Sekali lagi, jumlah ini tidak termasuk uang yang dibagikan saat pencoblosan, baik pada putaran pertama maupun ke kedua. Para relawan di lapangan menemukan uang sogok itu nilainya mulai Rp700.000 hingga Rp4 juta rupiah per suara. Bukan main!

Juga jangan lupa, kerja ekstra keras PDIP yang dengan terang-terangan menggerakkan seluruh mesin partainya. Tidak tanggung-tanggung, partai berlambang banteng gemuk bermoncong putih ini bahkan menurunkan para bupati dan walikotanya untuk terjun langsung ke kelurahan dan atau kecamatan yang dinilai rawan.

Elan sejenis, walau tidak semilitan PDIP, juga datang dari partai-partai pendukung lain. Mereka adalah Nasdem, Golkar, PKB, PPP serta Hanura. Konon, Ketum PDIP Megawati Sukarnoputri sempat marah besar karena menilai partai-partai pendukung itu tidak all out memenangkan jagoannya.

Eit, hampir lupa. Ada satu kelompok lagi yang punya peran amat besar dalam peraihan suara pasangan Badja. Yaitu, negara.

Ini bukan mengada-ada. Siapa pun yang waras akalnya dan sehat nuraninya akan dengan amat gampang melihat keterlibatan negara dalam memenangkan Ahok.

Demikian gamblangnya cawe-cawe aparat sebagai tim sukses, hingga tokoh seperti Hariman Siregar menyebut Pilkada DKI 2017 sebagai Pilkada yang paling memalukan. Bahkan mantan Komisioner KPU Chusnul Mar’iyah menulis surat terbuka kepada Presiden Jokowi, dengan mengatakan Pilkada DKI 2014 adalah Pilkada Brutal.

Artikel ini ditulis oleh: