Maksudnya, jika saja dia bukan Wagubnya Jokowi dan UU tidak menentukan demikian, dipastikan Ahok tidak menjadi Gubernur DKI.
Paling banter 18 Persen
Jadi, bagaimana kita membaca angka 42 persen yang diraih pasangan Basuki-Djarot ini? Buat banyak kalangan, ini adalah angka palsu! Publik yakin, paling banter mereka hanya mampu meraup suara 15-18 persen saja.
Sisanya adalah tambahan angka hasil akrobat dan pat-gulipat serta kecurangan yang sangat massif, sistematis, dan terstruktur. Teman-teman saya yang terjun ke lapangan punya kalkulasi angka begini. Pendukung riil Ahok sebagian besar adalah kalangan Cina Kristen. Lebih dari 95 persen kelompok ini menyumbangkan suaranya ke Ahok.
Jadi, berhentilah menuduh pihak lawan menjadikan isu politik identitas sebagai senjata pamungkas. Justru faktanya, pasangan Badja yang mempraktikkan dan menjadikan isu SARA sebagai pendulang simpati dan motivasi.
Kontributor suara lainnya adalah kelompok Cina Buddha yang berprofesi sebagai pedagang. Mereka berharap kalau Ahok menang, kelak sang Gubernur bakal memberi angin lebih segar bagi kelancaran bisnisnya.
Sementara kelompok Cina Kong Hu Cu justru sebaliknya. Mereka menghendaki Cagub dari etnis ini kalah. Alasannya sederhana saja. Kelakuan Ahok yang banyak menyakiti hati penduduk mayoritas, menjadi kayu bakar penyulut kerusuhan besar jika dia menang.
Artikel ini ditulis oleh: