24 Desember 2025
Beranda blog Halaman 41

Danantara Masuk Bisnis Perhotelan Mekkah, Akuisisi Aset Thakher City untuk Dukung Layanan Jemaah Indonesia

Danantara Indonesia, melalui Danantara Investment Management (DIM), mengumumkan penandatanganan perjanjian dengan Thakher Development Company terkait akuisisi aset perhotelan dan real estat yang berlokasi di dalam kawasan Thakher City, Makkah, Arab Saudi, Minggu (14/12/2025) (ANTARA/HO-Danantara)
Danantara Indonesia, melalui Danantara Investment Management (DIM), mengumumkan penandatanganan perjanjian dengan Thakher Development Company terkait akuisisi aset perhotelan dan real estat yang berlokasi di dalam kawasan Thakher City, Makkah, Arab Saudi, Minggu (14/12/2025) (ANTARA/HO-Danantara)

Jakarta, aktual.com – Danantara melalui Danantara Investment Management (DIM) mengumumkan telah menandatangani perjanjian akuisisi dengan Thakher Development Company. Kesepakatan ini mencakup aset hotel dan properti yang berada di kawasan Thakher City, sebuah kawasan terpadu yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.

CEO Danantara, Rosan Roeslani, menyampaikan bahwa perjanjian tersebut menjadi pijakan awal keterlibatan jangka panjang Danantara di sektor perhotelan Arab Saudi.

“Meskipun kepemilikan atas aset-aset yang diidentifikasi telah diformalkan melalui perjanjian ini, pengembangan berikutnya akan dilaksanakan secara bertahap, berdasarkan kajian kelayakan yang komprehensif, pertimbangan regulasi, serta standar tata kelola yang prudent,” ujarnya, Senin (15/12/2025).

Dalam kesepakatan tersebut, Danantara Investment Management dan Thakher Development Company menyetujui akuisisi Novotel Makkah Thakher City yang saat ini telah beroperasi dengan kapasitas 1.461 kamar. Selain itu, turut diakuisisi 14 bidang tanah dengan total luas sekitar 4,4 hektare yang disiapkan untuk pengembangan lanjutan.

Ke depan, lahan tersebut akan dikembangkan melalui sebuah master plan terpadu yang meliputi fasilitas perhotelan, ritel, serta sarana pendukung lainnya, selaras dengan rencana pengembangan perkotaan di Kota Makkah.

Transaksi ini didukung oleh Al Khomasiah Real Estate Development sebagai mitra pengembang lokal. Kerja sama tersebut ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi, praktik pengembangan setempat, serta perencanaan jangka panjang di Arab Saudi.

Hasil kajian awal menunjukkan bahwa, dengan tetap mengacu pada studi teknis lanjutan dan pemenuhan seluruh ketentuan regulasi, pengembangan aset ini berpotensi memperkuat ketersediaan akomodasi dan layanan bagi jemaah haji dan umrah Indonesia.

Langkah ini juga diklaim sebagai pintu masuk Danantara ke sektor hospitality di Mekkah, sejalan dengan upaya peningkatan kualitas layanan bagi jemaah Indonesia. Setiap tahun, jumlah jemaah umrah Indonesia tercatat melebihi dua juta orang, sementara kuota jemaah haji Indonesia secara konsisten berada di atas 200 ribu orang.

Pada fase awal, investasi tersebut mencakup satu hotel yang telah beroperasi serta sejumlah aset pengembangan hospitality dengan potensi kapasitas hingga sekitar 5.000 kamar. Seluruh rencana ini tetap bergantung pada hasil studi lanjutan dan persetujuan regulator terkait.

Rosan menilai perjanjian ini sebagai langkah awal dari strategi pengembangan jangka panjang Danantara, yang sekaligus menyediakan kerangka kerja bagi tahapan selanjutnya, mulai dari pengembangan, konstruksi, hingga operasional perhotelan dan layanan pendukung.

“Seluruh tahapan tersebut akan dilaksanakan melalui koordinasi erat dengan otoritas terkait di Arab Saudi dan Indonesia,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Surat Terbuka untuk Presiden RI, Rita : Pak Prabowo Tolong Bebaskan Anak Saya di Yordania

Jakarta, aktual.com – Rita E, ibu KL anak di bawah umur yang ditahan di Yordania mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto.

Dalam surat yang ditulis pada 11 Desember 2025 di Amman itu, Rita meminta perhatian dari Presiden Prabowo agar mendorong kementerian terkait untuk terus berupaya membebaskan anaknya berinisial KL yang dituduh bergabung dengan teroris.

“Saya memohon bantuan kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk bisa memberi arahan dan bantuan yang diperlukan kepada kementerian terkait guna mempercepat proses penyelesaian masalah anak saya, untuk terus melakukan advokasi secepatnya agar bisa kembali lagi ke Indonesia,” tulis Rita dalam suratnya, yang diterima wartawan, Senin (15/12).

Proses deportasi, kata Rita, sangat penting bagi anaknya untuk mendapatkan layanan kesehatan mental yang memadai, rehabilitasi yang diperlukan, bisa bersekolah dan melakukan kegiatan rutin kembali seperti anak sebayanya.

Menurut Rita, anaknya selama ini dikenal berkarakter dan berkelakuan baik, di sekolah dan di luar sekolah.

“Dia sama sekali tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan tindak kekerasan. Kesehatan mental membuat dia impulsif, kurang percaya diri, dan kurang bisa mengontrol emosi sedih dan rasa takut,” kata Rita.

Menurut Rita, anaknya saat ini sangat menderita dan semakin merasa bersalah atas apa yang dia lakukan.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto atas waktu yang telah disediakan membaca surat ini. Saya memohon rasa simpati dan bantuan advokasi untuk anak saya,” pungkas Rita.

KL Ditahan Aparat Keamanan Yordania

Seperti diberitakan, Anak di bawah umur Warga Negara Indonesia (WNI) ditangkap aparat berwenang Yordania. Anak berinisial KL ini ditangkap di rumahnya di Kota Amman, Yordania, dan ditahan sejak 19 Mei 2025.

Peristiwa ini disampaikan oleh ibu KL, Rita E. yang sedang bekerja di Yordania.

“Anak saya ditangkap dan diinterogasi tanpa didampingi kuasa hukum atau orang dewasa. Baik saat ditangkap di rumah maupun selema pemeriksaan di kantor polisi,” ungkap Rita kepada wartawan Senin (15/12) melalui keterangan tertulis.

Rita mengatakan, KL adalah anak berkebutuhan khusus karena menderita depresi akut (MMD) dan ADHD yang saat ditangkap masih berumur 15 tahun. Meski demikian, sudah terhitung 7 (tujuh) bulan KL masih ditahan aparat hukum Yordania.

KL sendiri sekolah dan tinggal di Kota Amman bersama ibunya Rita E. yang bertugas di sana hingga akhir Desember 2025.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Rakyat adalah Ancaman bagi Pemerintah Bayaran

Rinto Setiyawan, Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia (IWPI)

Oleh: Rinto Setiyawan, A.Md., S.H., CTP*

ADA satu pemandangan yang selalu mengusik kalau kita berdiri di kawasan Benteng Vredeburg: bangunannya kokoh, rapi, seperti simbol ketertiban. Tapi, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) pernah memaksa kita berpikir lebih dalam lewat satu pertanyaan yang menghantam logika paling dasar tentang negara:

“Benteng itu dulu membentengi siapa dari ancaman siapa?”

Pertanyaan itu tidak berhenti pada sejarah kolonial. Ia menampar masa kini. Sebab di zaman apa pun, benteng selalu mengandung pesan: siapa yang dilindungi, dan siapa yang dianggap berbahaya. Dan di sinilah kritik Cak Nun jadi relevan, bahkan terasa makin dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.

“Ada Negara dengan rakyat menggaji Pemerintah untuk membentengi keamanan hidup dan kerja mereka, tapi rakyat malah diancam,” kata Cak Nun. Lalu ia menambahkan kalimat yang lebih tajam: “Pemerintah bayaran itu fokus berpikirnya bukan ‘awas kalau ada yang mengancam rakyat’. Melainkan ‘rakyat adalah ancaman’. Maka rakyat dipelototi terus. Kalau macam-macam, digebuk pakai tongkat sakti Kiai Perppu.”

Di situ inti masalahnya. Negara dibentuk untuk melindungi rakyat, tetapi pola pikir penguasa sering terbalik: rakyat justru dicurigai. Padahal logikanya sederhana sekali. Pemerintah itu digaji dari pajak rakyat. Fasilitasnya, kendaraan dinasnya, perjalanan dinasnya, keamanan protokolnya—semua berasal dari uang yang dipungut dari rakyat. Pemerintah bukan “pemberi”, melainkan “penerima amanah”. Rakyat bukan “pihak yang harus tunduk”, melainkan “pemilik mandat”.

Namun yang sering kita lihat: ketika rakyat mengeluh, dianggap mengganggu stabilitas. Ketika rakyat protes, dicap provokator. Ketika rakyat bertanya, dibilang menyebar kebencian. Ruang kritik dipersempit, ruang dialog dipendekkan, sementara perangkat kekuasaan semakin tebal. Seolah-olah negara ini punya musuh utama: warganya sendiri.

Kita jadi seperti menyaksikan benteng yang menghadap ke arah yang salah. Bukan membentengi rakyat dari ancaman, tetapi membentengi kekuasaan dari suara rakyat. Di sinilah istilah “pemerintah bayaran” bukan sekadar satire, tapi peringatan moral. Ada bahaya besar ketika pemerintah lupa bahwa ia hanya pekerja publik, lalu bertingkah seperti majikan.

Kalau sebuah perusahaan memperlakukan pelanggan sebagai ancaman, perusahaan itu akan bangkrut. Negara pun begitu. Negara yang memelototi rakyatnya sendiri, cepat atau lambat akan kehilangan legitimasi. Karena rakyat bukan objek yang harus diawasi, melainkan subjek yang harus dilayani.

Kita juga perlu jujur: persoalan ini bukan cuma soal individu pejabat yang kebablasan. Ini soal desain mental dan budaya kekuasaan yang masih feodal. Yang merasa lebih tinggi karena jabatan. Yang merasa harus “dihormati” bukan karena kerja, tapi karena posisi. Yang gampang tersinggung ketika dikritik, seolah kritik adalah penghinaan. Padahal dalam negara demokrasi, kritik adalah vitamin—bukan racun.

Yang lebih berbahaya lagi: ketika hukum dipakai sebagai tongkat, bukan sebagai pagar keadilan. Ketika aturan dikeluarkan bukan untuk melindungi rakyat, tetapi untuk membungkam rakyat. Saat itulah “Kiai Perppu” versi Cak Nun terasa masuk akal: sebuah simbol bahwa regulasi bisa dipakai sebagai senjata, bukan sebagai pelayanan.

Padahal ukuran pemerintah yang benar itu sederhana: apakah rakyat merasa aman, merasa dilindungi, merasa dipermudah hidupnya? Bukan seberapa banyak aturan dibuat. Bukan seberapa keras suara aparat. Bukan seberapa tinggi tembok pengamanan. Negara yang kuat bukan yang menakutkan rakyat, tapi yang membuat rakyat tidak takut.

Maka pekerjaan rumah kita adalah membalik arah. Mengembalikan kesadaran dasar bahwa pemerintah itu bayaran rakyat—bukan penguasa rakyat. Jabatan itu kontrak pelayanan—bukan mahkota kehormatan. Dan negara ini tidak boleh menjadi benteng yang menodong ke dalam.

Kalau kita sepakat bahwa republik ini milik rakyat, maka yang harus dijaga adalah kehidupan rakyat. Yang harus dibentengi adalah kerja rakyat. Yang harus dilindungi adalah martabat rakyat. Dan pemerintah—sebagaimana kata Cak Nun—harus sadar diri: fokusnya bukan “rakyat ancaman”, melainkan “siapa yang mengancam rakyat”.

Sebab ketika pemerintah mulai takut pada rakyat, yang sebenarnya terjadi adalah pemerintah takut kehilangan kuasa. Dan di titik itulah, kita tahu: benteng telah salah arah.

Catatan Penulis:
Tulisan ini merupakan refleksi atas kritik sosial dan spiritual Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) tentang relasi kuasa yang terbalik dalam praktik kenegaraan—ketika negara lupa bahwa kekuasaan bukan hak, melainkan amanah rakyat.

*Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia, Anggota Majelis Tinggi Partai X, Wakil Direktur Sekolah Negarawan

TNI AL Distribusikan Logistik ke Korban di Lokasi Terpencil Aceh dan Sumatera

TNI AL mengerahkan satu unit pesawat angkut ringan NC 212-200 Aviocar dengan nomor registrasi U-6211 untuk antar 500 kilogram logistik korban bencana dari Lanud Sutan Iskandar Muda (SIM), Minggu (14/12/2025). ANTARA/HO-Humas TNI AL.
TNI AL mengerahkan satu unit pesawat angkut ringan NC 212-200 Aviocar dengan nomor registrasi U-6211 untuk antar 500 kilogram logistik korban bencana dari Lanud Sutan Iskandar Muda (SIM), Minggu (14/12/2025). ANTARA/HO-Humas TNI AL.

Jakarta, aktual.com – TNI AL mendistribusikan logistik korban bencana ke lokasi terpencil di wilayah Aceh dan Sumatera lewat jalur udara.

Upaya itu dilakukan lantaran beberapa jalur darat menuju lokasi bencana di wilayah Sumatera maupun Aceh masih rusak.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tunggul di Jakarta, Senin mengatakan pihaknya mengerahkan satu unit pesawat angkut ringan NC 212-200 Aviocar dengan nomor registrasi U-6211 dari Lanud Sutan Iskandar Muda (SIM), Minggu (14/12).

Pesawat itu dikerahkan untuk membawa bantuan logistik seberat 500 kilogram ke Bandara Blangkejeren, Aceh. Di sana, personel TNI AL langsung bergerak cepat untuk mendistribusikan bantuan ke beberapa titik lokasi bencana.

Di saat yang sama, lanjut Tunggul, TNI AL mengerahkan Helikopter AS 565 MBe Panther (HS-1310) untuk mendistribusikan bantuan logistik di daerah terpencil di Kabupaten Pasaman Barat.

“Helikopter Panther ini menyasar dua lokasi berbeda yang membutuhkan akses cepat dan efisien yaitu, Desa Bateh Somuik dan Desa Maligi, Kecamatan Sasak,” jelas Tunggul.

Di kedua Lokasi tersebut, TNI AL menurunkan masing-masing 400 kilogram logistik bantuan untuk masyarakat di sana.

Tunggul menegaskan tindakan ini menjadi bukti kuatnya dukungan TNI AL dalam proses pemulihan pascabencana di Sumatera.

Tunggul memastikan seluruh personel dan alutsista yang dikerahkan tidak akan mengendurkan semangat dalam memberi layanan kepada para korban banjir di Sumatera.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Demi Amankan Duit Negara, DJP Gandeng BIN Kawal Penerimaan Minerba

Jakarta, Aktual.com – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan menggandeng Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengamankan optimalisasi penerimaan negara dari sektor mineral dan batu bara (minerba) yang dinilai masih bocor dan belum memberi nilai tambah maksimal.

Direktur Jenderal Pajak Bimo Wijayanto menegaskan, kolaborasi lintas lembaga ini diarahkan untuk mengunci potensi value added sektor minerba yang selama ini belum tergarap optimal. Padahal, sektor ini sudah menyumbang Rp2.026 triliun atau sekitar 9,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Bersama Dirjen Minerba Kementerian ESDM dan Deputi Ekonomi BIN, kami mengamankan bagaimana nilai tambah sektor minerba tidak lepas ke mana-mana,” tegas Bimo dalam diskusi publik Meneropong Tax Gap & Tata Kelola Fiskal Sektor Minerba, Senin (15/12).

Menurut Bimo, pertambangan bukan sekadar mesin penerimaan langsung, tetapi juga lokomotif ekonomi yang menciptakan efek berantai ke sektor logistik, jasa keuangan, hingga industri pengolahan. Di antara seluruh komoditas, nikel menjadi sorotan utama.

Indonesia diketahui menguasai cadangan nikel terbesar di dunia. Komoditas ini disebut memiliki multiplier effect paling agresif, terutama melalui agenda hilirisasi dan pengembangan industri berbasis mineral strategis.

Namun, Bimo mengingatkan, besarnya potensi tersebut belum sepenuhnya berbanding lurus dengan manfaat yang dirasakan negara. Ia menyinggung persoalan klasik ekonomi biaya tinggi akibat birokrasi perizinan yang berbelit.

“Sudah ada DPMPTSP, tapi di lapangan pelaku usaha masih harus ‘mengetuk banyak jendela’ lain, dari daerah sampai kementerian,” ujarnya.

Ia tak menampik, praktik tersebut membuka ruang biaya informal yang justru menggerus nilai tambah dan memperlebar celah kebocoran penerimaan negara.

Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan instrumen fiskal tambahan untuk memperkuat penerimaan. Salah satunya melalui pengenaan bea keluar komoditas minerba, khususnya batu bara, dengan tarif berkisar 1% hingga 5%.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan kebijakan tersebut berpijak pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dan dirancang untuk menyeimbangkan optimalisasi penerimaan dengan perlindungan industri dalam negeri.

“Bea keluar berfungsi menjaga pasokan domestik dan stabilitas harga. Besarnya penerimaan sangat ditentukan oleh volume produksi dan pergerakan harga komoditas,” kata Purbaya dalam rapat bersama Komisi XI DPR.

Melalui sinergi DJP, Kementerian ESDM, dan BIN, pemerintah menargetkan kebocoran fiskal di sektor minerba dapat ditekan secara sistematis. Lebih dari itu, negara ingin memastikan amanat Pasal 33 UUD 1945 benar-benar dijalankan: kekayaan alam dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan bocor di tengah jalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Hamas Konfirmasi Syahid Komandan Senior dalam Serangan Udara Israel

Ilustrasi - Truk-truk pengangkut bantuan terlihat di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 16 Oktober 2025. Konvoi truk bantuan dari Program Pangan Dunia (WFP) berhasil mencapai sebuah gudang di Gaza tanpa penjarahan, dan terjadi penurunan drastis dalam insiden penjarahan. ANTARA/Rizek Abdeljawad/Xinhua/pri
Ilustrasi - Truk-truk pengangkut bantuan terlihat di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, pada 16 Oktober 2025. Konvoi truk bantuan dari Program Pangan Dunia (WFP) berhasil mencapai sebuah gudang di Gaza tanpa penjarahan, dan terjadi penurunan drastis dalam insiden penjarahan. ANTARA/Rizek Abdeljawad/Xinhua/pri

Gaza, aktual.com – Pemimpin di Gaza, Khalil al-Hayya, pada Minggu (14/12) mengonfirmasi kematian komandan senior Raad Saad dalam serangan Israel sehari sebelumnya.

Dalam rangka memperingati 38 tahun berdirinya Hamas, al-Hayya mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa Raad Saad tewas bersama saudara-saudaranya.

Dia menambahkan bahwa pemimpin ini mendedikasikan hidupnya untuk agama dan tanah airnya dan hidup sebagai buronan dari pendudukan selama beberapa dekade.

Pada Sabtu (13/12), lima warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah kendaraan di sebelah barat Gaza City, menurut sejumlah sumber medis Palestina.

Sementara itu, al-Hayya menyerukan pembentukan segera komite teknokrat yang terdiri dari warga Palestina independen untuk mengelola Jalur Gaza, menegaskan kesiapan gerakan tersebut untuk menyerahkan tanggung jawab penuh di semua bidang dan memfasilitasi pekerjaannya.

Mengenai pengerahan pasukan stabilisasi internasional di Gaza, pemimpin Hamas mengatakan bahwa misi pasukan tersebut harus dibatasi pada menjaga gencatan senjata dan memisahkan kedua pihak di sepanjang perbatasan Jalur Gaza, tanpa peran apa pun di dalam Jalur Gaza atau campur tangan dalam urusan internalnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain