30 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40427

Meski RUU Kamnas Dibahas, MPR Yakin Pemerintahan Tak Kedepankan Kekerasan

Jakarta, Aktual.co — Wacana pemerintahan Presiden Jokowi untuk memasukan kembali rancangan undang-undang keamanan nasional (RUU Kamnas) dalam prolegnas 2015 nanti terus menuai reaksi. Terlebih, terkait kekhawatiran ketentuan penggunaan militer yang mendominasi.
Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan berpandangan bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi. Sebab, saat ini bukan jamannya lagi pemerintah melalui aparat penegak hukumnya melakukan tindakan represif.
“Jamannya demokratis dengan pendekatan kesejahteraan tidak mungkin lagi pendekatan itu (represif) seperti dulu, jaman sudah berbeda jauh dimana kedaulatan rakyat diatas segal-galanya. Semua berazaskan demokrasi, karena itu pendekatan itu harus civil society, kalau represif tidak lagi,” kata Zulkifli di Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (18/12).
Kendati demikian, sambung politisi PAN itu mengakui, dirinya belum mengetahui secara rinci RUU Kamnas tersebut. Dengan raut wajah yang meyakinkan, dirinya akan melihat perkembangan ruu yang sempat ditolak di era Presiden SBY itu.
“Kita lihat dulu perkembangannya gimana, saya belum pelajari betul RUU itu isinya apa,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Meski RUU Kamnas Dibahas, MPR Yakin Pemerintahan Tak Kedepankan Kekerasan

Jakarta, Aktual.co — Wacana pemerintahan Presiden Jokowi untuk memasukan kembali rancangan undang-undang keamanan nasional (RUU Kamnas) dalam prolegnas 2015 nanti terus menuai reaksi. Terlebih, terkait kekhawatiran ketentuan penggunaan militer yang mendominasi.
Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan berpandangan bahwa kekhawatiran itu tidak akan terjadi. Sebab, saat ini bukan jamannya lagi pemerintah melalui aparat penegak hukumnya melakukan tindakan represif.
“Jamannya demokratis dengan pendekatan kesejahteraan tidak mungkin lagi pendekatan itu (represif) seperti dulu, jaman sudah berbeda jauh dimana kedaulatan rakyat diatas segal-galanya. Semua berazaskan demokrasi, karena itu pendekatan itu harus civil society, kalau represif tidak lagi,” kata Zulkifli di Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (18/12).
Kendati demikian, sambung politisi PAN itu mengakui, dirinya belum mengetahui secara rinci RUU Kamnas tersebut. Dengan raut wajah yang meyakinkan, dirinya akan melihat perkembangan ruu yang sempat ditolak di era Presiden SBY itu.
“Kita lihat dulu perkembangannya gimana, saya belum pelajari betul RUU itu isinya apa,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Pastikan Pejabat Daerah Miliki Rekening Gendut, Mendagri Besok Temui KPK

Jakarta, Aktual.co — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih mendalami laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengenai rekening gendut kepala daerah. 
Untuk memastikan kebenaran hal tersebut, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku Jumat (19/12) besok dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus rekening gendut sejumlah kepala daerah itu. 
Namun demikian, Politikus asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu belum memberi teguran kepada kepala daerah yang diduga memiliki rekening gendut tersebut. 
“Kami harus tahu dulu siapa oknumnya, makanya besok saya ke KPK. Mau diskusi masalah ini,” kata Tjahjo di Jakarta, Kamis (18/12). 
Mantan Anggota Komisi I DPR periode 2009-2014 itu menyebut, aparatur dan kepala daerah yang bersih akan menentukan kebijakan publik yang bisa dipercaya. 
Soal rekening gendut sejumlah kepala daerah ini awalnya merupakan temuan dari Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan. Temuan ini kemudian dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi. 
Wakil Ketua KPK Zulkarnain mengatakan pendalaman dari laporan PPATK ini merupakan salah satu upaya pencegahan korupsi. Publik pun bisa mengontrol kebijakan yang diambil sejumlah kepala daerah. 
“Itu (rekening gendut) ujung-ujungnya perkara juga. Kawal itu laporan LHKPN gimana? Berapa kali dia sudah laporan, tanya itu sama mereka,” kata Zulkarnain.
KPK dan Kejagung Terima Laporan PPATK
Kejaksaan Agung dan KPK sama-sama menerima Laporan Hasil Analisis PPATK. Laporan itu terkait rekening sejumlah kepala daerah dan mantan kepala daerah.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Tony T Spontana mengatakan, berdasarkan laporan PPATK yang diterima Kejagung, rekening itu miliki delapan orang kepala daerah yaitu seorang gubernur aktif, dua mantan gubernur, serta lima bupati dan mantan bupati. Siapa saja mereka?
Dua di antaranya sudah diungkap Ketua KPK Abraham Samad, Selasa (16/12). Mereka adalah Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo alias Foke.
“Ya, dia (Foke) ada,” kata Abraham ketika dikonfirmasi oleh wartawan di kantor Kemenlu.
Samad mengatakan, ada 10 nama kepala daerah dalam laporan PPATK ke KPK itu. Saat ini, KPK tengah mengkaji nama-nama yang dilaporkan PPATK tersebut. Jika hasil kajian membuktikan adanya perbuatan-perbuatan yang mengarah ke suatu tindak pidana, maka KPK akan langsung memproses ke level selanjutnya. 
“Kan bisa dideteksi ya, berapa profil gaji mereka, berapa kekayaannya sebagai penyelenggara negara.”
Secara terpisah, Komisioner KPK Adnan Pandu Praja mengatakan, yang saat ini tengah didalami KPK adalah rekening Foke. “Kalau Fauzi Bowo sedang didalami,” kata Adnan.
Adapun untuk Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, Adnan belum mengetahuinya. “Kami tunggu ekspose, bisa jadi belum sampai ke lidik,” katanya.
Pengusutan oleh Kejaksaan Agung
Sementara itu, Kejaksaan Agung telah menindaklanjuti laporan PPATK itu dengan melakukan pengusutan. Tony mengatakan, penanganan transaksi mencurigakan yang diduga melibatkan Nur Alam sudah masuk ke tahap penyelidikan. 
Kejagung akan segera memeriksa yang bersangkutan. Ada pun, penanganan transaksi mencurigakan dua mantan gubernur, empat bupati, dan mantan bupati, masih dalam tahap penelaahan dan belum masuk ke penyelidikan.
“Satu (perkara mantan bupati) sudah masuk tahap penuntutan dan sebentar lagi dilimpahkan ke pengdilan untuk disidangkan,” kata Tony, di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Selasa (16/12).
Sat disinggung apakah salah seorang mantan gubernur pemilik rekening gendut itu adalah mantan Gubernur Sulawesi Utara (Sultra), Nuralam, Tony pun membenarkan hal tersebut.
Bahkan, kata Tony, kasusnya sudah masuk ke tahap penyelidikan dan pihak Kejaksaan Agung pernah memeriksa yang bersangkutan.
“Namun setelah kami mendapat laporan dari PPATK, terhadap yang bersangkutan (Nuralam) akan kembali dilakukan pemanggilan ulang untuk dimintai keterangan,” ujarnya.
Adapun salah seorang mantan bupati yang menjadi pemilik rekening gendut tersebut, adalah I Wayan Candra, mantan Bupati Klungkung, Bali, dan kasusnya sudah masuk tahan pra pentutan dan segera dilimpahkan ke pengadilan untuk disidangkan.
“Sementra 5 orang bupati dan mantan bupati, di antaranya 4 sedang ditelaah dan 1 masuk ke tahap penuntutan,” ucap Tony.
Kendati demikian, Tony enggan menyampaikan siapa saja bupati dan mantan bupati yang memiliki rekening gendut atau jumbo lainnya.”Sedangkan terhadap laporan lain, belum bisa saya sampaikan, karena masih dalam penanganan,” demikian Tony.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu

Pastikan Pejabat Daerah Miliki Rekening Gendut, Mendagri Besok Temui KPK

Jakarta, Aktual.co — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih mendalami laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengenai rekening gendut kepala daerah. 
Untuk memastikan kebenaran hal tersebut, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku Jumat (19/12) besok dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus rekening gendut sejumlah kepala daerah itu. 
Namun demikian, Politikus asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu belum memberi teguran kepada kepala daerah yang diduga memiliki rekening gendut tersebut. 
“Kami harus tahu dulu siapa oknumnya, makanya besok saya ke KPK. Mau diskusi masalah ini,” kata Tjahjo di Jakarta, Kamis (18/12). 
Mantan Anggota Komisi I DPR periode 2009-2014 itu menyebut, aparatur dan kepala daerah yang bersih akan menentukan kebijakan publik yang bisa dipercaya. 
Soal rekening gendut sejumlah kepala daerah ini awalnya merupakan temuan dari Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan. Temuan ini kemudian dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi. 
Wakil Ketua KPK Zulkarnain mengatakan pendalaman dari laporan PPATK ini merupakan salah satu upaya pencegahan korupsi. Publik pun bisa mengontrol kebijakan yang diambil sejumlah kepala daerah. 
“Itu (rekening gendut) ujung-ujungnya perkara juga. Kawal itu laporan LHKPN gimana? Berapa kali dia sudah laporan, tanya itu sama mereka,” kata Zulkarnain.
KPK dan Kejagung Terima Laporan PPATK
Kejaksaan Agung dan KPK sama-sama menerima Laporan Hasil Analisis PPATK. Laporan itu terkait rekening sejumlah kepala daerah dan mantan kepala daerah.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Tony T Spontana mengatakan, berdasarkan laporan PPATK yang diterima Kejagung, rekening itu miliki delapan orang kepala daerah yaitu seorang gubernur aktif, dua mantan gubernur, serta lima bupati dan mantan bupati. Siapa saja mereka?
Dua di antaranya sudah diungkap Ketua KPK Abraham Samad, Selasa (16/12). Mereka adalah Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo alias Foke.
“Ya, dia (Foke) ada,” kata Abraham ketika dikonfirmasi oleh wartawan di kantor Kemenlu.
Samad mengatakan, ada 10 nama kepala daerah dalam laporan PPATK ke KPK itu. Saat ini, KPK tengah mengkaji nama-nama yang dilaporkan PPATK tersebut. Jika hasil kajian membuktikan adanya perbuatan-perbuatan yang mengarah ke suatu tindak pidana, maka KPK akan langsung memproses ke level selanjutnya. 
“Kan bisa dideteksi ya, berapa profil gaji mereka, berapa kekayaannya sebagai penyelenggara negara.”
Secara terpisah, Komisioner KPK Adnan Pandu Praja mengatakan, yang saat ini tengah didalami KPK adalah rekening Foke. “Kalau Fauzi Bowo sedang didalami,” kata Adnan.
Adapun untuk Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, Adnan belum mengetahuinya. “Kami tunggu ekspose, bisa jadi belum sampai ke lidik,” katanya.
Pengusutan oleh Kejaksaan Agung
Sementara itu, Kejaksaan Agung telah menindaklanjuti laporan PPATK itu dengan melakukan pengusutan. Tony mengatakan, penanganan transaksi mencurigakan yang diduga melibatkan Nur Alam sudah masuk ke tahap penyelidikan. 
Kejagung akan segera memeriksa yang bersangkutan. Ada pun, penanganan transaksi mencurigakan dua mantan gubernur, empat bupati, dan mantan bupati, masih dalam tahap penelaahan dan belum masuk ke penyelidikan.
“Satu (perkara mantan bupati) sudah masuk tahap penuntutan dan sebentar lagi dilimpahkan ke pengdilan untuk disidangkan,” kata Tony, di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Selasa (16/12).
Sat disinggung apakah salah seorang mantan gubernur pemilik rekening gendut itu adalah mantan Gubernur Sulawesi Utara (Sultra), Nuralam, Tony pun membenarkan hal tersebut.
Bahkan, kata Tony, kasusnya sudah masuk ke tahap penyelidikan dan pihak Kejaksaan Agung pernah memeriksa yang bersangkutan.
“Namun setelah kami mendapat laporan dari PPATK, terhadap yang bersangkutan (Nuralam) akan kembali dilakukan pemanggilan ulang untuk dimintai keterangan,” ujarnya.
Adapun salah seorang mantan bupati yang menjadi pemilik rekening gendut tersebut, adalah I Wayan Candra, mantan Bupati Klungkung, Bali, dan kasusnya sudah masuk tahan pra pentutan dan segera dilimpahkan ke pengadilan untuk disidangkan.
“Sementra 5 orang bupati dan mantan bupati, di antaranya 4 sedang ditelaah dan 1 masuk ke tahap penuntutan,” ucap Tony.
Kendati demikian, Tony enggan menyampaikan siapa saja bupati dan mantan bupati yang memiliki rekening gendut atau jumbo lainnya.”Sedangkan terhadap laporan lain, belum bisa saya sampaikan, karena masih dalam penanganan,” demikian Tony.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu

3 Seniman Pamerkan Karya ‘Mix-Media’ Tentang Cinta di Galeri Seni HoS

Jakarta, Aktual.co —  Tiga seniman, yakni Asmuliawan “Bogel”, Mohamad Arifin “Londo”, dan Soviani Manao “Mochin”, memamerkan 39 karya “mix-media” mereka tentang cinta di Galeri Seni “House of Sampoerna” (HoS) pada 19 Desember 2014 – 11 Januari 2015.

“Melalui pameran ini, kami berharap dapat mengukur hasil karya yang telah kami capai kepada masyarakat guna mendapat kritik dan saran membangun untuk meraih pengetahuan tentang kesenian yang lebih baik,” ujar Asmuliawan ‘Bogel’ di sela persiapan pameran itu di Galeri HoS Surabaya, Kamis (18/12) lalu.

Senada dengan itu, Arifin ‘Londo’ berharap pameran kolaborasi yang bertajuk ‘Trinical Sensibility’ (cinta dalam karya 3 dimensi) itu dapat menjadi pijakan pribadi untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih baik.

“Pameran ini menjadi ajang bagi kami untuk memperkenalkan diri ke dunia seni rupa sekaligus mengapresiasi seni patung instalasi serta keramik,” ujarnya.

Bagi ketiga seniman alumni STKW itu, Cinta yang dipilih sebagai tema itu memiliki berbagai definisi dan sifat. Keragaman dan kepekaan dalam merespons cinta inilah yang diekspresikan oleh ketiganya secara kolaborasi.

Misalnya, karya “Laurent” dari Bogel bercerita tentang bagaimana seorang perempuan mencintai dirinya dengan berusaha untuk selalu tampil menarik dan cantik.

Karya-karya Bogel memperlihatkan bentuk dengan kontur halus dan sempurna walau dengan deformasi bentuk sebagai ciri khasnya.

Sementara Arifin “Londo” menuangkan imajinasinya dalam bentuk karya dengan gaya lebih keras dan kaku untuk menggambarkan emosi yang juga terkandung dalam sebuah hubungan percintaan seperti yang terlihat pada karya “Berdua Saja” yang menggambarkan romantisme sepasang kekasih.

Lain halnya dengan karya “Mochin” yang berjudul “Special Moment” mengembalikan memori indah akan masa lalu yang merupakan kenangan pribadi sang seniman.

“Cinta adalah satu kata universal yang dipahami oleh banyak insan sebagai sebuah ungkapan perasaan yang kuat berangkat dari ketertarikan pribadi terhadap orang lain atau sesuatu,” katanya.

Asmuliawan “Bogel” adalah seniman patung kelahiran Batu-Batu Sopeng, Sulawesi Selatan.

Lulusan Seni Rupa STKW tahun 2007 ini pernah mengikuti beberapa pameran bersama seperti Biennale II dan IV, pameran “Underdoc” di Hanna Art Space, Bali, dan pameran “New Age” di Raos Gallery, Batu Malang.

Begitu pula dengan Arifin “Londo” yang kelahiran Surabaya ini juga telah beberapa kali berpameran tunggal maupun bersama baik di Surabaya, Lamongan, Malang dan Bali.

Lain lagi bagi perempuan kelahiran Nias Soviani Manao “Mochin” yang juga pernah mengisi pameran bersama baik di Surabaya, Batu, Malang hingga Padang.

Ketiganya berharap kolaborasi pertama mereka dalam pameran ini dapat memberikan wawasan seni rupa khususnya seni patung instalasi serta keramik terhadap masyarakat luas.

“Seni menggambarkan keindahan humanitas dan realitas dengan memperhatikan rasa maupun kepekaan bagi sang seniman, meskipun kadang-kadang perhatian seniman bisa jadi berbeda,” ucap Bogel.

Sementara itu, House of Sampoerna (HoS) sejak berdiri pada tahun 2003 hingga kini terus berkomitmen untuk turut mendukung dan mengapresiasi berbagai karya seni, budaya, sejarah dan pariwisata Indonesia dengan menyelenggarakan berbagai agenda kegiatan dengan mengedepankan sisi edukatif dan sosial yang dapat juga mendukung perkembangan ekonomi masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

3 Seniman Pamerkan Karya ‘Mix-Media’ Tentang Cinta di Galeri Seni HoS

Jakarta, Aktual.co —  Tiga seniman, yakni Asmuliawan “Bogel”, Mohamad Arifin “Londo”, dan Soviani Manao “Mochin”, memamerkan 39 karya “mix-media” mereka tentang cinta di Galeri Seni “House of Sampoerna” (HoS) pada 19 Desember 2014 – 11 Januari 2015.

“Melalui pameran ini, kami berharap dapat mengukur hasil karya yang telah kami capai kepada masyarakat guna mendapat kritik dan saran membangun untuk meraih pengetahuan tentang kesenian yang lebih baik,” ujar Asmuliawan ‘Bogel’ di sela persiapan pameran itu di Galeri HoS Surabaya, Kamis (18/12) lalu.

Senada dengan itu, Arifin ‘Londo’ berharap pameran kolaborasi yang bertajuk ‘Trinical Sensibility’ (cinta dalam karya 3 dimensi) itu dapat menjadi pijakan pribadi untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih baik.

“Pameran ini menjadi ajang bagi kami untuk memperkenalkan diri ke dunia seni rupa sekaligus mengapresiasi seni patung instalasi serta keramik,” ujarnya.

Bagi ketiga seniman alumni STKW itu, Cinta yang dipilih sebagai tema itu memiliki berbagai definisi dan sifat. Keragaman dan kepekaan dalam merespons cinta inilah yang diekspresikan oleh ketiganya secara kolaborasi.

Misalnya, karya “Laurent” dari Bogel bercerita tentang bagaimana seorang perempuan mencintai dirinya dengan berusaha untuk selalu tampil menarik dan cantik.

Karya-karya Bogel memperlihatkan bentuk dengan kontur halus dan sempurna walau dengan deformasi bentuk sebagai ciri khasnya.

Sementara Arifin “Londo” menuangkan imajinasinya dalam bentuk karya dengan gaya lebih keras dan kaku untuk menggambarkan emosi yang juga terkandung dalam sebuah hubungan percintaan seperti yang terlihat pada karya “Berdua Saja” yang menggambarkan romantisme sepasang kekasih.

Lain halnya dengan karya “Mochin” yang berjudul “Special Moment” mengembalikan memori indah akan masa lalu yang merupakan kenangan pribadi sang seniman.

“Cinta adalah satu kata universal yang dipahami oleh banyak insan sebagai sebuah ungkapan perasaan yang kuat berangkat dari ketertarikan pribadi terhadap orang lain atau sesuatu,” katanya.

Asmuliawan “Bogel” adalah seniman patung kelahiran Batu-Batu Sopeng, Sulawesi Selatan.

Lulusan Seni Rupa STKW tahun 2007 ini pernah mengikuti beberapa pameran bersama seperti Biennale II dan IV, pameran “Underdoc” di Hanna Art Space, Bali, dan pameran “New Age” di Raos Gallery, Batu Malang.

Begitu pula dengan Arifin “Londo” yang kelahiran Surabaya ini juga telah beberapa kali berpameran tunggal maupun bersama baik di Surabaya, Lamongan, Malang dan Bali.

Lain lagi bagi perempuan kelahiran Nias Soviani Manao “Mochin” yang juga pernah mengisi pameran bersama baik di Surabaya, Batu, Malang hingga Padang.

Ketiganya berharap kolaborasi pertama mereka dalam pameran ini dapat memberikan wawasan seni rupa khususnya seni patung instalasi serta keramik terhadap masyarakat luas.

“Seni menggambarkan keindahan humanitas dan realitas dengan memperhatikan rasa maupun kepekaan bagi sang seniman, meskipun kadang-kadang perhatian seniman bisa jadi berbeda,” ucap Bogel.

Sementara itu, House of Sampoerna (HoS) sejak berdiri pada tahun 2003 hingga kini terus berkomitmen untuk turut mendukung dan mengapresiasi berbagai karya seni, budaya, sejarah dan pariwisata Indonesia dengan menyelenggarakan berbagai agenda kegiatan dengan mengedepankan sisi edukatif dan sosial yang dapat juga mendukung perkembangan ekonomi masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain