada pemerintah, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi petani kecil dari pengaruh trasformasi ini,” kata Nunung.
Selain itu, isu pasar global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 juga menjadi fokus kerja sama dua universitas ini dalam menghasilkan kajian-kajian untuk mempersiapkan daya saing Indonesia dalam menghadapi pasar bebas.
“Melalui forum diskusi yang rutin dilakukan, kita bisa mengindentifikasi secara detil, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan, sektor mana yang harus ditingkatkan, kalaupun ada penguatan pertanian apa yang dipekuat, ini kita kaji, dan hasil kajian kita sampaikan kepada pemerintah,” kata Nunung.
Dalam seminar internasional kerja sama IPB dan Universitas Adelaide menghadirkan sejumlah pembicara salah satunya, Dr Rick Barichello dari University of Brithis Calumbia, Canada yang menyampaikan pemikirannya seputar transformasi pertanian dan pangan di Canada.
Hadir juga pembicara dari IPB Dr Arief Daryanto, PhD yang membahas tentang industri susu di Indonesia sebagai peluang atau tantangan.

Artikel ini ditulis oleh:

IPB Gandeng Universitas Australia, Transformasi Pertanian dan Pangan di Indonesia

Jakarta, Aktual.co —Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) menggandeng University of Adelaide dari Australia untuk kerjasama bidang pendidikan dan penelitian di bidang pertanian dan pembangunan kedua negara.
Direktur International Center for Applied Finanze and Economics (InterCAFE) IPB, Dr Nunung Nuryartono, kerjasama keduanya sudah berjalan sudah berjalan sejak satu tahun ini. Diawali dengan kerja sama pendidikan dalam program “double degree”.
“Sangat intensif kita lakukan dan sebagai rangkaian kerja sama yang akan terus kita lanjutkan dengan menggelar forum kebijakan transformasi pertanian dan pangan di Indonesia,” ujar dia, dalam seminar internasional AFTI 2014 di Kampus IPB Baranangsiang Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (18/12).
Berbagai isu di sektor pertanian serta pembangunan menjadi bahasan kerja sama kedua belah pihak. Seperti kebijakan pertanian, perikanan dan kelautan serta pembangunan.
“Kami juga memiliki kerja sama penelitian yang sudah dijalankan, saat ini fokus utama di sektor pertanian dan pangan,” kata Nunung.
Untuk kerja sama penelitian, baik IPB dan University of Adelaide melakukan kajian bersama tentang transformasi pertanian dan pangan di Indonesia.
Menurutnya, dari kajian yang sudah dilakukan, transformasi memberikan dampak pada sektor pertanian terutama petani kecil. Salah satu contoh di daerah Jambi, terjadi transformasi pertanian dimana perkebunan sawit lebih mendominasi.
“Dari kajian ini kita sampaikan datanya kepada pemerintah, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi petani kecil dari pengaruh trasformasi ini,” kata Nunung.
Selain itu, isu pasar global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 juga menjadi fokus kerja sama dua universitas ini dalam menghasilkan kajian-kajian untuk mempersiapkan daya saing Indonesia dalam menghadapi pasar bebas.
“Melalui forum diskusi yang rutin dilakukan, kita bisa mengindentifikasi secara detil, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan, sektor mana yang harus ditingkatkan, kalaupun ada penguatan pertanian apa yang dipekuat, ini kita kaji, dan hasil kajian kita sampaikan kepada pemerintah,” kata Nunung.
Dalam seminar internasional kerja sama IPB dan Universitas Adelaide menghadirkan sejumlah pembicara salah satunya, Dr Rick Barichello dari University of Brithis Calumbia, Canada yang menyampaikan pemikirannya seputar transformasi pertanian dan pangan di Canada.
Hadir juga pembicara dari IPB Dr Arief Daryanto, PhD yang membahas tentang industri susu di Indonesia sebagai peluang atau tantangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Kemenpora: PSSI “Lebay”

Jakarta, Aktual.co — Deputi V Bidang Keharmonisan dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto meyakini bahwa, ada komunikasi berat sebelah antara PSSI dan Konfederasi Sepakbola Internasional (FIFA).

Gatot menjelaskan, PSSI seakan-akan mendewakan apa yang menjadi peraturan FIFA. Selain itu, PSSI juga dianggap “lebay” terhadap penegakkan peraturan FIFA.

Hal tersebut dibuktikan saat PSSI beralasan apabila babak final Indonesia Super League (ISL) 2014 tidak digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, PSSI bisa dijatuhi hukuman oleh FIFA.

“Nyatanya, final ISL bukan di Jakarta, tidak ada reaksi apa-apa dari FIFA. Ternyata ada komunikasi yang berat sebelah,” papar Gatot kepada wartawan di Depok, Jawa Barat, Kamis (18/12).

Menanggapi perilaku berlebihan PSSI, lanjut Gatot, pihaknya akan menjalin komunikasi dengan FIFA. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar PSSI tidak lagi menjadikan FIFA sebagai tameng.

“Pemerintah boleh berkomunikasi dengan FIFA. Tidak perlu ke Zurich, Swiss (markas FIFA). Kami akan berkomunikasi secara “hotline”, itu harus kita jaga,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain