Damaskus, Aktual.com – Pasukan pemberontak yang menguasai Kota Damaskus memastikan 25,8 ton emas yang tersimpan di gudang penyimpanan Bank Sentral Suriah tetap aman dan tidak berkurang sama sekali walau rezim Bashar Al Assad telah tumbang. Emas sebanyak itu setara dengan setara dengan 2,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 35,2 triliun sesuai harga pasar internasional saat ini.
Sumber anonim menyebutkan, walau ada emas sebanyak 25,8 ton, namun cadangan mata uang asing dalam bentuk tunai yang ditemukan di bank sentral Suriah hanya sedikit. Diketahui kalau cadangan devisa Bank Sentral hanya sekitar 200 juta dolar AS dalam bentuk tunai.
Dilansir dari Reuters, setelah rezim Assad tumbang, para penjarah sempat berusaha membobol beberapa bagian dari bangunan Bank Sentral lalu membawa serta pound Suriah. Namun mereka tidak berhasil membobol brankas utama. Namun para pejabat mengatakan, sebagian dari apa yang dijarah kemudian dikembalikan lagi. Brankas utama bank sentral Suriah sendiri dirancang anti bom plus menggunakan tiga kunci, masing-masing dipegang oleh orang yang berbeda, dan butuh kode kombinasi untuk membukanya.
Untuk diketahui , pada akhir tahun 2011, bank sentral Suriah melaporkan cadangan devisanya sebanyak 14 miliar dolar AS. Sedangkan lembaga IMF pada 2010 memperkirakan cadangan devisa Suriah mencapai 18,5 miliar dolar AS. Cadangan devisa Suriah berkurang drastis karena negara itu mulai dilanda perang saudara, sementara pemerintah Assad banyak mengeluarkan uang bahkan dari cadangan dolar untuk mendanai pengadaan bahan makanan, bahan bakar, dan pendanaan perang. Bahkan sejak berkecamuknya perang saudara di Suriah, rezim Assad mulai berhenti berbagi informasi keuangan kepada Bank Dunia, lembaga IMF, maupun lembaga lembaga keuangan lainnya.
Bashar Al Assad Terbangkan Uang 250 Juta Dolar AS ke Moskow
Sementara itu, Bashar al-Assad diketahui telah menerbangkan uang tunai sebanyak sekitar 250 juta dolar AS atau sekitar Rp 4 triliun ke Rusia pada rentang waktu antara tahun 2018 hingga 2019. Uang tunai itu sebanyak itu diperkirakan seberat hampir dua ton. Hal tersebut terungkap dalam dokumen yang diperoleh Financial Times.
Pemindahan uang itu terjadi di tengah meningkatnya sanksi Barat dan semakin dalamnya ketergantungan finansial rezim Assad kepada Rusia untuk dukungan militer dan ekonomi. Dokumen itu menyatakan bank sentral Suriah menerbangkan kiriman dolar AS dan euro yang beratnya hampir 2 ton ke Bandara Vnukovo di Moskow. Uang tunai sebanyak itu untuk berbagai keperluan, termasuk pembayaran gandum, biaya militer, dan layanan pencetakan uang di Rusia.
”Rezim harus membawa uang mereka ke luar negeri ke tempat yang aman agar dapat menggunakannya untuk mendapatkan kehidupan yang baik bagi rezim dan lingkaran dalamnya,” ungkap mantan asisten menteri luar negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, David Schenker.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain