Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, berpendapat pemimpin negara ke depan harus mampu terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak.

“Kalau belum apa-apa sudah menutup diri, misalnya terhadap kondisi utang dan daya beli, itu sama saja dengan menutup alternatif penyelesaian masalah yang mungkin lebih baik,” kata Faisal dalam diskusi bertajuk “Capres Cawapres Ideal Di Mata Ekonom” di Jakarta, ditulis Kamis (29/3).

Ia juga menilai bahwa pemimpin negara perlu memahami kondisi perekonomian, terutama permasalahan mendasar pertumbuhan ekonomi dan isu pemerataan.

“Perlu kemudian mempunyai visi yang jelas dan berpikir strategis bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan dan memobilisasi sumber daya untuk bisa mencapainya,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai bahwa pemimpin Indonesia ke depan perlu lebih jujur dalam menyampaikan kondisi yang ada.

“Karena kalau jujur tidak hanya sekadar tidak berbohong, tetapi akan mendapatkan solusi yang benar-benar menyelesaikan persoalan dari akarnya dan pasti akan mendapatkan dukungan,” ucap dia.

Enny juga menuntut konsistensi yang kongkret dari pemimpin negara untuk fokus pada kepentingan kesejahteraan masyarakat, misalnya menyangkut 15 paket stimulus yang dinilainya selama ini justru menambah beban dunia usaha.

Sementara itu, mantan menteri keuangan Fuad Bawazier juga sependapat bahwa pemimpin negara yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah perlu untuk jujur terhadap keadaan yang ada dan terbuka terhadap kritik.

“Pengelola negara ini harus berhati-hati. Terutama ekonom, agar jangan berpikir politis,” kata Fuad.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: