24 Desember 2025
Beranda blog Halaman 70

Air yang Menelan Negeri: Kisah Bencana yang Menguji Solidaritas Sumatera

Warga mengamati sampah kayu gelondongan pascabanjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). ANTARA FOTO/Yudi Manar/agr/am.
Warga mengamati sampah kayu gelondongan pascabanjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). ANTARA FOTO/Yudi Manar/agr/am.

Jakarta, Aktual.com – Air, yang selama ini identik dengan kehidupan, berubah menjadi kekuatan yang memutus kehidupan. Dalam hitungan jam, limpahan itu menyapu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Banjir tersebut membawa gelondongan kayu, seng berkarat, rumah-rumah, dan mimpi yang tak sempat terselamatkan.

Di bawah derasnya arus, jembatan runtuh, listrik padam, dan komunikasi terputus. Warga berlarian mencari perlindungan, merenggut apa yang masih bisa diselamatkan. November, yang biasanya menyimpan rasa hangat menjelang pergantian tahun, berubah menjadi bulan yang penuh duka.

Dalam kekacauan itu, terngiang lagu Sherina Munaf, “Indonesia Menangis.”
Bukan sekadar lirik, melainkan gambaran nyata dimana alam yang dilukai, dan luka itu akhirnya kembali menghantam manusia.

Namun air mata saja tak cukup. Di tengah kehancuran, yang dibutuhkan adalah tangan-tangan yang bekerja, hati-hati yang tulus, dan keberanian untuk menolong sesama.

Ribuan Jiwa Mengungsi, Ribuan Luka Menunggu Perhatian

Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 847 ribu pengungsi, dengan Aceh menanggung beban terbesar. Jembatan yang dulu menghubungkan kehidupan, kini tinggal nama. Ketiadaan listrik memperburuk kondisi. 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terganggu operasionalnya.

Di tengah kekurangan itu, penyakit bermunculan: demam, batuk, diare, hingga ISPA yang paling banyak menyerang anak-anak. Setiap napas yang tersengal menjadi pengingat betapa rapuhnya kehidupan di tengah bencana.

Negeri Bergerak: Dokter, Relawan, dan Bantuan Mengalir

Respons pemerintah tak menunggu lama. Obat-obatan dikirim, alat kesehatan dipenuhi, dan kerja sama dengan Pertamina memastikan listrik tetap menyala bagi fasilitas vital seperti bank darah.

Presiden Prabowo Subianto memerintahkan dokter magang turun langsung ke lapangan. Kemenkes merespons, mengirim para magang dan spesialis, dibantu Kemenhan untuk membimbing para tenaga muda itu.

Komunikasi yang sempat terganggu dipastikan kembali normal berkat Starlink. Penyedia layanan itu bahkan membebaskan biaya, menepis kabar adanya pungutan liar.

Di sisi lain, solidaritas tumbuh dari berbagai arah. NTT menyumbang Rp1,5 miliar, sebuah tanda bahwa rasa kemanusiaan tidak mengenal batas wilayah.

Palang Merah Indonesia mengirim 1.070 kantong darah, satu demi satu, untuk mereka yang membutuhkan—ibu yang kehilangan banyak darah, korban luka berat, dan pasien yang harus menjalani operasi.

Aset Negara Dikerahkan, Jalan dan Jembatan Disiapkan Kembali

Kementerian, lembaga, TNI, dan Polri bekerja tanpa jeda. Evakuasi, pemulihan, dan penilaian kerusakan dilakukan bersamaan. Menko PMK Pratikno menyebut percepatan rekonstruksi akan menjadi fokus: jalan, jembatan, jaringan listrik—semua harus bangkit kembali agar kehidupan kembali normal.

Mencari Akar Luka: Audit lingkungan diminta

Namun bencana tidak pernah berdiri tanpa sebab. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta penghentian sementara aktivitas perusahaan di DAS Batang Toru, termasuk sawit, tambang, dan pembangkit listrik.

Inspeksi udara dan darat menunjukkan bahwa kerusakan alam mungkin diperburuk aktivitas manusia. Audit lingkungan pun dilakukan, bukan sekadar mencari siapa yang salah, tetapi mencari cara agar bencana tidak kembali.

Di Tengah Luka, Solidaritas Menjadi Penopang

Air telah menelan banyak hal seperti rumah, jalan, dan rasa aman. Namun yang tersisa adalah sesuatu yang tak dapat hilang yakni solidaritas.

Di setiap sudut bencana, ada tangan yang menolong, doa yang dipanjatkan, dan harapan yang tetap bertahan. Karena di negeri yang diuji seperti ini, kekuatan terbesar bukan sekadar infrastruktur, melainkan manusia-manusia yang tak berhenti memberi.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Bupati Aceh Diperiksa di Inpektorat Aceh

Banda Aceh, aktual.com – Bupati Aceh Selatan Mirwan MS dijadwalkan diperiksa di Kantor Inspektorat Aceh, Senin (8/12) namun hingga pukul 18.56 WIB orang nomor satu di Aceh Selatan itu belum terlihat di kantor tersebut.

“Info terakhir yang kami terima, Bupati Aceh Selatan diperiksa di Kantor Inspektorat Aceh oleh Itjen Kemendagri,” kata Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA di Banda Aceh, Senin (9/12).

Ia menjelaskan, dirinya hingga saat ini belum menerima informasi terbaru terkait pemeriksaan Bupati Aceh Selatan yang melaksanakan ibadah umrah di saat penanganan bencana banjir.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Mirwan M.S menyatakan tidak sanggup untuk menangani bencana yang terjadi di wilayahnya, karena terdampak banjir bandang dan longsor yang menimpa tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.

Namun, pada 2 Desember 2025, Mirwan M. S. bersama istri memutuskan berangkat umrah dan menuai kritikan sebab wilayahnya masih terdampak bencana tersebut.

Pada 5 Desember 2025, Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyatakan tidak pernah mengeluarkan izin kepada Mirwan M. S. untuk melaksanakan umrah pada masa tanggap darurat di wilayah itu.

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra juga memberhentikan Mirwan M. S. dari jabatan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra di Aceh Selatan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Bencana, Amanah, dan Tanggung Jawab yang Tak Boleh Ditunda

Jakarta, Aktual.com – Dalam beberapa hari terakhir, publik kembali dikejutkan oleh rangkaian bencana yang terjadi di wilayah Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Barat, hingga Sumatera Utara. Duka mendalam menyelimuti keluarga korban. Banyak yang kehilangan orang tercinta, bahkan ada yang masih dinyatakan hilang. Rumah dan harta benda pun tak dapat diselamatkan.

Setiap bencana mengingatkan kita bahwa manusia, sekuat apa pun upayanya, tidak pernah benar-benar menguasai alam. Kita hanyalah hamba yang hidup dalam ketetapan dan kekuasaan Allah SWT. Namun musibah bukan sekadar fenomena geologis atau meteorologis; ia sekaligus menjadi cermin sosial, moral, dan spiritual bagi umat maupun para pemimpinnya.

Allah SWT berfirman:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ ۝٣٠

“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian, maka itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri; dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura: 30)

Ayat ini mengingatkan bahwa musibah bukan hanya daftar kerusakan dan angka korban. Ia adalah ujian integritas, ujian atas akuntabilitas sistem, serta ujian bagi siapa pun yang memegang amanah publik.

Negeri Bergerak Cepat — Tetapi Siapa yang Seharusnya Tercepat? 

Hampir di setiap bencana, pola yang berulang tetap terlihat: masyarakat selalu bergerak paling awal. Relawan datang dengan kendaraan seadanya. Anak-anak muda memikul logistik tanpa komando resmi. Warga saling menolong sebelum koordinasi formal terbentuk.

Fenomena ini menjadi kebanggaan sekaligus menyisakan pertanyaan yang tidak boleh dihindari: mengapa spontanitas warga kerap lebih cepat daripada instruksi struktural?

Pertanyaan itu bukan bentuk perlawanan, tetapi refleksi. Kritik adalah bagian dari ikhtiar menjaga amanah, bukan upaya meruntuhkan wibawa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sabda tersebut tidak memberi ruang bagi kelambanan ketika nyawa menjadi taruhannya.

Amanah Bukan Retorika, tetapi Tindakan 

Pemerintah tentu memiliki keterbatasan. Namun keterbatasan tidak pernah dapat dijadikan alasan untuk menunda keputusan darurat. Birokrasi bukan alasan untuk memperlambat penyaluran bantuan. Dalam konteks kebencanaan, waktu bukan sekadar angka, waktu adalah nyawa. Setiap menit yang hilang adalah bagian dari amanah yang terabaikan.

Allah SWT menegaskan:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ

“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)

Amanah penyelamatan warga adalah tanggung jawab moral dan spiritual, bukan sekadar prosedur teknis pemerintahan.

Kritik Berwajah Doa

Redaksi memandang bahwa kritik masyarakat terhadap pemerintah dalam situasi bencana tidak boleh dipahami sebagai ancaman terhadap stabilitas, tetapi sebagai pengingat moral. Kritisisme yang lahir dari empati adalah bagian dari tradisi demokrasi sekaligus nilai dalam Islam: saling menasihati dalam kebenaran.

Namun kritik tersebut harus disertai doa dan itikad baik. Karena tujuan kritik bukan menjatuhkan, melainkan memperbaiki. Negara yang kuat bukan negara yang steril dari kritik, tetapi negara yang mau mendengarkan kritik.

Untuk pemerintah agar mempercepat kebijakan tanggap darurat di semua level pemerintahan. Memastikan koordinasi lintas lembaga berjalan terpadu, bukan parsial.
Menghilangkan hambatan administratif dalam distribusi bantuan. Menetapkan keselamatan warga sebagai prioritas absolut dalam setiap pengambilan keputusan.

Di tengah ujian yang berat ini, setidaknya kita meminta kepada Sang Pencipta dengan memanjatkan doa:

“Ya Allah, kuatkan saudara-saudara kami yang tertimpa bencana. Bimbing para pemimpin kami agar menjalankan amanah dengan jujur, cepat, dan adil. Lindungilah negeri ini dari bencana dan kelalaian.”

Wallahu’alam Bishowab

(Andy Abdul Hamid)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

KPU Bersiap Hadapi Dominasi Pemilih Gen Z dan Tantangan AI di pemilu 2029

Jakarta, Aktual.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengungkapkan mulai melakukan persiapan Pemilu 2029. KPU memprediksi Pemilu mendatang akan diwarnai dominasi pemilih dari generasi muda 9gen Z) dan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), hal tersebut mengacu pada berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

“Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Sebanyak 204 juta proporsi Gen Z-nya, Gen Z dengan milenial itu 58%. Data BPS dengan pertambahan potensi penduduk, kira-kira di 2029, itu Gen Z dan milenial akan mencapai proporsi 60-70%,” kata Komisioner KPU RI, August Mellaz saatMedia Gathering KPU RI bertema Sinergi Pilar Demokrasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin malam (08/12/2025).

Agust menjelaskan, Gen Z berbeda dengan generasi di Pemilu sebeumnya, dimana generasi ini mempunyai  karakter sendiri, karena tumbuh diera teknologi dan banjir informasi. “Mereka generasi-generasi baru yang tidak lagi terikat dengan model-model kelembagaan konvensional,” jelasnya.

Perubahan karakter pemilih ke arah digital ini membuat KPU harus mengubah cara kerja, agar tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan pemilih. Oleh karena itu salah satunya, concern KPU kedepan adalah mengadapatsi dengan kecerdasan buatan atau AI yang menjadi tantangan demokrasi electoral Pemilu mendatang.

Agust mencontohkan kasus Pemilu di Slovakia pada 2023, ketika video deepfak yang meniru salah satu kandidat nyaris mengguncang hasil pemilu. Bahkan gangguan serupa terus meningkat di Eropa hingga puncaknya pada 2025. Atasa dasar itu dengan mayoritas pemilih digital native, ancaman manipulasi, informasi berbasis AI diperkirakan akan semakin menantang pada Pemilu mendatang.

“Kita sudah tidak bicara lagi teknologi informasi, tetapi sudah bicara artificial intelligence (AI). Perkembangan AI punya potensi sangat serius mengganggu stabilitas demokrasi elektoral negara,” tegasnya.

 

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

DPR Dukung Keputusan Presiden Prabowo Hapus KUR Petani Korban Bencana Sumatera

Jakarta, Aktual.com – Bencana dahsyat yang meluluhlantakkan Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara bukan hanya merenggut lebih dari 800 nyawa, tetapi juga menghancurkan sendi-sendi kehidupan puluhan ribu petani. Di tengah situasi itu, keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani terdampak mendapat dukungan penuh dari DPR sebagai langkah cepat penyelamatan ekonomi rakyat.

“Ada kurang lebih 30.000 hektare sawah yang terdampak, dan 5.000 hektare mengalami gagal panen. Jika ditotal, kerugian pusonya saja mencapai Rp195 miliar,” papar Riyono Caping, Anggota Komisi IV DPR dari F-PKS, Senin (8/12/2025).

Kerusakan yang terjadi tidak hanya menimpa tanaman padi, tetapi juga jagung, kedelai, hingga berbagai komoditas hortikultura lainnya. Kondisi ini disebut membutuhkan pemetaan dan perencanaan ulang terhadap lahan produktif sebagai penyangga pangan di tiga provinsi tersebut.

Data lain yang disampaikan Sekda Sumbar pada 7 Desember 2025 mencatat kerusakan area persawahan meliputi: sawah terdampak 6.749 hektare, lahan terdampak 6.713 hektare, kebun terdampak 1.031 hektare, dan kolam ikan terdampak 10.486 unit.

“Catatan dan kerusakan yang terkena dampak harus dihitung dengan cermat agar betul-betul valid. Kementan dan Pemda harus terus meningkatkan pendataan demi perbaikan dan bantuan untuk para petani ke depan,” tambah Riyono.

Rencana Presiden Prabowo membebaskan KUR bagi petani di Aceh, Sumbar, dan Sumut dinilai sebagai langkah bijak dan penting, baik dalam aspek kemanusiaan maupun untuk meringankan beban ekonomi masyarakat tani.

“Petani harus diringankan bebannya. KUR yang akan dibebaskan oleh Presiden merupakan kebijakan cepat yang membantu para petani kita,” tutup Riyono Caping.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi

BMKG Prakirakan Wilayah Jakarta Akan Diguyur Hujan Sore Hari

Pengendara sepeda motor menerobos hujan di kawasan Senopati, Jakarta,
Pengendara sepeda motor menerobos hujan di kawasan Senopati, Jakarta,

Jakarta, aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebagian besar wilayah DKI Jakarta diguyur hujan pada Selasa sore.

Berdasarkan akun Instagram resmi BMKG @infobmkg pada Selasa (9/12), wilayah Jakarta Barat, Jakarta Jakarta Pusat dan Jakarta Utara diprediksi akan diselimuti awan tebal sejak pukul 07.00 hingga 13.00 WIB.

Hujan diperkirakan mulai turun di wilayah-wilayah tersebut mulai pukul 16.00 hingga 19.00 WIB dan mereda pada 22.00 WIB.

Kemudian, awan tebal juga diprediksi menyelimuti wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mulai pukul 07.00 hingga 13.00 WIB.

Jakarta Selatan diprakirakan mengalami hujan petir pada pukul 16.00 WIB, sementara Jakarta Timur hanya dilanda hujan ringan pada waktu tersebut. Awan tebal kembali menutupi kedua wilayah tersebut mulai pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.

Sementara di Kepulauan Seribu, hujan petir diperkirakan terjadi pada pukul 07.00 WIB dan perlahan berubah menjadi hujan dengan intensitas ringan pada pukul 10.00 WIB.

Selanjutnya, pada siang hari pukul 13.00 hingga malam hari pukul 22.00 WIB, awan tebal diprakirakan menyelimuti wilayah tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain

Berita Lain