26 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42344

Tak Masalahkan Kerusakan Taman Monas, Ahok Tidak Konsisten

Jakarta, Aktual.co —Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dianggap berlaku tidak adil dalam menyikapi kerusakan yang terjadi di taman Monas usai gelaran pesta rakyat para pendukung pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla, Senin (20/10) lalu.
Yakni dengan tidak menegur panitia penyelenggara pesta rakyat itu.
Disampaikan Wakil ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik, dulu saat musim kampanye massa pendukung Gerindra pernah ditegur oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lantaran dianggap merusak taman di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum.
Sedangkan saat massa pendukung pasangan Jokowi-JK melakukan hal yang sama di pesta rakyat, Ahok justru tidak mau menegur. Dia malah mengatakan pihak Pemprov DKI sendiri yang akan menata kembali taman yang rusak saat Pesta Rakyat digelar. 
“Pemprov harusnya adil dong dalam melakukan teguran. Saya dulu ditegor merusak taman di depan KPU, terus dimana lagi. ya tegur juga dong kan sama-sama rusak,” kata Taufik di DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (24/10).
Dia menuding sikap berat sebelah Ahok terkait pandangan politiknya sehingga tidak ada peneguran atas kerugian DKI Jakarta usai Pesta Rakyat di Monas. 
“Itu yang saya bilang melakukan sesuatu berdasarkan politik dirinya, maka tidak akan konsisten. Ini ditegur ini enggak, kan ini sarana umum. Mesti ada penegoran, ya jangan tebang pilih ya. Dia (Ahok) bilang itu rusak nya gak parah, mau parah mau gak ya ditegor dong. Sama-sama rusak kok,” ujarnya.
Sebelumnya Unit Pengelola (UP) Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan akan meminta pertanggungjawaban panitia penyelenggara Pesta Rakyat di Monas terkait kerusakan sejumlah taman dan tanaman akibat Pesta Rakyat di Monas.
“Kami meminta pada panitia penyelenggara untuk bertanggung jawab atas ketertiban dan kebersihan Monas. Untuk kerugiannya, sesuai dengan kesepakatan saja. Pihak panitia penyelenggara yang akan menggantinya nanti,” kata Rini minggu lalu.

Artikel ini ditulis oleh:

Taufik: Lima Fraksi di DPRD Sepakat Lengserkan Ahok

Jakarta, Aktual.co —Sudah ada lima fraksi di DPRD DKI dari total sembilan fraksi di DPRD DKI yang menyetujui untuk menolak Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI definitif.
Disampaikan Wakil Ketua DPRD DKI M. Taufik, sikap dari kelima fraksi itu menindaklajuti aspirasi yang datang dari berbagai ormas di DKI seperti yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Jakarta.
Namun Taufik tidak menjabarkan fraksi-fraksi mana saja yang sepakat untuk menindaklanjuti aspirasi dari ormas tersebut. 
“Saat ini sudah ada lima fraksi yang sepakat untuk menindaklanjuti laporan-laporan yang datang. Saya kira yang lain juga sepakat ya. Namun setiap fraksi tentunya punya pandangan sendiri. Ada yang langsung ayo kita gerak, namun ada juga yang masih mempelajari dulu laporan-laporan yang datang,” kata Taufik saat menerima perwakilan dari GMJ di DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (24/10).
Informasi yang disampaikan Taufik ini pun ditanggapi serius oleh Ketua Umum Front Betawi Bersatu (FBB) Endang, salah satu ormas yang tergabung di GMJ.
Dia bahkan mengaku akan akan menekan fraksi-fraksi yang belum menyatakan sikap terkait aksi yang sudah mereka gulirkan satu bulan terakhir ini untuk menolak pelantikan Ahok sebagai gubernur definitif.
Sebelumnya enam fraksi di DPRD pernah menerima tuntutan serupa dari Forum Betawi Rempug (FBR) pada akhir bulan lalu. 
Keenam fraksi tersebut yakni Golkar, Gerindra, PPP, Demokrat-PAN dan PKS atau yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih. 
Sedangkan PDI-P saat itu  menyatakan bisa memahami keresahan yang disampaikan FBR dan berjanji akan membahasnya dalam rapat pimpinan DPRD. Namun PDI-P menyatakan menyatakan tidak sejalan dengan tuntutan yang dilayangkan ormas-ormas tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Ketum Persis Solo Sesalkan Sanksi dari Komdis PSSI

Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum Persis Solo F.X Hadi Rudyatmo, menyesalkan langkah Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang terburu-buru menjatuhkan sanksi terhadap Persis Solo, menyusul adanya kerusuhan suporter di Stadion Manahan Solo pada Rabu (22/10).

“Saya menyesalkan Komdis PSSI yang terburu-buru memutuskan sanksi, tanpa melakukan penyelidikan atau identifikasi persoalan di lapangan. Ini, arahnya dinilai sudah politis,” kata Hadi Rudyatmo di Solo, Jumat (24/10).

Bahkan, kata Rudyatmo, PSSI menjatuhkan sanksi kepada Persis Solo tanpa melalui sidang komisi disiplin.

Menurut Rudyatmo, Persis Solo yang dijatuhi hukuman selama enam bulan tidak beraktifitas sepak bola tersebut, tentunya tidak ada lagi latihan bola baik untuk junior maupun senior. Apalagi mengadakan pertandingan sepak bola selama enam bulan itu.

Rudyatmo membenarkan terjadinya kerusuhan tersebut akibat kesalahan suporter pendukung Persis Solo, tetapi PSSI seharusnya melakukan langkah-langkah penyelidikan sebagai awal sebelum menjatuhkan sanksi.

“Kami segera menanyakan ke PSSI pernyataan dasar PSSI dalam mengambil keputusan sanksi itu,” kata Rudyatmo menegaskan.

Menurut Rudyatmo, pihaknya merasa keberatan atas keputusan PSSI, dan segera mengirimkan surat ke Komdis PSSI, terkait alasan dasar untuk memutuskan sanksi tersebut.

Menurut dia, sanksi enam bulan tanpa aktiftas sepak bola akan mematikan olahraga terpopuler di Kota Solo, bagaimana nasib pemain, dan masyarakat pecinta sepak bola.

Selain itu, kata Rudyatmo, pihaknya menilai mental pengurus PSSI dan sejumlah wasit di Indonesia yang kurang baik. Jika wasit di Indonesia masih tetap bertindak tidak profesional jangan harap Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, PSSI bisa masuk ke semifinal.

Kendati demikian, Rudyatmo berharap PSSI melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk mengetahui kondisi atau fakta sebenarnya di lapangan. Suporter memang salah terlalu emosional dan mereka seharusnya dapat menerima apa yang diputuskan wasit.

Namun, PSSI juga harus mengetahui pemicu kerusuhan yang menelan satu korban jiwa tersebut, karena tidak ada kepercayaan kepada wasit yang memimpin pertandingan bertindak tidak adil, katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arema Bebas dari Sanksi Komdis PSSI, Asal …

Jakarta, Aktual.co — Arema Cronus Indonesia, akhirnya bebas dari jerat sanksi Komisi Displin (Komdis) PSSI laga tanpa penonton, ketika menjamu Persela Lamongan di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Jawa Timur, Sabtu (25/10), dengan syarat memenuhi 15 item persyaratan.

“Hasil sidang Komisi Disiplin (Komdis) PSSI di Jakarta Kamis (23/10) diputuskan bahwa Arema boleh menggelar pertandingan yang disaksikan langsung oleh suporter kedua tim, namun Arema harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan,” tegas Media Officer Arema, Sudarmaji, di Malang, Jatim, Jumat (24/10).

Beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi Arema agar laga menjamu Persela tersebut bisa disaksikan penonton atau suporter dari kedua tim, di antaranya adalah manajemen harus memasang spanduk antiflare dan rasisme sebanyak 30 buah yang dipasang di seluruh wilayah Malang raya, menyebarkan selebaran antiflare sebanyak 5000 buah di Stadion Kanjuruhan saat laga kandang (home) Arema dan memasang spanduk serta “giant flag” di dalam stadion saat digelar pertandingan.

Selain itu, lanjutnya, manajemen harus melakukan sosialisasi dan dialog di media radio maupun televisi lokal serta bertatap muka dengan Aremania secara regular di Kantor Arema, minimal satu bulan sekali, memasang iklan sosialisasi dan pernyataan sikap melawan flare dan rasisme di media cetak lokal, sosialisasi secara masif di berbagai media yang dikelola klub seperti Aremagazine, Aremafc.com,dan media sosial yang dikelola Arema.

Persyaratan lainnya adalah pemain Arema akan menggunakan kaos antiflare dan rasisme saat sebelum kick off pada pertandingan resmi Arema, membentuk petugas steward berjumlah 15 orang yang ditugaskan di setiap pertandingan untuk meredam gerak gerik dan perilaku suporter jika akan melakukan nyanyian rasis dengan melakukan pendekatan secara persuasif.

Menurut Sudarmaji, persyaratan lainnya adalah melarang keras suporter menggunakan kaos atau atribut yang bertuliskan atau menggambarkan obyek yang identik rasis dan petugas akan memaksa mencopotnya, melakukan pemeriksaan secara ketat kepada setiap penonton yang masuk, termasuk bawaan makanan dan minuman yang di bawa ke stadion serta melakukan penyisiran tribun, termasuk penggeledahan stik bendera dan spanduk yang dipasang di sentelban sebelum pertandingan, sebab terindikasi adanya modus menyembunyikan flare di dalam stik bendera atau kain spanduk.

“Kami akan taati dan penuhi semua persyaratan yang diputuskan dalam sidang Komdis PSSI kemarin (Kamis, 23/10). Dan, pertandingan besok suporter ARema (Aremania) maupun suporter Persela bisa menyaksikan langsung peratndingan tersebut di stadion,” ujarnya.

Komdis PSSI menjatuhkan sanksi pada Arema berupa pertandingan tanpa penonton saat melawan Persela, akibat adanya flare yang menyala di Stadion Kanjuruhan ketika menghadapi Persipura Jayapura, Minggu (12/10).

Artikel ini ditulis oleh:

Sering Terjadi Bentrok Suporter, PT LI Dinilai Kurang Perhatian

Jakarta, Aktual.co — Sepanjang digelarnya babak delapan besar kompetisi profesional di Indonesia, baik Indonesia Super League (ISL) maupun Divisi Utama (DU), banyak sekali terjadi kerusuhan antar suporter fanatik dari masing-masing klub yang bertanding.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum The Jakmania, Lariko Ranggamone, mengatakan bahwa banyak kejadian tersebut disinyalir karena kurangnya perhatian dari PT Liga Indonesia (PT LI), sebagai operator kompetisi sepakbola di Indonesia.

Dikatakan Lariko, The Jakmania berharap PT LI memberikan wadah untuk para suporter agar dapat bertemu satu dengan lainnya, dengan didampingi oleh PT LI, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI dan pihak kepolisian.

Pertemuan ini, kata Lariko, guna membicarakan kemajuan sepakbola Indonesia yang lebih baik tanpa ada perbedaaan dan perselisihan.

“Menurut saya PT. LI harus memberikan ruang bagi suporter baik dari klub ISL maupun DU. Setidaknya ada waktu tersendiri untuk bertemu dengan pihak-pihak terkait sepakbola di Indonesia. Tidak usah berbicara aib atau kesalahan-kesalahan, kita berbicara ke depan untuk kemajuan sepakbola Indonesia,” harap Lariko ketika dihubungi Aktual.co, Jumat (24/10).

Diungkapkan Lariko, paguyuban antar suporter sebenarnya sempat dibangun pada 2007 lalu, namun kendala pendanaan menjadikan perkumpulan tersebut vakum sampai sekarang.

“Dulu kita sering ngumpul dengan rekan-rekan suporter lain. Kita tidak bisa jalan sendiri, karena kendala mendasar, jadi tidak berjalan lagi. Oleh karena itu, kami meminta PT LI untuk mengakomodasinya. Banyak hal positif jika PT LI yang mengadakan pertemuan tersebut,” ungkapnya.

Seperti diketahui, salah satu yang harus benar-benar diperhatikan PT LI dan PSSI, dalam hal ini Komdis PSSI adalah, aksi brutal suporter PSS Sleman beberapa waktu lalu yang sampai memakan korban jiwa.

Kejadian-kejadian seperti itu makin marak terjadi dikancah pesepakbolaan di negeri kita ini.

Artikel ini ditulis oleh:

WHO Kirim Ahli Ebola ke Mali

Jakarta, Aktual.co — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat mengirimkan lebih banyak tenaga ahli untuk membantu Mali memerangi Ebola, sehari setelah kasus pertama penyakit itu dikonfirmasikan di negara tersebut.
Otoritas Mali mengatakan, Kamis, seorang gadis cilik umur dua tahun yang telah berkunjung ke negara tetangga Guinea terinfeksi Ebola, sehingga menjadikan Mali negara keenam di Afrika Barat yang terkena wabah demam hemoragik paling buruk dalam sejarah dan telah menewaskan hampir 4.900 orang itu.
Tim WHO yang terdiri atas tiga pakar sudah berada di Mali mengevaluasi kesiapannya, dan setidaknya empat tenaga ahli lagi akan tiba di negara itu dalam beberapa hari ke depan, kata jurubicara WHO Fadela Chaib.
“Tim ini dibentuk pagi tadi dan akan menuju Mali secepat mungkin,” kata Chaib.
“Otoritas Mali memantau 43 orang yang sudah melakukan kontak dengan gadis tersebut, termasuk 10 orang pekerja kesehatan,” katanya.
“Ia bepergian dengan neneknya di Guinea dan kembali ke Mali. Kami tidak mempunyai seluruh rincian mengenai perjalanan mereka ini,” imbuh Chaib.
Anak perempuan yang jatuh sakit di kota Kayes, Mali barat pada 20 Oktober itu pergi ke dokter dan dibawa ke rumah sakit hari berikutnya serta dirawat disana, kata Chaib.
“Ia bertemu seorang pekerja kesehatan pada 20 Oktober saat ia mengalami demam hingga 39 derajat celsius, darah pada kotorannya, batuk dan mimisan. Mereka menduga ia terkena malaria atau tifoid dan dirujuk ke rumah sakit pada 21 Oktober,” katanya.
Beberapa jam sebelum otoritas Mali menginformasikan kepada WHO mengenai kasus ini, Asisten Direktur Jendral WHO Keiji Fukuda mengatakan badan tersebut memiliki “keyakinan yang beralasan” bahwa Ebola tidak menyebar ke negara-negara di sekitar Guinea, Liberia dan Sierra Leone yang paling parah terkena wabah itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain