“Lebih baik membangun Tugu Ondel-Ondel Betawi yang lebih ada artinya, jadi kaum milenial bisa mengetahui histori Ondel-Ondel Betawi kenapa bisa menjadi ikon Jakarta. Buat Tugu Ondel-Ondel Betawi lalu di bawahnya diberi penjelasan mengenai histori-nya, awal mula dikenal Ondel-Ondel dan mengapa jadi kebudayaan dan ikon Kota Jakarta. Di banding membangun Tugu Sepatu yang tidak ada nilai seni, hal positif dan manfaatnya sama sekali, bentuk tugu sepatu tersebut pun aneh kalau di lihat dan terkesan di buat asal-asalan.  menggunakan ruang di Jakarta ini harus memikirkan apa manfaat yang bisa di dapat oleh Masyarakat Jakarta, jangan seperti ini dong, nyeleneh banget, Kemarin Tugu Bambu di Bundaran HI, kemudian Gabion dan Tugu Sepeda, sekarang Tugu Sepatu, berikutnya apa lagi? Tugu Anies Baswedan?” ketus Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta itu.

Kepala BAGUNA (Badan Penanggulangan Bencana) PDI Perjuangan Provinsi DKI Jakarta ini pun menilai, Anies Rasyid Baswedan tidak terlalu gencar melestarikan kebudayaan Betawi sebagai orang nomor satu di Jakarta itu. Padahal sudah kewajiban kepada Pejabat Daerah untuk melestarikan kebudayaan seperti tertuang di dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. 

Kata Kent, dalam Perda Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, tertuang dalam Pasal 1 Nomor 13 ‘Jatidiri bangsa adalah karakter budaya dan karakter sosial yang menjadi diri pengenal bangsa tertentu’ dan Nomor 25 ‘Ornamen atau arsitektur adalah bangunan atau bagian bangunan atau lambang-lambang atau simbol-simbol mencirikan kebetawian’.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk melindungi, mengamankan, dan melestarikan budaya Betawi; memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat Jakarta yang multikultural; dan meningkatkan pemahaman kesadaran Masyarakat terhadap kebudayaan Betawi.

“Jika Tugu Ondel-Ondel Betawi dibangun hal itu bisa meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi Masyarakat terhadap peninggalan budaya Betawi, dan bisa membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme dan Kebanggan terhadap Masyarakat Betawi itu sendiri. Ingat, ini Kota Jakarta, kampungnya orang Betawi, harga diri dan martabat orang Betawi harus dibela dan dijaga,” tutur Kent.

Selain itu juga, kata Kent, pelestarian budaya Betawi tertuang di dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No 11 tahun 2017 tentang ikon budaya Betawi sebagai upaya pelestarian budaya Betawi. Ikon-ikon Betawi apa saja yang wajib dilestarikan, seperti Ondel-Ondel, Kembang Kelapa (Manggar), Gigi Balang, Baju Sadariah, Kebaya Kerancang, Batik Betawi, Kerak Telor, dan Bir Pletok.

“Sebenarnya ikon-ikon Betawi itu banyak sekali filosofinya, seperti Ondel-Ondel yang kita tahu itu lambang kekuatan untuk memelihara keamanan, ketertiban, ketegaran, keberanian, ketegasan, kejujuran, serta anti manipulasi. Lalu Gigi Balang gambaran yang berbentuk gunung melambangkan kegagahan, kekokohan, dan kewibawaan, ada juga Baju Sadariah yang menggambarkan sosok lelaki yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid