26 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40725

Bahas Anggaran, DPRD Ragukan Silpa DKI Hanya Enam Triliun

Jakarta, Aktual.co —Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI, M Taufik mengakui rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) antara Pemprov DKI dan DPRD, belum temukan kata sepakat. 
Salah satu yang belum disepakati dan menjadi salah satu sasaran kritik DPRD adalah besaran Silpa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) DKI 2014  sebesar Rp6 triliun.  Kata Taufik, angka Silpa yang diajukan Pemprov DKI terlalu kecil dan tidak realistis. 
Mengingat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014 sangat rendah. Sedangkan akhir tahun sudah tersisa kurang dari tiga minggu. Namun penyerapan anggaran DKI 2014 baru mencapai 36,07 persen dari APBD 2014 sebesar Rp 72,9 triliun. 
“Rp 6 triliun itu nggak realistis. Gue bilang elu jangan boong,” ujar politisi Gerindra itu usai rapat Badan Anggaran, di Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (12/12).
Dijelaskan Taufik, kalau dilihat dari penyerapan APBD DKI sebesar 37 persen dari Rp 72,9 triliun, artinya Silpa itu tidak mencapai Rp 6 triliun. “Hitung aja 37 persen dari 72 triliun itu berapa. Nah Silpa-nya kan bisa kelihatan. Ngga akan mungkin cuma 6 triliun.” 
Selain mempersoalkan besaran Silpa, kata Taufik, pembahasan juga masih berputar di masalah pengajuan dana perimbangan yang dianggap terlalu tinggi. Yakni mencapai 17 miliar. 
“Padahal dana perimbangan yang dipublikasikan Kementerian Keuangan hanya Rp 11 miliar,” ujar dia.
Karena masih adanya persoalan itu, diakui Taufik, saat ini rapat Badan Anggaran DPRD belum masuk ke pembahasan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI 2015.
Lagipula, pembahasan RAPBD per komisi baru bisa dilakukan setelah ada kesepakatan dari pembahasan KUA-PPAS. Yang kemudian akan disampaikan dalam pidato Gubernur DKI.

Artikel ini ditulis oleh:

Bahas Anggaran, DPRD Ragukan Silpa DKI Hanya Enam Triliun

Jakarta, Aktual.co —Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI, M Taufik mengakui rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) antara Pemprov DKI dan DPRD, belum temukan kata sepakat. 
Salah satu yang belum disepakati dan menjadi salah satu sasaran kritik DPRD adalah besaran Silpa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) DKI 2014  sebesar Rp6 triliun.  Kata Taufik, angka Silpa yang diajukan Pemprov DKI terlalu kecil dan tidak realistis. 
Mengingat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014 sangat rendah. Sedangkan akhir tahun sudah tersisa kurang dari tiga minggu. Namun penyerapan anggaran DKI 2014 baru mencapai 36,07 persen dari APBD 2014 sebesar Rp 72,9 triliun. 
“Rp 6 triliun itu nggak realistis. Gue bilang elu jangan boong,” ujar politisi Gerindra itu usai rapat Badan Anggaran, di Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (12/12).
Dijelaskan Taufik, kalau dilihat dari penyerapan APBD DKI sebesar 37 persen dari Rp 72,9 triliun, artinya Silpa itu tidak mencapai Rp 6 triliun. “Hitung aja 37 persen dari 72 triliun itu berapa. Nah Silpa-nya kan bisa kelihatan. Ngga akan mungkin cuma 6 triliun.” 
Selain mempersoalkan besaran Silpa, kata Taufik, pembahasan juga masih berputar di masalah pengajuan dana perimbangan yang dianggap terlalu tinggi. Yakni mencapai 17 miliar. 
“Padahal dana perimbangan yang dipublikasikan Kementerian Keuangan hanya Rp 11 miliar,” ujar dia.
Karena masih adanya persoalan itu, diakui Taufik, saat ini rapat Badan Anggaran DPRD belum masuk ke pembahasan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI 2015.
Lagipula, pembahasan RAPBD per komisi baru bisa dilakukan setelah ada kesepakatan dari pembahasan KUA-PPAS. Yang kemudian akan disampaikan dalam pidato Gubernur DKI.

Artikel ini ditulis oleh:

Cara Jitu Bersihkan Pakaian dan Furniture Rumah

Jakarta, Aktual.co — Ternyata banyak cara yang salah dalam membersihkan rumah kita, yang selama ini mungkin kita pakai selama bertahun-tahun lamanya. Carolyn Forte, Direktur Good Housekeeping Research Institute dari Inggris, akan menjelaskannya disini, kiat tepat membersihkan ruangan, demikian Womanday melaporkan.

Jendela
Janganlah Anda membersihkan jendela di hari yang cerah. Mengapa?. Karena, kaca akan mudah kering serta meninggalkan goresan. Bila terpaksa Anda membersihkan di hari yang cerah, maka Anda bisa pakai kuas atau vacum cleaner untuk menghilangkan debu. Dan, jangan sesekali memakai kertas koran, lantaran serat kain pada koran akan menempel.

Piring, gelas dan perabotan rumah
Jangan biasakan menumpuk piring, sendok dan gelas kotor secara bersamaan. Pisahkan perabotan kotor dalam beberapa tempat di samping whestafel. Atau, Anda bisa langsung mencuci perkakas yang kotor tersebut. Alasannya, kotoran dan lemak akan cepat hilang, jika langsung dicuci.

Pakaian
Ketika mencuci pakaian ke dalam mesin cuci, janganlah menaburkan deterjen pembersih secara berlebihan atau terlalu banyak, karena tidak bagus untuk kesehatan kulit Anda.

Barang elektronik
Ponsel dan teknologi lainnya juga harus Anda bersihkan. Serat kain viber baik Anda gunakan dalam membersihkan peralatan elektronik di rumah.

Artikel ini ditulis oleh:

Cara Jitu Bersihkan Pakaian dan Furniture Rumah

Jakarta, Aktual.co — Ternyata banyak cara yang salah dalam membersihkan rumah kita, yang selama ini mungkin kita pakai selama bertahun-tahun lamanya. Carolyn Forte, Direktur Good Housekeeping Research Institute dari Inggris, akan menjelaskannya disini, kiat tepat membersihkan ruangan, demikian Womanday melaporkan.

Jendela
Janganlah Anda membersihkan jendela di hari yang cerah. Mengapa?. Karena, kaca akan mudah kering serta meninggalkan goresan. Bila terpaksa Anda membersihkan di hari yang cerah, maka Anda bisa pakai kuas atau vacum cleaner untuk menghilangkan debu. Dan, jangan sesekali memakai kertas koran, lantaran serat kain pada koran akan menempel.

Piring, gelas dan perabotan rumah
Jangan biasakan menumpuk piring, sendok dan gelas kotor secara bersamaan. Pisahkan perabotan kotor dalam beberapa tempat di samping whestafel. Atau, Anda bisa langsung mencuci perkakas yang kotor tersebut. Alasannya, kotoran dan lemak akan cepat hilang, jika langsung dicuci.

Pakaian
Ketika mencuci pakaian ke dalam mesin cuci, janganlah menaburkan deterjen pembersih secara berlebihan atau terlalu banyak, karena tidak bagus untuk kesehatan kulit Anda.

Barang elektronik
Ponsel dan teknologi lainnya juga harus Anda bersihkan. Serat kain viber baik Anda gunakan dalam membersihkan peralatan elektronik di rumah.

Artikel ini ditulis oleh:

Ambil Alih Pengelolaan GBK Menambah Kekuasaan Kemenpora

Jakarta, Aktual.co — Rencana pengambilalihan pengelolaan komplek Gelora Bung Karno (GBK) oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, dinilai tidak ada gunanya. Pasalnya, jika hal itu terjadi, kekuasaan pembinaan olahraga akan terpusat di Kemenpora.

“Jika itu terjadi (rencana Kemenpora ambil alih pengelolaan komplek GBK), hanya menambah kekuasaan Kemenpora. Itu tidak sehat bagi Kemenpora sendiri,” tegas Wakil II Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Ganjar Razuni kepada Aktual.co di Gedung KONI Pusat, Jakarta, jumat (12/12).

Menurut Ganjar, untuk soal pengelolaan itu urusan komitmen, manajemen dan lembaganya. Bahwasanya ada unsur pengawasan itu harus ada.

“Kemenpora bisa jadi pengawasnya. Yang penting pemakainya jangan pemerintah (Kemenpora). Dalam hal ini, cabang olahraga adalah “user” (pemakai) yang diwakili oleh KONI,” paparnya.

“Intinya, pengelola komplek GBK harus mempunyai hasrat untuk mengedepankan kepentingan masyarakat olahraga,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Ambil Alih Pengelolaan GBK Menambah Kekuasaan Kemenpora

Jakarta, Aktual.co — Rencana pengambilalihan pengelolaan komplek Gelora Bung Karno (GBK) oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, dinilai tidak ada gunanya. Pasalnya, jika hal itu terjadi, kekuasaan pembinaan olahraga akan terpusat di Kemenpora.

“Jika itu terjadi (rencana Kemenpora ambil alih pengelolaan komplek GBK), hanya menambah kekuasaan Kemenpora. Itu tidak sehat bagi Kemenpora sendiri,” tegas Wakil II Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Ganjar Razuni kepada Aktual.co di Gedung KONI Pusat, Jakarta, jumat (12/12).

Menurut Ganjar, untuk soal pengelolaan itu urusan komitmen, manajemen dan lembaganya. Bahwasanya ada unsur pengawasan itu harus ada.

“Kemenpora bisa jadi pengawasnya. Yang penting pemakainya jangan pemerintah (Kemenpora). Dalam hal ini, cabang olahraga adalah “user” (pemakai) yang diwakili oleh KONI,” paparnya.

“Intinya, pengelola komplek GBK harus mempunyai hasrat untuk mengedepankan kepentingan masyarakat olahraga,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain