29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 40780

Konflik Golkar, Ujian Netralitas Menkumham

Jakarta, Aktual.co — Direktur Institut Madani Nusantara Prof Nanat Fatah Natsir mengatakan keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona H Laoly terhadap dualisme Partai Golkar akan menjadi ujian netralitas dan objektivitas menteri tersebut.
“Tak hanya menjadi ujian bagi Menkumham, tetapi juga pemerintah sejauh mana pemerintah netral dan objektif,” kata Nanat Fatah Natsir dihubungi di Jakarta, Kamis (12/12).
Mantan rektor UIN Bandung itu mengatakan bila salah dalam mengambil keputusan, maka citra pemerintah akan buruk dan menyebabkan melemahnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Nanat mengatakan masyarakat mengetahui mana munas Partai Golkar yang sesuai aturan dan pesertanya betul pengurus partai beringin dengan mana yang melanggar peraturan dan pesertanya bukan pengurus partai sesuai ketentuan.
“Pemerintah harus hati-hati. Bila keputusan yang diambil tepat, maka citra pemerintah akan baik dan kepercayaan publik meningkat,” kata Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu.
Kepengurusan Partai Golkar terpecah menjadi dua sebagai imbas perbedaan pendapat yang ada di dalam partai tersebut. Kedua belah pihak yang bertikai menggelar musyawarah nasional (munas) sendiri dan sama-sama mengklaim pengurus yang sah serta menyerahkan berkas untuk disahkan Kemenkumham.
Munas di Bali diselenggarakan oleh pihak ketua umum Aburizal Bakrie. Munas tersebut kembali memilih Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dalam pemilihan secara aklamasi.
Sedangkan munas di Ancol diselenggarakan kelompok penyelamat partai yang dimotori Agung Laksono. Agung Laksono terpilih sebagai ketua umum dalam pemungutan suara mengalahkan kandidat lain Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita.
Menanggapi pengajuan berkas dari kedua belah pihak, Menteri Hukum dan HAM Yasona H Laoly menyatakan membentuk tim khusus untuk mengkaji sebelum memberikan pengesahan.

Artikel ini ditulis oleh:

Aksi Bullying di Sekolah, KPAI: Tempat Menakutkan Bagi Anak

Jakarta, Aktual.co —Sekolah merupakan tempat yang seharusnya dapat memberikan perlindungan dan pengetahuan bagi setiap muridnya. Namun dengan adanya aksi kejahatan atau kekerasan pada anak di sekolah yang beberapa waktu belakangan kerap terjadi, kini berganti menjadi tempat yang menakutkan bagi anak.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Susanto mengatakan banyaknya aksi kekerasan di sekolah terjadi saat orientasi siswa baru. 
“Fenomena punishment bermuatan kekerasan masih terjadi. Masa orientasi siswa baru belum steril dari kekerasan,”katanya kepada Aktual.co, Jum’at (12/12).
Dikatakan Susanto bahwa aksi kekerasan yang menimpa siswa dan siswi di sekolah masih menjadi tradisi dibeberapa sekolah. Bahkan perbuatan senior yang melakukan penindasan kepada junior sambung Susanto juga dianggap hak yang biasa oleh pihak sekolah.
“Ini diabaikan oleh sekolah. Seolah ada pembenaran terkait muatan kekerasan itu,”tambahnya.
Titik-titik rawan kejahatan seksual, lanjut Susanto di sekolah antara lain laboratorium komputer, toilet, lokasi sekolah yang tak terekam oleh CCTV, kolam renang.
“Jadi tetap harus berhati-hati saat berada di sekolah. Bagi sekolah harus selalu evaluasi sejauh mana bisa bertindak tanpa kekerasan dalam proses belajar mengajar,”tutup Susanto.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Aksi Bullying di Sekolah, KPAI: Tempat Menakutkan Bagi Anak

Jakarta, Aktual.co —Sekolah merupakan tempat yang seharusnya dapat memberikan perlindungan dan pengetahuan bagi setiap muridnya. Namun dengan adanya aksi kejahatan atau kekerasan pada anak di sekolah yang beberapa waktu belakangan kerap terjadi, kini berganti menjadi tempat yang menakutkan bagi anak.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Susanto mengatakan banyaknya aksi kekerasan di sekolah terjadi saat orientasi siswa baru. 
“Fenomena punishment bermuatan kekerasan masih terjadi. Masa orientasi siswa baru belum steril dari kekerasan,”katanya kepada Aktual.co, Jum’at (12/12).
Dikatakan Susanto bahwa aksi kekerasan yang menimpa siswa dan siswi di sekolah masih menjadi tradisi dibeberapa sekolah. Bahkan perbuatan senior yang melakukan penindasan kepada junior sambung Susanto juga dianggap hak yang biasa oleh pihak sekolah.
“Ini diabaikan oleh sekolah. Seolah ada pembenaran terkait muatan kekerasan itu,”tambahnya.
Titik-titik rawan kejahatan seksual, lanjut Susanto di sekolah antara lain laboratorium komputer, toilet, lokasi sekolah yang tak terekam oleh CCTV, kolam renang.
“Jadi tetap harus berhati-hati saat berada di sekolah. Bagi sekolah harus selalu evaluasi sejauh mana bisa bertindak tanpa kekerasan dalam proses belajar mengajar,”tutup Susanto.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Inilah Sejarah Banjir Jakarta (2)

Jakarta, Aktual.co —Gagasan Van Breen dalam membangun banjir kanal barat (BKB) ternyata gagal. Pada tahun 1918, terjadi banjir yang satu setengah meter lebih tinggi dari banjir-banjir sebelumnya. Van Breen pun tidak menduga akan datang air sebanyak itu. Ternyata, dibangunnya banjir kanal barat tidak memberikan jaminan bahwa Batavia akan terbebas dari banjir.
Banjir tahun 1918, dianggap dewan kota dan penduduk Batavia sebagai banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir. Sebagaimana yang ditulis oleh Restu Gunawan dalam bukunya yang berjudul Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa, pada tahun 1878 sempat terjadi hujan dalam curah waktu yang lama yaitu 40 hari. Namun dampaknya tidak sebesar banjir yang terjadi tahun 1918.
Pada banjir tahun 1918, wilayah banjir di Batavia meluas ke arah barat yaitu daerah Kali Angke, Pekojan Pejagalan. Sedangkan tahun 1892 sampai 1918, daerah itu jarang terkena banjir. Artinya, sistem penyaluran di kota lama lebih bagus dan efektif mengendalikan banjir dibandingkan BKB.
Setahun setelahnya, tanggal 5 dan 6 Februari 1919 banjir melanda Weltevreden atau yang sekarang dikenal dengan Gambir. Namun banjir tersebut tidak besar karena ada manfaat dari dibangunnya BKB. Tahun 1923, banjir juga tidak terlalu besar karena hanya sebagian kampung yang dilanda banjir. Kemungkinan manfaat dibangunnya BKB lebih dirasakan kawasan elit seperti di kawasan Menteng dan sekitarnya. Sementara itu di kawasan perkampungan bumiputera tetap terjadi banjir, seperti di Kebun Jeruk dan Tanah Tinggi karena tidak ada kaitan langsung dengan kanal banjir.
(Bersambung…)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Inilah Sejarah Banjir Jakarta (2)

Jakarta, Aktual.co —Gagasan Van Breen dalam membangun banjir kanal barat (BKB) ternyata gagal. Pada tahun 1918, terjadi banjir yang satu setengah meter lebih tinggi dari banjir-banjir sebelumnya. Van Breen pun tidak menduga akan datang air sebanyak itu. Ternyata, dibangunnya banjir kanal barat tidak memberikan jaminan bahwa Batavia akan terbebas dari banjir.
Banjir tahun 1918, dianggap dewan kota dan penduduk Batavia sebagai banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir. Sebagaimana yang ditulis oleh Restu Gunawan dalam bukunya yang berjudul Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa, pada tahun 1878 sempat terjadi hujan dalam curah waktu yang lama yaitu 40 hari. Namun dampaknya tidak sebesar banjir yang terjadi tahun 1918.
Pada banjir tahun 1918, wilayah banjir di Batavia meluas ke arah barat yaitu daerah Kali Angke, Pekojan Pejagalan. Sedangkan tahun 1892 sampai 1918, daerah itu jarang terkena banjir. Artinya, sistem penyaluran di kota lama lebih bagus dan efektif mengendalikan banjir dibandingkan BKB.
Setahun setelahnya, tanggal 5 dan 6 Februari 1919 banjir melanda Weltevreden atau yang sekarang dikenal dengan Gambir. Namun banjir tersebut tidak besar karena ada manfaat dari dibangunnya BKB. Tahun 1923, banjir juga tidak terlalu besar karena hanya sebagian kampung yang dilanda banjir. Kemungkinan manfaat dibangunnya BKB lebih dirasakan kawasan elit seperti di kawasan Menteng dan sekitarnya. Sementara itu di kawasan perkampungan bumiputera tetap terjadi banjir, seperti di Kebun Jeruk dan Tanah Tinggi karena tidak ada kaitan langsung dengan kanal banjir.
(Bersambung…)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid

Fadli Zon: Koalisi Merah Putih Tidak Bubar

Jakarta, Aktual.co — Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, Fadli Zon membantah jika umur koalisi merah putih (KMP) ketika mendukung penyelenggraan pemilukada secara langsung tidak akan bertahan lama.
Hal itu menyusul pernyataan Ketua DPP Gerindra Desmon J Mahesa tidak akan bertahan lama yang diprediksi tidak sampai 3 tahun.
“Saya kira tidak seperti itu. itu pendapat pribadi (Desmon,red), Kita lihat perkembangannya sebab representasinya itu di presidium (KMP),” kata Fadli, ketikaa dikonfirmasi, di Jakarta, Jumat (12/12).
Ia pun juga tidak membenarkan ketika dikatakan bahwa KMP yang menggabungkan sejumlah partai politik, seperti Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP bukan berlandaskan pada perjanjian ideologi.
“Itu salah besar. coba baca pakta pendirian KMP yang kita tandatangani,” pungkas wakil ketua DPR RI itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Berita Lain