Jakarta, Aktual.com — Adab-adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW jika Muslim ingin bersenggama (hubungan intim) dengan pasangan resminya (pernikahan). Ustad Muhammad Ikrom kepada Aktual.com, Jumat (19/02), di Jakarta, menjelaskan tentang sunah-sunah dalam melakukan jima tidak jauh berbeda dari yang telah disebutkan sebelumnya. Di antaranya:

1. Suci dari hadas kecil, tegasnya sunah terlebih dahulu mengambil wudu.

2. Mandi dan memakai wangi-wangian.

“Sesungguhnya Allah itu baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan”. (HR. Tirmizi)

3. Memakai pakaian yang menggairahkan tegasnya pakaian menimbulkan nafsu syawat pasangan kita.

4. Sunah melakukan persetubuhan yaitu pada hari Jumat atau malamnya, malam Kamis dan malam Senin.

5. Sunah bersetubuh di waktu sehat, jangan waktu terlalu lapar atau terlalu kenyang.

6. Sunah bersetubuh dengan bersenda gurau dan bermain-main terlebih dahulu supaya dapat membangkitkan syahwat seterusnya jika memperolehi anak, Insya Allah akan cerdik (berakal). Kemesraan mesti ada, dan proses ini penting untuk mengurangkan kesakitan, perasaan gemuruh, gementar, malu, takut dan rasa tertekan.

7. Sunah bersetubuh dalam satu selimut jangan sampai telanjang tanpa penutup kain.

8. Sunah membaca Bismillah dan doa sebelum dan sesudah bersetubuh.

9. Selesai bersetubuh disegerakan mandi junub jika tidak dapat dilakukan atas sebab-sebab tertentu sunah membasuh kemaluan dan mengambil air sembahyang (wudu).

Imam Al-Ghazali berkata, “Setengah ulama menyatakan sunah bersetubuh pada hari Jumat dan Malamnya, berpandukan salah satu ta’wil dari pada sabda Rasulullah SAW. bermaksud “Allah SWT merahmati orang yang mandi dan memandikan isteri (Pada hari Jumaat)”.

Selanjutnya, Ustad Ikrom menerangkan berupa tiga langkah ‘foreplay’ atau pemanasan sebelum berjima’ yang bersumber dari Hadis Rasulullah SAW.

A. Kata-kata mesra

“Janganlah salah seorang dari kalian menjima’ istrinya seperti binatang ternak mendatangi pasangannya. Tetapi hendaklah ada ar rasuul antara keduanya.” Ditanyakan kepada Beliau, “Apakah ar rasuul itu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “Ciuman dan kalimat-kalimat obrolan (mesra)” (HR. Ad Dailami)

Sebelum melakukan jima’, dahuluilah dengan kata-kata romantis. Kata-kata yang mesra. Rasulullah SAW, di hari-hari biasa saja memanggil Aisyah dengan Humaira, yang pipinya kemerahan. Betapa Beliau sangat romantis, apalagi ketika hendak ‘bercinta’ bersama istri.

Kata-kata romantis dan mesra ini yang pertama akan mencairkan suasana dan membuat rileks. Tingkatan kata-kata yang lebih mesra selanjutnya akan membuat tubuh yang rileks mulai ‘memanas’ serasa dipanggil untuk tidak hanya bermain kata.

B. Ciuman

Kamar Pengantin “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. Tirmidzi)

Jika kata-kata melahirkan imajinasi dan emosi, maka ciuman lebih ‘terasa’ bagi istri. Detak jantung menjadi lebih cepat, nafas menjadi tak teratur, dan hasrat jima’ pun mulai timbul. Dalam hal ini, ciuman tidaklah sebatas bibir bertemu bibir.

C. Sentuhan

Jika kata-kata mesra adalah pemanasan dengan ucapan dan ciuman yaitu pemanasan dengan bibir, pemanasan yang lainnya adalah dengan tangan, dan sentuhan.

“Imam Abu Hanifah ditanya oleh muridnya tentang suami yang memegang kemaluan istrinya atau istri memegang kemaluan suaminya (sebagai pendahuluan jima’), Beliau menjawab, “Tidak masalah, bahkan saya berharap ini akan memperbesar pahalanya.” (Tabyin al-Haqaiq). Bersambung….

Artikel ini ditulis oleh: