31 Desember 2025
Beranda blog Halaman 41060

Polisi Akan Bongkar Penampungan TKW CV MJ di Medan

Jakarta, Aktual.co —Petugas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan segera membongkar rumah penampungan tenaga kerja wanita (TKW) CV MJ milik tersangka SA (51) Jalan Madong Lubis di kota itu yang diduga ada mayat korban penganiayaan yang dikubur di rumah itu.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Wahyu Istanto Bram, Minggu, mengatakan rencananya Senin (8/12) akan membongkar satu makam yang diduga TKW tewas korban penyiksaan.
Dari hasil penyelidikan pihak berwajib, menurut dia, pembongkaran TKW yang tewas itu, sudah masuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
“Namun, sampai saat ini belum diketahui dimana lokasi makam TKW yang meninggal dunia itu dan dikebumikan di rumah milik tersangka SA,” ujarnya, Minggu (7/12).
Wahyu menyebutkan, aparat kepolisian sudah siap untuk menggali di mana makam TKW yang disembunyikan itu.
Bahkan, tim Polresta Medan yang diberangkatkan ke Jakarta menemukan TKW berinisial E dan langsung membawanya ke Medan.
“Dari hasil pemeriksaan dan pengembangan TKW berinisial E tersebut, diduga ada rekannya yang tewas akibat dianiaya dan jasadnya ‘ditanam’ di rumah berlokasi Jalan Madong Lubis Medan,” kata Kasatreskrim.
Wahyu juga menambahkan, tim Polresta Medan juga menemukan keluarga TKW Yantini (34) di Bandung, Jawa Barat dan dibawa ke Medan.
Berdasarkan pengakuan keluarga Yantini, anak mereka tidak pernah pulang sejak berangkat bekerja ke Medan.
“Jadi pengakuan tersangka SA yang menyatakan telah memulangkan Yantini naik bus ALS adalah bohong. Itu tidak benar dari pengakuan keluarga korban,” ucap Wahyu.
Selain itu, petugas kepolisian sudah melakukan tes deoxyribonucleic acid/asam deoksiribonukleat (DNA) terhadap keluarga TKW Yantini.
“Ke depan, akan dilakukan pembandingan tangan dan bahu badan korban Yantini terdapat luka robek dan memar bekas parutan kelapa,” katanya.
Polresta Medan, Jumat (28/11) menetapkan tujuh orang tersangka pelaku penganiayaan terhadap tiga TKW, yakni Endang Murdaningsih (55) asal Madura, Ropmiani (42) asal Demak dan Anis Rahayu (25) asal Malang.
Dari tujuh pelaku penganiayaan tersebut, yakni pimpinan perusahaan CV MJ penyalur TKW berinisial SA dan istrinya RDK, MT anaknya, ZKR keponakan, KA karyawan, BHR karyawan, dan FER sopir.
Sebelumnya, Polresta Medan menggerebek sebuah rumah penyalur TKW “CV MJ” di Jalan Beo/Jalan Madong Lubis No 17 Lingkungan II Kelurahan Sidodadi, Kamis (27/11) siang.

Artikel ini ditulis oleh:

Polisi Akan Bongkar Penampungan TKW CV MJ di Medan

Jakarta, Aktual.co —Petugas Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan segera membongkar rumah penampungan tenaga kerja wanita (TKW) CV MJ milik tersangka SA (51) Jalan Madong Lubis di kota itu yang diduga ada mayat korban penganiayaan yang dikubur di rumah itu.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Wahyu Istanto Bram, Minggu, mengatakan rencananya Senin (8/12) akan membongkar satu makam yang diduga TKW tewas korban penyiksaan.
Dari hasil penyelidikan pihak berwajib, menurut dia, pembongkaran TKW yang tewas itu, sudah masuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
“Namun, sampai saat ini belum diketahui dimana lokasi makam TKW yang meninggal dunia itu dan dikebumikan di rumah milik tersangka SA,” ujarnya, Minggu (7/12).
Wahyu menyebutkan, aparat kepolisian sudah siap untuk menggali di mana makam TKW yang disembunyikan itu.
Bahkan, tim Polresta Medan yang diberangkatkan ke Jakarta menemukan TKW berinisial E dan langsung membawanya ke Medan.
“Dari hasil pemeriksaan dan pengembangan TKW berinisial E tersebut, diduga ada rekannya yang tewas akibat dianiaya dan jasadnya ‘ditanam’ di rumah berlokasi Jalan Madong Lubis Medan,” kata Kasatreskrim.
Wahyu juga menambahkan, tim Polresta Medan juga menemukan keluarga TKW Yantini (34) di Bandung, Jawa Barat dan dibawa ke Medan.
Berdasarkan pengakuan keluarga Yantini, anak mereka tidak pernah pulang sejak berangkat bekerja ke Medan.
“Jadi pengakuan tersangka SA yang menyatakan telah memulangkan Yantini naik bus ALS adalah bohong. Itu tidak benar dari pengakuan keluarga korban,” ucap Wahyu.
Selain itu, petugas kepolisian sudah melakukan tes deoxyribonucleic acid/asam deoksiribonukleat (DNA) terhadap keluarga TKW Yantini.
“Ke depan, akan dilakukan pembandingan tangan dan bahu badan korban Yantini terdapat luka robek dan memar bekas parutan kelapa,” katanya.
Polresta Medan, Jumat (28/11) menetapkan tujuh orang tersangka pelaku penganiayaan terhadap tiga TKW, yakni Endang Murdaningsih (55) asal Madura, Ropmiani (42) asal Demak dan Anis Rahayu (25) asal Malang.
Dari tujuh pelaku penganiayaan tersebut, yakni pimpinan perusahaan CV MJ penyalur TKW berinisial SA dan istrinya RDK, MT anaknya, ZKR keponakan, KA karyawan, BHR karyawan, dan FER sopir.
Sebelumnya, Polresta Medan menggerebek sebuah rumah penyalur TKW “CV MJ” di Jalan Beo/Jalan Madong Lubis No 17 Lingkungan II Kelurahan Sidodadi, Kamis (27/11) siang.

Artikel ini ditulis oleh:

Daerah Perbatasan di Nunukan Perlu Pembangunan Infrastruktur

Jakarta, Aktual.co —Anggota DPRD Kalimantan Timur Yefta Berto mengatakan pemerintah perlu membangun infrastruktur untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
“Masyarakat perbatasan memang telah terbebas dari kolonialisme dan konfrontasi dengan negara tetangga, namun mereka belum sepenuhnya terbebas dari aneka permasalahan yang dalam derajat tertentu mengurangi nikmat kemerdekaan yang seharusnya dikecap anak bangsa,” katanya melalui siaran pers yang diterima di Samarinda, Minggu, (7/12).
Permasalahan itu disampaikan ketika menerima kunjungan dua anggota DPRD Kabupaten Nunukan, yakni Markus dan Karel Sompoton serta Kepala Desa Sumantipal Juni bersama rombongan Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Abagag (FKMDA) untuk berkonsultasi mengenai wilayah perbatasan Nunukan-Malaysia di DPRD Kaltim, persoalan-persoalan di atas terungkap.
Rombongan dari Nunukan diterima anggota DPRD Kaltim Dapil 6 (Kaltara), Yefta Berto, Hermanus, Ingkong Ala, Jhonny Laing Impang dan Rakhmat Majid Gani.
“Persoalan kemiskinan, terisolasi, pengangguran, dan minimnya pendidikan yang diikuti keterbelakangan adalah contoh-contoh permasalahan yang masih membutuhkan penanganan serius, sehingga ke depan diharapkan masyarakat yang hidup di perbatasan dapat menikmati kemerdekaan sejati,” ujarnya.
Ia mengatakan wilayah perbatasan seperti Desa Sumantipal di Kabupaten Nunukan, masuk dalam daftar wilayah bermasalah karena 100 persen wilayah tersebut terdesak oleh administratif klaim negara Malaysia, dan tergolong wilayah “Outstanding Boundary Problem” (OBP).
Dalam dengar pendapat tersebut, rombongan dari Nunukan menyampaikan beberapa solusi konkret untuk mengatasi persoalan di perbatasan, khususnya di Desa Sumantipal.
Solusi tersebut, misalnya ada proposal terkait pembangunan jalan perbatasan desa yang diharapkan dibiayai APBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Nunukan pada anggaran 2015, yakni pembangunan jalan perbatasan di Desa Sumantipal, dari jalan nasional menuju Desa Sumantipal sepanjang 4 kilometer dengan lebar 8 meter.
Ia mengakui bahwa infrastruktur jalan Desa Sumantipal menjadi alasan strategis dan mendesak dikarenakan daerah perbatasan tersebut sulit dijangkau oleh angkutan darat, karena itu perlu peningkatan aksesibilitas daerah perbatasan melalui peningkatan pembangunan sarana dan prasarana.
Perbatasan sebagai garda depan negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kata dia, tentu rentan terhadap gangguan kedaulatan. Rasa nasionalisme masyarakat perbatasan bisa terganggu dengan kurangnya infrastruktur.
Menurut dia negara tetangga mudah untuk melakukan infiltasi secara terstruktur dan terencana melalui pendekatan-pendekatan sosial budaya seperti yang telah terjadi, seperti memberikan pelayanan kesehatan dan menawarkan pembangunan kepada masyarakat perbatasan serta berbagai upaya mengiming-imingi loyalitas nasionalisme masyarakat perbatasan.
“Dalam kaitan itu perlu peran semua pihak untuk membangun infrastruktur daerah perbatasan terutama peran pemerintah pusat dan daerah yang dimulai dari daerah perbatasan. Karena itu anggota DPRD Nunukan berharap bahwa hal ini ditujukan kearah pembangunan yang merata,” katanya.
Menindak permintaan tersebut, Yefta meminta agar ada program tertulis yang akan dipresentasikan di pusat melalui pemerintah provinsi.
“Kalau ada bisa dikasih ke kami supaya mereka (pusat) kalau ada programnya bisa koordinasikan dengan departemen terkait,” kata Yefta.
Meski ia mengatakan anggaran yang sudah diketok untuk 2015 tidak diketahui pasti apakah program ada lagi diusulkan untuk subsidi Kaltara, namun rencana untuk membina masyarakat di perbatasan dirasa penting, terutama infrastruktur jalan daerah.
Anggota DPRD Kaltim lainnya Ingkong Ala mengatakan infrastruktur jalan perbatasan harus terbangun dahulu baru perekonomian, pendidikan dan kesehatannya, membangun harus merata, dengan aman jadi ada kepatuhan yang terjadi.

Artikel ini ditulis oleh:

Daerah Perbatasan di Nunukan Perlu Pembangunan Infrastruktur

Jakarta, Aktual.co —Anggota DPRD Kalimantan Timur Yefta Berto mengatakan pemerintah perlu membangun infrastruktur untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
“Masyarakat perbatasan memang telah terbebas dari kolonialisme dan konfrontasi dengan negara tetangga, namun mereka belum sepenuhnya terbebas dari aneka permasalahan yang dalam derajat tertentu mengurangi nikmat kemerdekaan yang seharusnya dikecap anak bangsa,” katanya melalui siaran pers yang diterima di Samarinda, Minggu, (7/12).
Permasalahan itu disampaikan ketika menerima kunjungan dua anggota DPRD Kabupaten Nunukan, yakni Markus dan Karel Sompoton serta Kepala Desa Sumantipal Juni bersama rombongan Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Abagag (FKMDA) untuk berkonsultasi mengenai wilayah perbatasan Nunukan-Malaysia di DPRD Kaltim, persoalan-persoalan di atas terungkap.
Rombongan dari Nunukan diterima anggota DPRD Kaltim Dapil 6 (Kaltara), Yefta Berto, Hermanus, Ingkong Ala, Jhonny Laing Impang dan Rakhmat Majid Gani.
“Persoalan kemiskinan, terisolasi, pengangguran, dan minimnya pendidikan yang diikuti keterbelakangan adalah contoh-contoh permasalahan yang masih membutuhkan penanganan serius, sehingga ke depan diharapkan masyarakat yang hidup di perbatasan dapat menikmati kemerdekaan sejati,” ujarnya.
Ia mengatakan wilayah perbatasan seperti Desa Sumantipal di Kabupaten Nunukan, masuk dalam daftar wilayah bermasalah karena 100 persen wilayah tersebut terdesak oleh administratif klaim negara Malaysia, dan tergolong wilayah “Outstanding Boundary Problem” (OBP).
Dalam dengar pendapat tersebut, rombongan dari Nunukan menyampaikan beberapa solusi konkret untuk mengatasi persoalan di perbatasan, khususnya di Desa Sumantipal.
Solusi tersebut, misalnya ada proposal terkait pembangunan jalan perbatasan desa yang diharapkan dibiayai APBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Nunukan pada anggaran 2015, yakni pembangunan jalan perbatasan di Desa Sumantipal, dari jalan nasional menuju Desa Sumantipal sepanjang 4 kilometer dengan lebar 8 meter.
Ia mengakui bahwa infrastruktur jalan Desa Sumantipal menjadi alasan strategis dan mendesak dikarenakan daerah perbatasan tersebut sulit dijangkau oleh angkutan darat, karena itu perlu peningkatan aksesibilitas daerah perbatasan melalui peningkatan pembangunan sarana dan prasarana.
Perbatasan sebagai garda depan negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kata dia, tentu rentan terhadap gangguan kedaulatan. Rasa nasionalisme masyarakat perbatasan bisa terganggu dengan kurangnya infrastruktur.
Menurut dia negara tetangga mudah untuk melakukan infiltasi secara terstruktur dan terencana melalui pendekatan-pendekatan sosial budaya seperti yang telah terjadi, seperti memberikan pelayanan kesehatan dan menawarkan pembangunan kepada masyarakat perbatasan serta berbagai upaya mengiming-imingi loyalitas nasionalisme masyarakat perbatasan.
“Dalam kaitan itu perlu peran semua pihak untuk membangun infrastruktur daerah perbatasan terutama peran pemerintah pusat dan daerah yang dimulai dari daerah perbatasan. Karena itu anggota DPRD Nunukan berharap bahwa hal ini ditujukan kearah pembangunan yang merata,” katanya.
Menindak permintaan tersebut, Yefta meminta agar ada program tertulis yang akan dipresentasikan di pusat melalui pemerintah provinsi.
“Kalau ada bisa dikasih ke kami supaya mereka (pusat) kalau ada programnya bisa koordinasikan dengan departemen terkait,” kata Yefta.
Meski ia mengatakan anggaran yang sudah diketok untuk 2015 tidak diketahui pasti apakah program ada lagi diusulkan untuk subsidi Kaltara, namun rencana untuk membina masyarakat di perbatasan dirasa penting, terutama infrastruktur jalan daerah.
Anggota DPRD Kaltim lainnya Ingkong Ala mengatakan infrastruktur jalan perbatasan harus terbangun dahulu baru perekonomian, pendidikan dan kesehatannya, membangun harus merata, dengan aman jadi ada kepatuhan yang terjadi.

Artikel ini ditulis oleh:

WKSI: IHSG Berpotensi Naik di Tengah Aksi Profit Taking

Jakarta, Aktual.co —   Mulai melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa pekan lalu sempat mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pasalnya, pelaku pasar masih dalam posisi untuk profit taking.

Kepala Riset dari Woori Korindo Securities Indoensia (WKSI), Reza Priyambada mengatakan bahwa karena pelaku pasar masih dalam posisi profit taking, maka pasca IHSG menyentuh level 5.200 kembali menurun. Namun, berlanjutnya penguatan saham-saham agri dan manufaktur mampu mempertahankan laju IHSG.

“Di sisi lain, karena pelaku pasar masih dalam posisi profit taking maka pasca IHSG kembali menyentuh level 5.200an lebih, kembali tidak kuat dan kembali menurun. Beruntung masih berlanjutnya penguatan saham-saham agri dan manufaktur mampu mempertahankan laju IHSG di zona hijau,” ujar Reza dalam risetnya.

Pada perdagangan Senin (8/12) Reza memperkirakan  IHSG berada pada rentang support 5.165-5.178 dan resisten 5.194-5.211. Menurutnya, Pola variatif cenderung naik tipis masih dapat terjadi.

“Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya dimana masih adanya aksi profit taking membuat potensi kenaikan IHSG juga masih terhambat meski juga masih diimbangi dengan adanya aksi beli.  Meski masih ada potensi naik namun, tetap cermati potensi pelemahan lanjutan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

WKSI: IHSG Berpotensi Naik di Tengah Aksi Profit Taking

Jakarta, Aktual.co —   Mulai melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Eropa pekan lalu sempat mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pasalnya, pelaku pasar masih dalam posisi untuk profit taking.

Kepala Riset dari Woori Korindo Securities Indoensia (WKSI), Reza Priyambada mengatakan bahwa karena pelaku pasar masih dalam posisi profit taking, maka pasca IHSG menyentuh level 5.200 kembali menurun. Namun, berlanjutnya penguatan saham-saham agri dan manufaktur mampu mempertahankan laju IHSG.

“Di sisi lain, karena pelaku pasar masih dalam posisi profit taking maka pasca IHSG kembali menyentuh level 5.200an lebih, kembali tidak kuat dan kembali menurun. Beruntung masih berlanjutnya penguatan saham-saham agri dan manufaktur mampu mempertahankan laju IHSG di zona hijau,” ujar Reza dalam risetnya.

Pada perdagangan Senin (8/12) Reza memperkirakan  IHSG berada pada rentang support 5.165-5.178 dan resisten 5.194-5.211. Menurutnya, Pola variatif cenderung naik tipis masih dapat terjadi.

“Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya dimana masih adanya aksi profit taking membuat potensi kenaikan IHSG juga masih terhambat meski juga masih diimbangi dengan adanya aksi beli.  Meski masih ada potensi naik namun, tetap cermati potensi pelemahan lanjutan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Berita Lain