Jakarta, Aktual.com — Melanjutkan pemberitaan Aktual.com sebelumnya, Ustad Ilham menegaskan dalam Khutbah Jumat-nya di Masjid Jami An Nur Cibubur, bahwa setiap anugerah juga sebenarnya selalu mengandung ujian bagi manusia untuk semakin mengintensifkan segala potensi kita demi mengupayakan keridhoan Allah SWT.
Sejarah seputar peristiwa Isra Mi’raj menjadi pelajaran berharga, bagaimana kesusahan dan kesedihan tergantikan dengan sebuah pesan (berupa salat lima waktu, red) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينََ
Artinya, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah SWT adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu menciptakan langit dan bumi, di antaranya (terdapat) empat bulan haram. Itulah agama yang lurus. Maka janganlah kamu menganiaya diri dalam bulan-bulan tersebut, dan perangilah kaum musyrikin sebagaimana mereka pun memerangi kamu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(At-Taubah : 36).
Tafsir Ath-Thabari menyebutkan, bahwa keempat bulan haram yang dimaksud adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Karenanya, mereka tidak mengenal peperangan yang terjadi di bulan-bulan tersebut.
Orang-orang tidak diperkenankan menganiaya dan berkelahi di antaranya pada bulan-bulan ini. Jika di antara mereka terjadi perselisihan, maka biasanya ditangguhkan hingga bulan-bulan tersebut telah lewat. Pembalasan dendam di antara anggota-anggota keluarga yang terluka dan terbunuh juga menunggu bulan-bulan ini berlalu. Masyarakat Jahiliyah pun mengikuti peraturan ini. Lalu apakah kita sebagai umat Muhammad tidak ingin memuliakan bulan ini?
Marilah kita belajar kepada sejarah. Sungguh di bulan Rajab ini terdapat sebuah i’tibar (cerminan) yang sangat nyata untuk kita teladani bersama. Bila mau bercermin kepada sejarah, maka senyatanya umat Islam akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga di bulan Rajab. Pelajaran tentang ketabahan dan keyakinan kepada balasan Allah Yang Maha Bijaksana.
Pada tahun kedelapan dari Kenabian, Rasulullah SAW mendapatkan beberapa cobaan yang teramat berat baginya dan bagi para pengikutnya. Ujian itu adalah embargo kaum Kafir Quraisy dan sekutunya terhadap umat Islam. Aksi embargo ini masih dijalankan meskipun waktu telah memasuki bulan Haram. Artinya Nabi beserta para sahabatnya tetap merasakan penganiayaan dan kezaliman dari mereka yang biasanya menghentikan segala aktivitas permusuhan terhadap lawan-lawannya.
Setelah delapan tahun mendakwahkan agama Allah SWT kepeda kaumnya dengan didampingi dan dilindungi oleh dua orang kuat suku Qurays, yakni pamannya dan istrinya, maka pada tahun ini Rasulullah SAW harus rela ketika keduanya dipanggil menghadap Sang Rabb. Dengan demikian, pada waktu itu Rasulullah SAW tiada lagi memiliki pembela yang cukup kuat di hadapan kaumnya sendiri yang memusuhi kebenaran.
Sehingga Rasulullah SAW kemudian mengizinkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah ke Thaif. Namun rupanya Bani Tsaqif yang menguasai tanah Thaif tidaklah memberikan sambutan hangat kepada para sahabatnya. Mereka yang datang meminta pertolongan justru diusir dan dihinakan sedemikian rupa. Mereka dilempari batu hingga harus kembali dengan kondisi berdarah-darah.
Ke seluruh cobaan berat ini dialami Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada tahun yang sama, yakni tahun kedelapan semenjak Rasulullah memproklamirkan dirinya sebagai Nabi akhir zaman. Atas cobaan yang taramat berat dan bertubi-tubi ini, maka Allah SWT kemudian memberikan “sekadar hiburan” kepada Rasulullah SAW yang sedang berkabung dengan segala keadaan dan perasaannya. Rasulullah SAW menerima “sepaket perjalanan rekreasi” untuk menyegarkan kembali ghirroh (Semangat) perjuangannya dalam menegakkan misi Tauhid di Bumi.
“Paket perjalanan” yang kemudian disebut sebagai Isra’ Mi’roj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh umat Rasulullah SAW bahwa, segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita (umat Islam).
Hal lain yang dapat kita petik pelajaran dari bulan Rajab selanjutnya adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang tertulis dalam firman Allah SWT,
سبْحانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ,هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْر
Artinya, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat”(Al Isra’ : 1)
Adalah sebuah pesan persaudaraan dan persahabatan di antara para hamba Allah SWT. Bahwa umat Islam sebagai umat terbaik semestinya senantiasa menunjukkan sikap kedewasaan dan kematangan dalam berinteraksi dengan umat-umat lain.
Meskipun Nabi Muhammad SAW dapat saja langsung menuju langit dari Mekah, namun Allah SWT tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadatan Nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam. Hal ini dikarenakan, Islam menghargai peraturan-peraturan sebelum Islam, seperti halnya khitan yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Dalam skala intern umat Islam, kita semestinya senantiasa menjaga ikatan persaudaraan dan silaturrahim demi memperkuat ketaqwaan, keimanan dan persaudaraan sesama Muslim. Dengan demikian maka, Bulan Rajab adalah bulan mulia yang harus kita sambut dengan menambahkan keyaqwaan dan keikhlasan.
Kita harus rajin-rajin melaksanakan salat lima waktu yang merupakan oleh-oleh dari Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW di bulan Rajab tahun kedelapan dari Kenabian. Kita harus tegar menghadapi hidup meskipun hidup penuh dengan cobaan dan rintangan. Umat Islam harus senantiasa optiomis dan yakin pada janji Allah SWT, akan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi siapa pun hamba-Nya yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan, karena demikianlah pesan bulan Rajab.
Artikel ini ditulis oleh: