23 Desember 2025
Beranda blog Halaman 886

Eddy Soeparno: Premanisme Ormas Ancam Ekonomi, Harus Diberantas!

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno. Aktual/DOK MPR RI

Jakarta, aktual.com – Aksi premanisme organisasi masyarakat (ormas) dinilai turut berkontribusi terhadap kondusifitas iklim investasi di Indonesia. Bahkan, besarnya investor mengambil sikap “wait and see”, karena mereka menunggu tindakan rill pemerintah untuk menindak aksi-aksi premanisme yang meresahkan pelaku usaha.

Bagi Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno, premanisme berkedok ormas ini adalah gangguan serius yang harus diberantas. Apalagi pemerintah memiliki target pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen.

“Target pertumbuhan ekonomi sampai 8 persen membutuhkan iklim investasi yang kondusif. Gangguan premanisme berkedok Ormas atau organisasi lain bukan saja merusak iklim investasi di Indonesia, tapi lebih jauh dari itu merusak reputasi sektor investasi dan industri Indonesia di mata internasional,” tegas Eddy di sela-sela menghadiri Safari Ramadhan Bazaar Tebus Murah PAN di Kota Cirebon, Senin (17/3).

Doktor Ilmu Politik UI ini menegaskan, kerugian terhadap premanisme berkedok investasi ini bukan hanya dari sisi material semata, tapi juga kerugian bagi tenaga kerja yang tidak bisa terserap dari investasi dan industrialisasi.

“Pertama, reputasi iklim investasi Indonesja yang dianggap tidak kondusif ini adalah masalah serius. Jika para investor memutuskan tidak berinvestasi atau bahkan angkat kaki dari Indonesia, kita akan menghadapi gelombang PHK atau kegagalan penyerapan tenaga kerja.”

“Padahal setiap tahun perguruan tinggi meluluskan puluhan ribu tenaga kerja baru yang siap kerja. Premanisme ini menyebabkan tenaga kerja tidak terserap dan pengangguran terdidik meningkat,” lanjutnya.

Kedua, lanjut Eddy, adalah kerugian bagi Indonesia karena perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia memutuskan memindahkan investasinya ke negara lain, karena terganggu premanisme ormas ini.

“Seperti pernyataan Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) bahwa gangguan ormas hampir terjadi di semua kawasan industri di Indonesia, terutama di daerah seperti Bekasi dan Karawang. Bahkan, ada kasus di mana ormas menyegel akses masuk ke pabrik, meskipun aparat keamanan telah melarang demonstrasi di kawasan industri,”

Secara khusus, Waketum PAN ini mendorong lintas kementerian memprioritaskan penyelesaian masalah ini sekaligus berkoordinasi dengan kepolisian untuk menumpas habis premanisme ormas ini.

“Penegakan dan kepastian hukum adalah pertimbangan utama investor sebelum menanamkan modalnya di sebuah negara. Oleh karenanya saya menghimbau aparat penegak hukum untuk bersikap tegas dalam menghadapi praktek premanisme yang mengganggu dunia usaha.”

“Sudah menjadi kewajiban seluruh stakeholder untuk melaksanakan arahan Presiden untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Selama premanisme ormas terhadap investasi masih terjadi, target ini akan sulit tercapai,” tutup Anggota Komisi XII DPR RI ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano

Wamensos Sebut Kopdes Merah Putih Alat Penting Entaskan Kemiskinan

Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo menghadiri Rapat Kordinasi Terbatas Pembentukan Satgas Koperasi Desa Merah Putih di Ruang Rapat Utama Kantor Kemenko Bidang Pangan di Jakarta pada Senin (17/3/2025). ANTARA/HO-Biro Humas Kemensos

Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono mengatakan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih akan menjadi alat atau instrumen penting dalam upaya pengentasan kemiskinan di desa.

Dengan skema koperasi, ia menilai masyarakat akan memiliki akses lebih luas terhadap sumber keuangan di tingkat desa, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan kesejahteraan sosial.

“Jadi hampir mayoritas orang miskin dan miskin ekstrem alamatnya ada di desa. Perintah Bapak Presiden, kemiskinan ekstrem ini di tahun 2026 harus selesai, saya ingin menyampaikan supaya nanti Koperasi Merah Putih tepat sasaran,” ujar Wamensos Agus Jabo dalam pernyataan tertulis di Jakarta pada Senin (17/3).

Berdasarkan Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), ia menyebutkan jumlah masyarakat miskin di Indonesia saat ini mencapai 24 juta orang, dengan 3,17 juta di antaranya tergolong miskin ekstrem.

Dari total tersebut, lanjutnya, sebanyak 39,92 persen penduduk miskin dan 46,26 persen miskin ekstrem bekerja di sektor pertanian informal.

Ia pun mengingatkan pemerintah telah menargetkan kemiskinan ekstrem turun hingga nol persen pada tahun 2026.

Untuk mencapai target tersebut, ia berharap Koperasi Desa Merah Putih dapat menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui model koperasi yang tepat sasaran.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan pendirian Kopdes Merah Putih akan melibatkan musyawarah desa dan mempertimbangkan akses keuangan yang sudah ada di tingkat lokal, seperti Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan koperasi yang telah berdiri. Dia menegaskan, program ini akan segara berjalan.

“Intinya, ini (pendirian Kopdes) harus bisa kita segera realisasikan, selambat-lambatnya 6 bulan,” ujarnya.

Sebagai informasi, program Koperasi Desa Merah Putih menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo. Presiden menargetkan sebanyak 70 ribu koperasi akan hadir untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Koperasi ini juga dirancang untuk mengatasi tantangan ekonomi pedesaan serta melindungi masyarakat dari praktek tengkulak dan rentenir yang merugikan.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan

Wamendagri Minta Pemda Akselerasi PKG dan Program 3 Juta Rumah

Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto di Gedung Sasana Bhakti Praja Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (17/3/2025). (ANTARA/HO-Puspen Kementerian Dalam Negeri)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mengakselerasi program prioritas nasional, yaitu Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) dan implementasi 3 juta rumah yang membutuhkan dukungan penuh dari seluruh kepala daerah.

Hal ini disampaikan Bima pada Rapat Koordinasi (Rakor) Penyelenggara Pemerintahan Daerah yang dirangkaikan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Sinergi Tugas dan Fungsi di Bidang Agraria/Pertanahan, Tata Ruang, Pemerintahan Dalam Negeri, Kehutanan, Transmigrasi dan Informasi Geospasial, serta Pemeriksaan Kesehatan Gratis dan Implementasi Program Tiga Juta Rumah.

Rakor digelar secara hybrid dari Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Senin (17/3).

Bima menegaskan keberhasilan PKG di daerah sangat bergantung pada beberapa faktor utama. Pertama, instruksi kepala daerah yang jelas agar seluruh jajaran pemda bergerak serentak.

Kedua, penyediaan data akurat oleh pimpinan wilayah, termasuk kepala desa dan lurah. Ketiga, alokasi anggaran yang memadai.

“Ada anggaran yang bisa diakses, dialokasikan, baik BOK (bantuan operasional kesehatan), atau DAK (dana alokasi khusus) fisik dan non-fisik,” kata Bima dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan PKG merupakan program unggulan Presiden Prabowo Subianto yang diluncurkan 10 Februari lalu dan ditargetkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

PKG mencakup semua kelompok usia, mulai dari bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia.

Dia menyebut ada dua mekanisme utama dalam pelaksanaan PKG yang tengah dilakukan.

“Nah, untuk yang sekarang kita jalankan dalam dua model. Model [PKG] yang pertama itu pada saat [seseorang] ulang tahun, dilakukan di puskesmas. Model yang kedua untuk anak-anak usia sekolah dilakukan pada saat ajaran baru di 230-an ribu sekolah,” ujar Budi.

Agar program ini berjalan efektif, dia meminta kepala daerah untuk memberikan arahan PKG kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dan melibatkan kepala desa dan kader Posyandu.

Selain itu, kepala daerah juga perlu menyosialisasikan secara masif kepada masyarakat.

Dia mengingatkan pepatah, lebih baik mencegah penyakit daripada mengobati.

“Jangan tunggu sampai sakit baru diobatin. Tugasnya Menteri Kesehatan, kepala daerah, Dinas Kesehatan, menjaga masyarakatnya sehat. Bukan hanya mengobati saat mereka sakit, kalau bisa dicegah jangan sampai sakit,” ungkapnya.

Selain PKG, pemda juga didorong untuk mempercepat realisasi pembangunan 3 juta rumah. Bima menekankan dalam pelaksanaannya, pemda perlu mengidentifikasi dan memetakan ketersediaan lahan untuk pembangunan rumah.

Kemudian, pemda perlu mengalokasikan anggaran, baik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun memanfaatkan skema Corporate Social Responsibility (CSR).

“[Dalam hal] pengawasan, [pemda] memastikan kualitas pembangunan dan juga semuanya harus sejalan dengan RTRW atau RDTR,” tegas dia.

Di sisi lain, Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Perkotaan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Sri Haryati menambahkan program 3 juta rumah dalam satu tahun merupakan bagian dari misi Astacita Presiden dan Wakil Presiden.

Keberhasilan program ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional, pendapatan asli daerah (PAD), serta pertumbuhan di berbagai sektor lainnya.

Ia menyebutkan Kementerian PKP menargetkan pembangunan dan renovasi 3 juta unit rumah, yang terdiri dari 1 juta rumah perkotaan, 1 juta rumah perdesaan, dan 1 juta rumah di kawasan pesisir.

Untuk mempercepat implementasi, pemerintah telah menghapus berbagai beban biaya bagi MBR, termasuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), serta Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

“Kita mempunyai banyak kemudahan, tentu ini juga tidak lepas dari dukungan luar biasa dari Bapak Mendagri yang mendorong kita semua, sehingga dari bayar menjadi gratis untuk biaya BPHTB, juga retribusi PBG, dan juga PPN DTP,” pungkas Sri.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan

Mendag: Ekspor Ditingkatkan untuk Pertahankan Surplus Perdagangan

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menjawab pertanyaan awal media seusai menghadiri kegiatan Sampoerna untuk Indonesia, di Jakarta, Senin (17/3/2025). ANTARA/Harianto/aa.

Jakarta, Aktual.com – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan Indonesia akan terus meningkatkan ekspor untuk menjaga surplus perdagangan yang sudah 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Hal ini disampaikan Mendag Budi di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (17/3), menanggapi surplus neraca perdagangan Indonesia yang mencapai 3,12 miliar dolar AS pada Februari 2025.

“Kita lakukan upaya supaya ekspor kita terus meningkat ya,” ujar Budi.

Budi menyampaikan salah satu cara untuk meningkatkan ekspor adalah dengan melakukan pitching atau pengenalan produk dan business matching atau penjajakan bisnis dengan calon pembeli dari luar negeri.

Menurut Budi, dua kegiatan bisnis tersebut penting dilakukan agar ketika mengikuti pameran perdagangan di luar negeri, tidak perlu lagi mencari-cari calon pembeli.

Lebih lanjut, Indonesia memiliki perwakilan perdagangan di 33 negara. Setiap bulannya, Kementerian Perdagangan melakukan lebih dari 30 kali pertemuan bisnis, untuk mengenalkan produk-produk UMKM Indonesia kepada 33 negara tersebut.

“Jangan sampai datang ke sana baru ketemu buyer, jadi sebelum ke sana itu, udah kita carikan buyer. Sampai September nanti kita bisa business matching berkali-kali, jadi ketemu di sana, mudah-mudahan buyer-nya tinggal tanda tangan kontrak,” kata Budi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia surplus 3,12 miliar dolar AS atau turun sebesar 0,38 miliar dolar AS secara bulanan.

“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Amalia menjelaskan surplus pada Februari 2025 lebih ditopang pada surplus pada komoditas non migas yang sebesar 4,84 miliar dolar AS, yang terdiri dari lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit 1,72 miliar dolar AS yang berasal dari hasil minyak maupun minyak mentah.

Selanjutnya, tiga negara penyumbang surplus adalah Amerika Serikat sebesar 1,57 miliar dolar AS, India 1,27 miliar dolar AS, dan Filipina 0,75 miliar dolar AS.

Sementara itu, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, tiga terbesarnya adalah Tiongkok sebesar 1,76 miliar dolar AS, Australia 0,43 miliar dolar AS, dan Brazil 0,17 miliar dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan

Wamendagri: Daerah Perlu Percepat Penyelesaian RTRW-RDTR

Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (17/3/2025). (ANTARA/HO-Puspen Kementerian Dalam Negeri)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk mendorong kepala daerah baik gubernur, bupati, dan wali kota untuk mempercepat penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Hal ini disampaikan Ribka dalam keterangannya usai menghadiri Rapat Koordinasi Penyelenggara Pemerintahan Daerah yang dirangkaikan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Sinergi Tugas dan Fungsi di Bidang Agraria/Pertanahan, Tata Ruang, Pemerintahan Dalam Negeri, Kehutanan, Transmigrasi dan Informasi Geospasial, serta Pemeriksaan Kesehatan Gratis, dan Implementasi Program 3 Juta Rumah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin (17/3).

“Penandatanganan nota kesepahaman tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang digelar pada Rabu (5/2) lalu di Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN),” kata Ribka dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Pada pertemuan itu, dibahas mengenai penguatan integrasi data pertanahan melalui program Integrated Land Administration and Spatial Planning Project (ILASP). Program tersebut mencakup Kebijakan Satu Peta atau One Map Policy, pembuatan RTRW, RDTR, survei dan pemetaan tanah, dukungan IT, serta berbagai aspek teknis lainnya.

“Jadi tugas Kementerian Dalam Negeri adalah mendorong para gubernur, kabupaten/kota, dan juga bupati dan wali kota untuk melakukan percepatan-percepatan terkait dengan penyiapan RTRW. Sebagaimana tadi ada beberapa provinsi yang baru menyelesaikan, yang lainnya sebagian besar belum menyelesaikan,” ujarnya.

Menurutnya, penyelesaian tersebut penting untuk memperkuat program satu data. Dirinya menekankan saat ini pemerintah terus berupaya mendorong percepatan penyelesaian tersebut.

Dia berharap sinergisitas pemerintah pusat dan daerah akan mampu mengoptimalkan program tersebut. “Mudah-mudahan program ini bisa terselesaikan dengan segera,” jelas Ribka.

Sebagai informasi, penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian, Menteri ATR/Kepala BPN Nusron Wahid, Menteri Transmigrasi M. Iftitah S. Suryanagara, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh. Aris Marfai, dan Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Mahfudz. Penandatanganan itu untuk memperkuat sinergi penyelesaian RTRW dan RDTR.

Dalam sambutannya, Tito menjelaskan kepastian RTRW dan RDTR sangat penting, baik bagi pemerintah maupun pelaku usaha. Sejumlah persoalan tata ruang yang belum terselesaikan dinilai akan menghambat investasi dan perencanaan pembangunan daerah.

Berdasarkan data yang dimilikinya, Mendagri menyebut dari 38 provinsi di Indonesia, saat ini terdapat 19 provinsi yang telah menyelesaikan Peraturan Daerah (Perda) RTRW. Kemudian 7 provinsi sedang dalam proses peninjauan kembali/revisi, 4 provinsi menunggu persetujuan substansial, dan 1 provinsi dalam tahap evaluasi di Kemendagri.

Selain itu, ada 3 provinsi dalam proses penetapan dan pengundangan, dan 4 provinsi belum memiliki Perda RTRW yakni di Daerah Otonom Baru (DOB).

“Saya mohon dengan segala hormat [RTRW dan RDTR ini diselesaikan], karena ini sudah dua tahun, DOB ini berlaku, sekarang sudah selesai, ada pelantikan pejabat-pejabat barunya,” pungkas Tito.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan

Menteri ATR Tegaskan Tanah di Badan dan Sempadan Sungai Merupakan Tanah Negara

Ilustrasi - Seorang warga berjalan di bibir Sungai Cimanuk, Paminggir Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. (ANTARA/Feri Purnama)

Jakarta, Aktual.com – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid menegaskan tanah di badan dan sempadan sungai merupakan tanah negara.

“Sempadan dan badan sungai itu adalah tanah negara,” ujar Nusron Wahid di Jakarta, Senin (17/3).

Tanah negara ini dimiliki oleh otoritas sungai, dan otoritas sungai bisa dikelola oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai atau BBWS, Perum Jasa Tirta, ataupun Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Barat.

“Karena itu Gubernur Jawa Barat terhadap hal ini sudah berkomitmen akan memfasilitasi pembiayaan sertifikasinya atas nama masing-masing,” kata Nusron.

Kementerian ATR nantinya akan menerbitkan sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) untuk sungai yang berada di bawah BBWS atas nama Kementerian PU, kemudian sungai di bawah pengelolaan Perum Jasa Tirta atas nama Perum Jasa Tirta, dan sungai yang berada di bawah PSDA Jawa Barat atas nama Pemerintah Provinsi.

“Sehingga kalau nanti suatu hari ada orang lagi yang menduduki tempat tersebut tidak bisa lagi mensertifikatkan dan tidak boleh menduduki tanah tersebut, karena sudah ada pemiliknya dan sudah ada alasan,” kata Nusron.

Sebagai informasi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bersama Menteri ATR/BPN Nusron Wahid yang membahas soal pengaturan tanah di daerah aliran sungai menghasilkan keputusan sempadan atau bantaran sungai di Jabar akan diklaim oleh negara.

Dedi menyebutkan bahwa kementerian juga berkomitmen menerbitkan sertifikat sempadan sungai yang nanti akan dipegang balai besar sungai wilayah. Sehingga, tidak ada lagi perorangan atau perusahaan yang mengklaim dan mengurus sertifikat.

Sementara Menteri ATR/BPN Nusron Wahid menjelaskan tanah di sempadan sungai jika belum diterbitkan sertifikatnya akan ditetapkan menjadi tanah milik negara dengan pengelolanya yaitu Balai Besar Sungai Wilayah (BBWS) setempat.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan

Berita Lain