Jakarta, Aktual.com — Penyakit jantung tentu menjadi masalah serius tak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia. Penyakit ini diperkirakan masih akan menduduki peringkat teratas penyebab kematian hingga tahun 2020. Hal tersebut dinyatakan oleh WHO. Bahkan, hasil dari survei kesehatan nasional menunjukan bahwa 3 dari 1000 (atau 4 persen) penduduk Indonesia menderita jantung koroner.

Dr. Antono Sutandar, SpJP, selaku Vice Chairmant Siloam Heart Institue (SHI) menjelaskan, apa yang dimaksud dengan jantung koroner.

“Penyakit jantung koroner terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah koroner jantung yang berfungsi mendistribusikan darah dan oksigen ke otot jantung,” terang Dr. Antono dalam media gathering, di Siloam Hospital Kebun Jeruk, Jakarta baru-baru ini.

Kemudian, dokter Antono menceritakan bahwa banyak pasien dengan penyakit jantung koroner yang tidak mengetahui bahwa mereka mederita penyakit koroner, sehingga datang kepada tim medis dalam keadaan kondisi yang buruk.

“Sebagian besar penderita penyakit jantung koroner sudah terlambat datang ke dokter, bahkan penderita penyakit jantung koroner yang akan menjalani operasi jantung ‘by pass’ jantung koroner tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit jantung koroner dan mengalami serangan jantung sebelumnya,” ungkap dokter Antono.

Antono menambahkan, jika penderita memerlukan berbagai investigasi dan penanganan yang komperhensif untuk mendeteksi permasalahan kardiovaskular.

Masih dari dokter Antono, bahwa saat ini Departemen Kardiologi SHI yang terdiri dari tim dokter multidisiplin dan berbagai sub-spesialis jantung menyediakan berbagai layanan yang luas dalam mediagnosa dan pengelolaan penyakit jantung untuk merawat semua jenis penyakit jantung.

“Kardiologi intervensional SHI, melibatkan perawatan pasien dengan penyakit katup jantung atau penyakit jantung koroner arteri. Program kardiologi intervensional didukung oleh satu laboratorium kateterisasi yang dilengkapi dengan teknologi terkini dan fitur canggih ‘biplane’ dan ‘monoplane flat detectors’ untuk mengurangi paparan radiasi ke pasien,” tegas ia.

“Laboratorium kateterisasi SHI beroperasi 24 jam sehingga dapat memastikan pasien yang sedang mengalami serangan jantung kapan pun dapat menerima ‘acute angioplasty’ untuk menangani arteri yang tersumbat. Penelitian menunjukkan bahwa metode perawatan ini berujung pada hasil klinis yang lebih baik untuk pasien dibandingkan pemberian obat-obatan untuk menangani gumpalan darah,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: