Jakarta, Aktual.com – Pemerintah sudah memastikan akan memotong anggaran dalam APBN-Perubahan 2017 mencapai Rp133,8 triliun. Langkah ini dilakukan pemerintah karena penerimaan negara dipastikan tidak akan sesuai target.
Namun demikian, dengan adanya pemotongan anggaran tersebut, pemerintah diminta jangan lagi menerbitkan surat utang, sehingga tetap akan menjaga likuiditas perbankan.
“Dengan pemotongan anggaran ini, kami harap (pemerintah) tidak perlu lagi keluarkan surat utang untuk tutupi itu (defisit),” ujar Agus Martowardojo di sela acara seminar internasional di Gedung BI, Jakarta, Senin (8/8).
Apalagi memang, pemotongan anggaran itu jika dibarengi dengan langkah pemerintah yang tidak masif menerbitkan surat utang akan dapat memengaruhi likuiditas perbankan nasional menjadi lebih baik.
“Saya rasa likuiditas masih terjaga, apabila pemerintah umumkan potong anggaran belanja Rp133 triliun itu. Jadi pemotongan belanja negara di saat penerimaan pajak tidak tercapai masih bagus,” terang dia.
Lebih jauh Agus menegaskan, risiko perbankan nasional sendiri saat ini masih kuat. Indikatornya rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) masih kuat, tercatat di angka 22 persen.
“Namun memang, kami juga memahami bahwa petumbuhan kredit itu masih pelan tercatat di bawah 10 persen dengan NPL (non performing loan/rasio kredit macet) yang naik sampai 3,1 persen,” ungkap Agus Marto.
Untuk itu, BI juga terus memperhatikan dan memonitor kondisi umum kinerja koporasi. Pasalnya, akibat dari perlambatan ekonomi dunia tekanannya cukup tinggi terhadap kinerja mereka. Sehingga pada akhirnya, akan menekan kualitas hutang yang dipegang oleh korporasi Indonesia.
“Jadi, hal itu (pemerintah tak banyak terbitkan surat utang) akan buat likuiditas di perbankan terjaga. Namun demikian, BI juga akan terus di pasar untuk menjaga likuiditas perbankan nasional,” tutur Agus Marto.
Untuk diketahui, posisi LDR (loan to deposit ratio) sendiri masih cukup tinggi di angka 90 persen. Hal berarti, bank-bank banyak menyimpan dana, namun mampu untuk menyalurkannya buat kredit. Sehingga yang terjadi laju kredit masih di bawah 10 persen. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka