Xuzhou, Aktual.com – Pria yang memasang alat peledak rakitan di luar sebuah taman kanak-kanak China, yang menewaskan delapan orang dan melukai 65 lainnya pada Kamis (15/6), disinyalir memiliki gangguan saraf dan telah menuliskan kata-kata tentang kematian di dinding rumahnya, kata beberapa pejabat China.

“Pria berusia 22 tahun, yang bermarga Xu, termasuk di antara mereka yang tewas dalam ledakan di dekat pintu masuk TK di Xuzhou, sebuah kota di provinsi pesisir Jiangsu,” kata polisi dalam sebuah pertemuan yang ditayangkan di televisi pemerintah, Jumat (16/6).

Kantor berita resmi Xinhua mengatakan polisi mempertimbangkan tindakan tersebut sebagai tindak pidana.

Xu telah dikeluarkan dari sekolah yang tidak disebutkan namanya, karena kondisi sarafnya dan menyewa sebuah apartemen di dekat TK, sebagaimana yang dilansir CCTV.

“Bahan peledak rakitan ditemukan di apartemennya, dan di banyak bagian dinding ada tulisan tangan seperti membunuh, mati, menghancurkan, dan musnahkan,” katanya.

Dua orang tewas di lokasi ledakan dan enam lainnya meninggal akibat luka-luka di rumah sakit. Xinhua melaporkan pada Kamis malam bahwa delapan orang berada dalam kondisi kritis.

Gambar yang beredar di media sosial China menunjukkan sekitar belasan wanita dan anak-anak terbaring di tanah seketika akibat dampak ledakan tersebut.

Satu rekaman gambar menunjukkan seorang wanita terluka dengan pakaian hangus dan berjalan terhuyung-huyung, sementara yang lainnya duduk di lantai sambil memegangi anak-anak yang menangis di pelukan mereka.

Reuters tidak dapat memastikan keaslian rekaman gambar tersebut. Tak satu pun dari mereka yang terluka adalah anak-anak atau guru, kata Xinhua.

“Ketika saya tiba kondisinya kacau, baik orang dewasa maupun anak-anak terbaring di tanah. Saya merasa sangat ketakutan,” kata seorang pemilik toko di sekitar lokasi kejadian, Wei Xunying, pada hari Jumat.

Kementerian Pendidikan China mengeluarkan sebuah pernyataan yang menuntut agar pejabat pendidikan memperkuat keamanan di sekitar sekolah untuk memastikan keselamatan siswa dan guru.

Pihak berwenang setempat mengatakan hal yang bertentangan dari laporan awal, bahwa ledakan tersebut tidak terjadi saat orang tua menjemput anak-anak mereka sepulang sekolah, menurut People’s Daily.

Bahan peledak relatif mudah didapat di China, yang menjadi rumah bagi industri pertambangan dan kembang api terbesar di dunia.

Kejahatan kekerasan jarang terjadi di China dibandingkan dengan banyak negara lainnya, namun ada serangkaian serangan menggunakan senjata tajam dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya banyak yang menargetkan anak-anak.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: