Jakarta, Aktual.com — Pertumbuhan ekonomi di era Joko Widodo sepertinya akan mengalami penurunan drastis. Makanya pemerintah mulai pesimis dengan diawali mengoreksi pertumbuhan ekonomi yang di semula di APBN 2016 sebesar 5,3 persen menjadi 5,1 persen dalam Rancangan APBN Perubahan 2016.  Padahal di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertumbuhan ekonomi cukup tinggi sampai di atas 6 persen.

“Saya melihat pemerintahan Jokowi ini agak lemah dalam hal mengeluarkan kebijakan. Paket kebijakan yang dikeluarkan sifatnya short term dan medium term dan diterbitkan saat masalah sudah terjadi,” kritik ekonom dari Universitas Padjajaran, Arie Pratama kepada Aktual.com, Kamis (9/6).

Menurut Arie, dengan kondisi itu maka paket kebijakan ekonomi yang sudah diterbitkan hingga paket ke-12 tidak menyentuh ke perbaikan kondisi makro.

“Faktanya begitu. Paket kebijakan tidak antisipatif. Tetapi lebih dikeluarkan setelah ada masalah, sehingga tidak menjadi solusi terhadap makro ekonomi,” tandas dia.

Di tambah lagi, celakanya Presiden Joko Widodo itu orientasinya lebih ke pengembangan infrastruktur yang justru memakan banyak biaya. “Sementara infrastruktur itu baru bisa jadi sekitar 3-4 tahun kemudian. Jadi dampaknya itu lebih ke jangka panjang,” turur dia.

Mestinya, pemerintah Jokowi kebijakannya harus lebih fokus ke peningkatan daya beli masyarakat. Bahkan bisa mengikuti apa-apa yang pernah dilakukan di era SBY.

“Apalagi koordinasi antar sektor juga lemah. Dan tidak ada program seperti MP3EI atau PNPM yang secara nyata memperlihatkan koordnasi antar sektor yang baik. Jadi memang saya menduga bahwa permasalahan pada koordinasi antar kementerian teknis ini memengaruhi kinerja pemerintah dalam mengatasi masalah,” tandas Arie.

Memang saat ini, dirinya belum bisa mengatakan kalau sudah masuk area krisis yang mengkhawatirkan. “Hanya gejala (krisis) saja. Kecuali jika pertumbuhan ekonomi sudah melemah bahkan negatif barulah disebut krisis. Namun tetap saya kira upaya preventif perlu dilakukan. Apalagi NPL (kredit macet) perbankan meningkat,” kata dia mengingatkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka