Polisi dan petugas medis bersiaga sambil berusaha mengevakuasi dan meyelamatkan para korban di SMA Borg Dreierschutzengasse, Kota Graz, Austria - foto X

Wina, Aktual.com – Tragedi memilukan terjadi di sebuah sekolah di Kota Graz, Austria. Seorang pemuda yang pernah bersekolah di sana, tiba-tiba masuk ke dalam sekolah dan mendatangi salah satu ruang  kelasnya, sambil menenteng dua senjata api. Di dalam kelas pemuda tersebut langsung menembak secara brutal ke arah para murid yang sedang belajar. Akibatnya, 9 murid dan seorang guru tewas di tempat, dan puluhan murid lain terluka.

Dilansir dari berbagai sumber, diketahui kalau peristiwa tragis itu terjadi pada Selasa pagi (10/6) sekitar pukul 10.00 waktu setempat, SMA Borg Dreierschutzengasse, Kota Graz, Austria, yang memiliki 400 siswa berusia antara 14 tahun hingga 18 tahun. Pelaku  sendiri, yang pernah bersekolah di sana, namun tidak sampai tamat, ditemukan tewas bunuh diri di sebuah toilet di dalam sekolah. Polisi sendiri belum mengungkapkan identitas pelaku, namun diperkirakan berusia 21 tahun.

Saat terjadi penembakan, kepanikan memenuhi seisi sekolah, para murid dan guru kucar-kacir berusaha menyelamatkan diri. Namun tak urung, 9 murid dan seorang guru tewas di tempat akibat tembakan, selain itu tercatat 28 orang murid terluka, empat orang diantaranya masih dalam kondisi kritis.

Korban tewas terdiri dari tujuh perempuan dan tiga pria. Termasuk seorang siswa asal Prancis berusia 17 tahun. Rekaman video yang beredar di media sosial terdengar suara letusan senjata berkali-kali di dalam sebuah kelas, bercampur suara jeritan dimana-mana.

Polisi yang dihubungi segera mendatangi lokasi kejadian, termasuk menerjunkan polisi anti teror Austria, Tim Cobra. Aparat polisi langsung mengevakuasi seluruh murid dan guru yang masih berada di dalam sekolah. Termasuk mengevakuasi para korban tewas dan terluka. Selanjutnya mulai mencari keberadaan pelaku. Setelah dilakukan penyisiran, pelaku ditemukan tewas dengan luka tembak di dalam toilet sekolah, diduga akibat bunuh diri.

Kepolisian Systria, wilayah tempat Kota Graz berada, menyatakan pelaku membawa dua senjata api saat melakukan aksinya, yakni pistol dan senapan laras panjang. Kedua senjata tersebut didapatkan secara legal, lengkap dengan dokumen kepemilikan yang sah. Terkait motif penembakan belum dipastikan, namun media lokal Kronen Zeitung melaporkan bahwa pelaku pernah menjadi korban perundungan saat masih bersekolah di SMA tersebut.

Seorang ahli senjata mengatakan kepada penyiar nasional Austria ORF, bahwa senapan dapat dengan mudah dibeli di negara tersebut setelah seseorang berusia 18 tahun, sedangkan pembelian pistol mengharuskan pembeli untuk menjalani evaluasi psikologis.

Fanny Gasser, seorang jurnalis surat kabar Austria Kronen Zeitung mengatakan banyak orang menangis di jalanan setelah mendengar tragedi penembakan. ”Kami melihat orang-orang menangis di jalan, berbicara dengan teman-teman yang berada di sekolah tersebut saat penembakan terjadi, yang mungkin telah kehilangan seorang teman,” kata Gasser. Ia juga mengatakan kepada BBC, semua orang mengenal seseorang di sekolah tersebut karena Graz, meskipun merupakan kota terbesar kedua di Austria, kota itu juga tidak terlalu besar.

Wali Kota Graz, Elke Kahr menyebut insiden tersebut sebagai tragedi yang mengerikan. Wakil Presiden Komisi Eropa Kaja Kallas menyatakan sangat terkejut dengan insiden penembakan di Austria tersebut. ”Setiap anak seharusnya merasa aman di sekolah dan dapat belajar tanpa rasa takut dan kekerasan,” tulis Kallas di akun X.

Kanselir Austria Christian Stocker mengatakan penembakan itu ”adalah tragedi nasional yang sangat mengejutkan seluruh negara kita.” Stocker menulis di akun X-nya : ”Tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan rasa sakit dan duka yang kita semua – seluruh Austria – rasakan saat ini.”

Sedangkan Presiden Austria Alexander Van der Bellen mengatakan : ”Kengerian ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Mereka adalah anak-anak muda yang memiliki seluruh hidup di depan mereka. Seorang guru yang menemani mereka dalam perjalanan.” Pemerintah Austria sendiri langsung menetapkan tiga hari berkabung nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban.

(Indra Bonaparte)