Jakarta, Aktual.com — Wakil Rektor I Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Muchlis Erludin mengatakan, bahwa isu revolusi mental yang sebenarnya dihadapi bangsa Indonesia saat ini yakni, sulitnya menemukan sosok yang mampu menjadi warga negara (WNI) yang baik. Dimana dalam hal ini menjadi warga negara yang baik di zaman seperti saat ini sangat sulit dan tidak mudah untuk ditemukan.

“Saat ini kita sedang menghadapi problem yang sangat serius dalam membereskan masalah kebangsaan dan negara,” ujarnya saat ditemui Aktual.com dalam seminar kebangsaan di Jakarta, Selasa (8/9).

Menurutnya, munculnya paradigma “problemnya seingetnya” merupakan penyakit yang sering ditimbulkan oleh para kandidat terpilih yang seringkali mengabaikan banyak janji saat berkampanye. Mengingat, apa yang dikampanyekan oleh calon pemimpin saat itu rupanya tidak berimplikasi nyata dengan realita yang terjadi setelah calon tersebut dipilih.

Sehingga, dalam hal ini materi revolusi mental yang digaung-gaungkan tidak terdengar lagi dalam situasi saat ini dan hal itulah yang menjadi kelebihan dari Orde Baru.

Ada moral problem tersebut. Oleh sebab itu, menurut dia, kita perlu mempertanyakan seperti apa sejatinya hakekat karakter para pemimpin kita saat ini. Karena, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan cita-cita dari revolusi mental tersebut.

Terlebih pada kondisi saat ini, dia menambahkan, media nyatanya sangat tidak mendidik dan hal ini mencerminkan kondisi masyarakat kita yang tidak maju dan mentalnya masih tradisional atau belum modern dan kondisi penurunan mental itulah yg terjadi di tengah-tengah masyarakat kita.

Maka, dia mengimbau, kepada semua elemen bahwa faktor keteladanan dan integritas menjadi faktor penting. Dan, yang terjadi saat ini adalah dua hal itu tidak ada pada karakter masyarakat kita.

Sehingga, kata ia, dalam memperbaiki nilai pendidikan tersebut hendaknya melalui perbaikan terhadap aspek agama terlebih dahulu.

Artikel ini ditulis oleh: