Mantan Menteri ESDM, Sudirman Said usai bertemu dengan Ignasius Jonan, Jumat (3/3)
Mantan Menteri ESDM, Sudirman Said usai bertemu dengan Ignasius Jonan, Jumat (3/3)

Semarang, Aktual.com – Pengamat politik dari Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono, menilai janggal dan meragukan pengakuan Calon Wakil Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said terkait dengan penodongan dengan senjata api dan penyekapan terhadap beberapa tim suksesnya.

“Pengakuannya janggal, karena sebagai korban tindak kriminal, Sudirman tidak mau melaporkannya ke kepolisian dengan alasan tertentu,” katanya di Semarang, Jumat (29/6).

Selain itu, kejanggalan yang lain adalah mengapa uang dengan jumlah banyak untuk keperluan konsumsi saksi pasangan Sudirman Said/Ida Fauziyah dibawa secara manual tanpa pengawalan polisi.

“Membawa uang sebanyak itu malam-malam, apa relevansinya? Apalagi sekarang itu ‘kan zaman modern (bisa ditransfer),” ujarnya.

Jika kemasan dari tudingan Sudirman Said mengenai ada pihak yang diduga berniat mencoreng demokrasi di Jateng, menurut dia, itu memang praktik riil ranah politik di lapangan.

Kendati demikian, pernyataan dari satu pihak itu harus dilengkapi bukti-bukti yang kuat agar bisa menjadi alat bukti hukum.

Oleh karena itu, Teguh mendorong agar Sudirman Said membawa permasalahan tersebut agar bisa diproses secara hukum.

“Itu bisa jadi simalakama, bawa uang banyak, alasannya untuk konsumsi saksi di TPS, tetapi malah bisa disangka ada ‘money politic’,” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, Sudirman Said juga tidak bisa menggiring publik jika pelaku penodongan dan penyekapan itu didalangi oleh lawan politiknya pada Pilgub Jateng, yaitu kubu Ganjar Pranowo/Taj Yasin Maimoen.

“Memangnya ada jaminan, kalau tidak terjadi penyergapan, Sudirman Said bisa menang di Pilgub Jateng 2018?” tanyanya.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo minta pembuktian soal adanya anggota tim sukses kubu Sudirman/Ida ditodong pistol dan dituduh sebagai bandar narkoba sekaligus minta bukti jika pihaknya yang melakukan hal tersebut.

“Yang nuduh siapa? Yang nodong siapa? Saya kira suruh buktikan saja. Kalau yang menodong preman, lapor polisi, tapi saya malah enggak tahu cerita itu. Saya juga punya data ‘money politic’-nya ada di mana terus kemarin lihat pers rilis Polda itu ada yang sebarkan SMS menggunakan pelat merah dan ditangkap. Kalau bicara kecurangan, sama kami juga punya,” kata Ganjar di Jakarta, Kamis (28/6).

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: