Ini Tiga Jurus Ahok Hadapi Kemarahan Organda Terkait BBM
Jakarta, Aktual.co —Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku tidak terpengaruh dengan aksi mogok yang dilakukan Organisasi Angkutan Darat (Organda) terkait naiknya tarif angkutan umum pasca kenaikan BBM bersubsidi.
Dia malah mengatakan sudah menyiapkan tiga cara untuk meredam kemarahan Organda akibat kenaikan BBM bersubsidi.
Pertama, Pemprov DKI akan mengkonversikan angkutan umum agar beralih dari penggunaan BBM ke penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG). Karena menggunakan BBM, maka tarif angkutan umum juga naik saat harga bensin naik.
“Makanya kita sarankan supaya angkutan yang kecil-kecil itu dikonversikan ke gas. Kalau dulu mereka alasannya kan SPBG (Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas) nya jauh. Saya maunya ada mobile refueling unit (MRU) di jalan-jalan untuk memenuhi kebutuhan gas angkutan umum,” ujar Ahok di Balai Kota, Rabu (19/11).
Kedua, Pemprov DKI akan mengusahakan pengintegrasian angkutan umum ke dalam koordinasi PT Transjakarta. Dengan begitu, supir akan dikontrak dan dibayar rupiah per kilometer. Sehingga tidak ada lagi supir yang sembarangan mengetem di jalan yang dapat menyebabkan kemacetan.
“Kalau kamu naikkan tarif terlalu tinggi ada penumpang yang mau naik gak? Gak mau kan? Makanya kami tawarkan masuk ke Transjakarta daripada jadi supir angkot belum tentu dapat upah dua kali UMP bisa Rp5,4 juta. Kalau begitu gak usah ngetem. Jalan saya, nanti kami bayar rupiah per kilometer. Kalau kamu rugi kita hitung. Karena kami Public Service Obligation (PSO). Itu pemerintah yang bayar,” ujarnya.
Ditambah lagi tahun depan Pemprov DKI akan mengadakan ribuan bus Transjakarta secara besar-besaran.
“Kalau kami tambah Transjakarta, habis semua angkutan umum. Supir pun bakal lari ke kami. Kan digaji tiga setengah UMP untuk articulated (gandeng),” tambahnya.
Dan cara yang ketiga, kata Ahok, Pemprov DKI akan menghimbau penggunaan e-money. Sehingga harga yang dipatok menjadi terukur. Jadi harga tarif jam sibuk dengan tarif jam kosong berbeda. Dengan begitu tidak ada lagi supir yang tidak ‘narik’ di jam-jam kosong dengan alasan sepi penumpang.
“Supaya kalau di jam kosong potongannya lebih murah daripada jam sibuk. Kan ngurangi kemacetan juga. Kalau gitu ya semuanya senang. Kalau BBM naik ya gak pengaruh karena kami yang bayar. Subsidi minyak itu lebih ditujukan ke transportasi massal,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
















